Jumat, 10 Januari 2020

KOSONG

"Bagaimana jauh dan samar? Hanya lambaian tangan. Dari kejauhan" 


Asaku diangan-angan jauh
Bercampur pilu, bertabur sendu
Seteguk air pelupuk mata
Dihidangkan penuh mesra

Hening,
Terasa dingin malam ini
Detak jam dan kipas angin beriringan
Menambah ruang kekosongan

Langkah semakin jauh
Mundur menghitung detik
Bagaimana jauh dan samar?
Hanya lambaian tangan
Dari kejauhan

Hati berdenyut jantung berdegup
Memompa ribu tanya pada otak
Memori pun bergejolak
Menolak logis yang ingin menyibak

Aku terbangun, 
Dan terbangun lagi, 
Dan terbangun lagi, 
Apa arti dari semua ini? 

Tidak tahu. 


Jumat, 27 Juli 2018

763 KM


"Untukku tidak apa-apa. Demi mendapatkan pelangi, aku rela jatuh berkali-kali..."




Tujuh ratus enam puluh tiga kilometer
untuk perempuan semacamku adalah jarak yang jauh
Demi menemukan pelangi, aku melewati hujan setiap hari

Aku diantara kisah-kisah dari keluarga baru
Hidupku melukis cerita didalam keluarga itu
Hanya saja, aku bukan bagian secara sah
Butuh hujan berhari-hari lagi untuk mendapatkannya

Untukku tidak apa-apa,
Demi mendapatkan pelangi, aku rela jatuh berkali-kali
Kadang kala aku merasa lelah,
Lalu menceritakan berbagai keluh
Berharap kamu sukarela untuk membantu

Aku lupa,
Sedang aku mencari pelangi dalam hatimu
Hatimu yang beku karena kisah-kisah baru
Hujan setiap hari tidak cukup mencairkan hatimu
Jatuh berkali-kali juga tidak cukup menyentuh rasamu

Aku mencari pelangi sampai dengan radius tujuh ratus enam puluh tiga kilometer
Itu gila.
Menyelami hati orang-orang yang berada disampingmu sejak kamu lahir didunia
Aku mencari pelangi diantara hidup dan mati
Dalam waktu-waktu sempit pun, aku bisa menatap matamu melepas segala rindu

Caraku ini mulai melelahkan

Aku ingin hentikan cerita dongeng ini
Sebab pelangi itu tidak pernah ada
Sekalipun ada, warnanya tidak akan seindah duga

Sudah cukup, istirahat kali ini, kuharap otakku bisa melupakanmu.


Kamis, 14 Juni 2018

APAKAH SELAMANYA?




Malam ini suara takbir menggema
Bersama dengan riuh didalam kepala
Sementara memori memutarnya tanpa izin
Luka ini kembali merebak semaunya

Lantas sadar mengatakan “Apakah selamanya?”
Air mata menjawab dari sela-sela mata
Menampakkan wujudnya tanpa malu-malu dari balik sendu
Baru kali ini melihatmu jauh justru bukan rindu

Sementara kali ini terlalu sendirian
Mengisak dan berharap ini penghabisan
Tidak ada lagi esok, tidak pernah lagi duka
Tidak pernah lagi diam-diam meluka


Jumat, 02 Februari 2018

KEPADA PEREMPUAN YANG TAK TAHU DIRI

“Sudah minimkah laki-laki dibumi untuk membuatmu seperti tak punya harga lagi ? Sampai-sampai bahagia orang lain kau pilih untuk menjadi bahagiamu sendiri”


Kepada perempuan tak tahu diri yang telah merebutmu...

Bukankah perasaan itu sama adanya ? Ketika sedih ingin sekali menangis dan di dengar olehnya ?
Agar dia mengerti, dimana dia tak perlu mengulanginya lagi.
Pria yang kau isi hari-harinya dengan tawa adalah pria yang telah kuperjuangkan lebih dulu darimu.
Lantaskah hari ini kau menangis karena takdir menjemputnya pulang ke pelukanku ?

Untukmu, yang sepanjang perjalanan selalu kusalahkan...

Pantaskah hari ini kau menangis dan mengharapkan dia akan pulang ?
Bisakah kau memahami betapa menyakitkannya kata murahan
Sedang kemudian dia yang kau salahkan
Dan mengatakan “dia yang datang lebih dulu”
Bukan, tamu tidak akan masuk jika tidak kau bukakan pintu

Bukankah sudah jelas-jelas bagaimana aku memohon padamu untuk menjauh ?
Terasa sulitkah waktu itu ?
Bandingkan sulitnya dengan hari ini ketika kuputuskan untuk merebutnya lagi
Apakah sesak sudah menjalar diseluruh tubuhmu ?
Bagaimana rasanya tak berkutik oleh waktu ?
Sadar atau tidak, posisi bahagiamu bersamanya kemarin adalah posisi yang salah
Sekarang karma menegurmu dan kau tetap pada tak tahu dirimu itu ?

Sudah minimkah laki-laki dibumi untuk membuatmu seperti tak punya harga lagi ?
Sampai-sampai bahagia orang lain kau pilih untuk menjadi bahagiamu sendiri
HAHAHA aku selalu tertawa dan bertanya “apakah kau tidak lagi punya harga diri ?”
Begitukah caramu menunjukkan bahwa sesama perempuan harus saling mengerti ?

Sekarang, kau ingin memainkan permainan denganku
Seberapa persenkah keyakinanmu untuk menang dariku ?
Dek, fokuslah dengan ujian-ujian di kampusmu
Bisakah kau berhenti urus kebahagiaanku yang ingin kubangun kembali ?
Kau bisa pergi dan berpura-puralah tidak pernah mengenali kami
Untuk menyelamatkan harga dirimu yang hampir tidak ada lagi J

Rabu, 11 Oktober 2017

PERPISAHAN INI AKAN MANIS


Kita berdua pernah menuliskan mimpi di selembar kenangan
Terurai seperti janji-janji yang akan berdua tepati di masa depan
Namun sekarang, menjadi bacaan yang aku memilih untuk tidak membacanya, sekalipun aku gemar membaca
Berdebu dan usang, akan ada bagian yang rusak bila aku membukanya
Debunya pun menyesakkan dada
Sebab, aku membiarkannya

Aku merindukanmu,
Bagaimanapun, aku adalah manusia biasa yang bisa merasakannya
Meskipun aku memilih diam, demi keadaan yang baik-baik saja
Sederhananya, menyadari rindu ini tidak akan pernah terbalas
Tapi, aku memilih untuk tidak lagi menangis
Akan kubuktikan, perpisahan ini akan menjadi manis

Saat aku merasa terluka,
Aku berusaha untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya kemudian membuangnya
Bagaimanapun, aku tidak pernah memalingkan wajah saat melewatimu diruang tamu
Dan itu adalah salah satu caraku mengurangi rindu
Bukan melalui temu,
Sebab aku akan (lagi) menginginkanmu

Seiring, dewasa akan menemuimu
Keyakinanku akan penuh, sedikit rindu pasti ada didadamu
Meskipun hanya sedikit dan berlalu
Perlahan waktu akan memberitahu arti pecahan-pecahan kaca dihadapanmu
Perpisahan ini akan menjadi manis seperti kata-ku
Jakarta, 10 Oktober 2017 (23:48)

Rabu, 13 September 2017

PANAH KERINDUAN


Malam ini aku rubuh diserang oleh seribu panah kerinduan
Rasaku terabaikan, tapi aku tahu kau punya hati nurani didalam sana
Meskipun sedikit, aku tahu kau merasakannya
Aku selalu berharap mengakhiri semua ini
Ujian ini terlalu sulit untuk kulalui sendiri

Tuhan lebih tahu isi hatimu dibanding dengan dirimu sendiri
Sekeras apapun kamu menghujat dan membenci,
Tuhan lebih tahu apa yang sedang kau rasakan
Hati kecilku mengatakan bahwa, aku masih ada disana

Aku berusaha untuk tidak mengaharapkanmu kembali,
Isyarat Tuhan sudah sangat jelas untuk membuatku pergi
Tuhan mengisyaratkanku untuk tegar dan sabar dalam melepaskanmu
Dan mempercayakan segalanya adalah yang terbaik untuk masa depanku

Apakah kau tahu, bahwa rindu bertitah syahdu mengulang kenangan-kenangan yang ada
Aku tidak bisa lari darinya
Setiap datang, aku menyerah dengan cara yang lemah
Setelah jatuh, jalanku tertatih-tatih
Aku perlu orang lain untuk membantuku berjalan
Agar aku bisa sampai ke tujuan dengan cepat

Aku tidak tahu apa yang inginku sampaikan didalam tulisan ini
Dengan adanya tulisan ini, aku membiarkanmu hidup didalamnya
Aku berharap suatu hari, aku akan tertawa bahagia
Tanpa beban ataupun luka.

Minggu, 03 September 2017

KEPINGAN GELAS KACA

“Betapa dalam aku melihatnya sebagai seorang penjahat, pada hari dimana kita berdua terpecah menjadi kepingan-kepingan gelas kaca”


Berdua kita pernah punya mimpi yang sama
Kita merubah hari-hari penuh tawa
Menyulap panas menjadi candu, merubah hujan menjadi rindu
Lupa waktu,
Semuanya kulewati dengan kamu
Kenangan adalah milik kita
Mereka tidak mengerti, mereka tidak tahu seberapa penting artinya
Sejauh apapun jarak kita sekarang,
Kita tidak pernah tahu siapakah diantaranya yang akan pulang
Ataukah tidak pernah sama sekali, ataukah aku akan melihatmu lebih jauh esok hari
Bahkan aku tidak pernah berharap lebih,
Tidak pernah,
Kurasa lebih baik memang seperti ini, tidak pernah kembali
Karena rasanya terlalu takut untuk melihatmu melakukannya lagi
Lagi,
Aku benci kata lagi, aku benci melihatmu pergi.

Kamu tahu apa yang lebih buruk dari hari ini ?
Yang lebih buruk dari hari ini adalah esok hari
Karena kamu, aku menjadi seorang pengecut
Aku selalu lari dari namamu, aku mengurung diriku dari tentangmu
Aku menghindar dari hal-hal yang mengingatkanku padamu
Kamu tahu apa yang lebih buruk dari hari ini ?
Yang lebih buruk dari hari ini adalah esok hari
Karena kamu, aku menjadi seorang penakut
Aku selalu takut menghadapi esok hari, aku kehilangan rasa percaya diri
Seperti segalanya sudah berakhir disini
Padahal tidak.

Apakah malam ini kita memikirkan hal yang sama?
Meskipun dengan keadaan yang begitu berantakan,
Apakah kamu sedang memikirkanku malam ini?
Lalu mencari?
Abaikan aku seperti kemarin, saat kamu...
Bersamanya .

Kita sudah berubah menjadi aku dan kamu
Dan anak kecil itu, bahagia saat menatapmu
Dan saat dia mempermalukanku
Terserah dengannya, dia tidak pernah tahu
Seberapa panjang hari-hari kita
Meskipun dia hitung dengan hitungan tahun, bulan, hari bahkan jam
Dia tidak pernah tahu, seberapa jauh perjalanan kita
Dia tidak pernah tahu,
Dan kurasa,
Dia tidak akan pernah sadar,
Betapa dalam aku melihatnya sebagai seorang penjahat, pada hari
Dimana kita berdua terpecah menjadi kepingan-kepingan gelas kaca

Aku membiarkan perasaanku memudar dengan perlahan
Bersama dengan bertambahnya umurmu dari tahun ke tahun
Sampai tidak akan pernah ada lagi kamu didalam relung hatiku
Agar tidak pernah ada lagi yang menertawakan aku .

Sabtu, 3 September 2017, 00:00
Dalam Sesak