“kenyataan yang kuterima semakin membuatku membatin dalam kebahagiaan
yang baru saja kurasakan kembali setelah sekian lama menghilang”
Kita bertemu dan saling
melabuhkan rasa dalam waktu yang tidak terduga. Perkenalan yang begitu singkat
dan perhatian kecil yang hanya sesaat berlalu mampu menarik hatiku keluar dari
masa lalu. Aku menyukaimu. Namun, aku hanya bernyali kecil untuk mengaku bahwa
aku menyukaimu. Dia (teman dekatku) terlanjur lebih dulu mengatakan dia
menyukaimu. Aku bisa apa? . Aku hanya mengelak aku tidak menyukaimu, hanya
dihadapannya yang padahal dilain itu aku sempatnya terbayang senyummu. Apakah
rasa itu hanya boleh ada disaat kenyataan berkata bahwa rasa itu boleh ada ?.
Mungkin semua orang tidak akan mengerti apa yang sedang kufikirkan. Ini asli,
akupun menganggap semua itu kosong, setiap orang berhak atas perasaannya!.
Aku menyembunyikan perasaanku hanya demi
menjaga hatinya. Lain ceritanya, bukan tentang aku dan kamu, tetapi dengannya.
Dia bercerita ini itu dari a sampai dengan z mengatakan bahwa seakan laki-laki
itu menyukainya. Siapa laki-laki itu ? ya kamu. Posisiku hanya sebagai
pendengar yang baik. Saat mendarat disegaris cerita yang kunilai keromantisan
kalian, aku hanya tersenyum tipis dengan hati yang miris, aku iri. Sekilas
otakku liar menyuruh mulut mengatakan bahwa aku cemburu. Namun, setelah itu aku
sandingkan dengan tawa kecil dan bilang “becanda”.
Aku mencoba menghapus rasa yang
belum terlanjur mengalir penuh dalam hatiku. Berusaha tidak peduli dengan
tentangmu, kemudian dengan tegas kukatakan pada diriku bahwa kautakkan pernah
membalas perasaanku, meski setitik kecil. Usahaku tidak terbukti. Aku merasa kau
dan aku semakin dekat. Entah, aku tidak tahu apa yang membuat aku berfikir
demikian, yang kurasakan aku lupa masa lalu dan aku tenang disisimu. Namun,
kenyataan yang kuterima semakin membuatku membatin dalam kebahagiaan yang baru
saja kurasakan kembali setelah sekian lama menghilang. Aku harus kembali
memikirkan perasaan teman dekatku. Apakah aku harus membohongi perasaan dan
segera pergi menjauh dari kebahagiaan yang baru?. Aku terpaku, bahkan rasaku
terhempas kebumi, nafasku sesak, pikiranku tak berarah. Aku kembali terluka!.
Sudah kucoba pergi, tetapi rasaku
takkunjung pergi. Semakin lama malah semakin menjadi. Aku hanya mencoba untuk
tidak peduli dan kubiarkan dia bersenang hati dihadapanku dengan rasa barunya
itu. Responku terhadap ceritanya semakin menipis bahkan pernah kubalas hanya
dengan segaris senyum. Aku merasa bersalah dengan ini, rasaku yang tersembunyi
akan membuatnya terluka jika dengan satu alasan; kau juga menyukaiku.
Pada kenyataannya benar, rupanya kita miliki
rasa yang sama, dan kita sama-sama
menyembunyikannya. Namun, kenyataan sudah terlanjur menggariskan cerita
seperti ini, cerita yang sebenarnya tidak sepenuhnya kita ingin. Aku sudah
berusaha untuk tidak menjadi seorang yang munafik atas perasaan sendiri. Aku
sudah mencoba menjadi teman yang baik dengan mengatakan yang sejujurnya atas
segala cerita yang tergaris dibelakang layar. Keputusan yang kuambil bukanlah
sembarang keputusan yang seenaknya saja kutetapkan. Dengan segala kematangan
yang sudahku pikirkan, aku memilih kamu. Ya, kamu, seseorang yang kutunggu kehadirannya selama
kuberteman dengannya; kepedihan. Mungkin rasa benci akan tersemat dalam hatinya.
Percayalah, itu hanya sesaat. Suatu saat ikhlas akan segera datang, dan membawa
pergi hingga sampai pada kebahagiaan yang sesungguhnya. Maafkan aku.