Rabu, 01 Januari 2014

Pilihan

“kenyataan yang kuterima semakin membuatku membatin dalam kebahagiaan yang baru saja kurasakan kembali setelah sekian lama menghilang”

Kita bertemu dan saling melabuhkan rasa dalam waktu yang tidak terduga. Perkenalan yang begitu singkat dan perhatian kecil yang hanya sesaat berlalu mampu menarik hatiku keluar dari masa lalu. Aku menyukaimu. Namun, aku hanya bernyali kecil untuk mengaku bahwa aku menyukaimu. Dia (teman dekatku) terlanjur lebih dulu mengatakan dia menyukaimu. Aku bisa apa? . Aku hanya mengelak aku tidak menyukaimu, hanya dihadapannya yang padahal dilain itu aku sempatnya terbayang senyummu. Apakah rasa itu hanya boleh ada disaat kenyataan berkata bahwa rasa itu boleh ada ?. Mungkin semua orang tidak akan mengerti apa yang sedang kufikirkan. Ini asli, akupun menganggap semua itu kosong, setiap orang berhak atas perasaannya!.

Aku menyembunyikan perasaanku hanya demi menjaga hatinya. Lain ceritanya, bukan tentang aku dan kamu, tetapi dengannya. Dia bercerita ini itu dari a sampai dengan z mengatakan bahwa seakan laki-laki itu menyukainya. Siapa laki-laki itu ? ya kamu. Posisiku hanya sebagai pendengar yang baik. Saat mendarat disegaris cerita yang kunilai keromantisan kalian, aku hanya tersenyum tipis dengan hati yang miris, aku iri. Sekilas otakku liar menyuruh mulut mengatakan bahwa aku cemburu. Namun, setelah itu aku sandingkan dengan tawa kecil dan bilang “becanda”.

Aku mencoba menghapus rasa yang belum terlanjur mengalir penuh dalam hatiku. Berusaha tidak peduli dengan tentangmu, kemudian dengan tegas kukatakan pada diriku bahwa kautakkan pernah membalas perasaanku, meski setitik kecil. Usahaku tidak terbukti. Aku merasa kau dan aku semakin dekat. Entah, aku tidak tahu apa yang membuat aku berfikir demikian, yang kurasakan aku lupa masa lalu dan aku tenang disisimu. Namun, kenyataan yang kuterima semakin membuatku membatin dalam kebahagiaan yang baru saja kurasakan kembali setelah sekian lama menghilang. Aku harus kembali memikirkan perasaan teman dekatku. Apakah aku harus membohongi perasaan dan segera pergi menjauh dari kebahagiaan yang baru?. Aku terpaku, bahkan rasaku terhempas kebumi, nafasku sesak, pikiranku tak berarah. Aku kembali terluka!.

Sudah kucoba pergi, tetapi rasaku takkunjung pergi. Semakin lama malah semakin menjadi. Aku hanya mencoba untuk tidak peduli dan kubiarkan dia bersenang hati dihadapanku dengan rasa barunya itu. Responku terhadap ceritanya semakin menipis bahkan pernah kubalas hanya dengan segaris senyum. Aku merasa bersalah dengan ini, rasaku yang tersembunyi akan membuatnya terluka jika dengan satu alasan; kau juga menyukaiku.


Pada kenyataannya benar, rupanya kita miliki rasa yang sama, dan kita sama-sama  menyembunyikannya. Namun, kenyataan sudah terlanjur menggariskan cerita seperti ini, cerita yang sebenarnya tidak sepenuhnya kita ingin. Aku sudah berusaha untuk tidak menjadi seorang yang munafik atas perasaan sendiri. Aku sudah mencoba menjadi teman yang baik dengan mengatakan yang sejujurnya atas segala cerita yang tergaris dibelakang layar. Keputusan yang kuambil bukanlah sembarang keputusan yang seenaknya saja kutetapkan. Dengan segala kematangan yang sudahku pikirkan, aku memilih kamu. Ya, kamu,  seseorang yang kutunggu kehadirannya selama kuberteman dengannya; kepedihan. Mungkin rasa benci akan tersemat dalam hatinya. Percayalah, itu hanya sesaat. Suatu saat ikhlas akan segera datang, dan membawa pergi hingga sampai pada kebahagiaan yang sesungguhnya. Maafkan aku.