Rabu, 17 Desember 2014

Salam Rindu


Aku hanya bisa menunggumu
Seperti malam yang menunggu pagi
Seperti siang yang menunggu malam
Seperti Panas yang menunggu hujan
Seperti barisan paling depan dalam perang yang menunggu aba-aba pimpinan
Seperti penduduk yang lapar menunggu makanan
Seperti penduduk langit yang menunggu Uwais Al-Qarni kembali
Seperti muslim yang beriman menunggu kedatangan Imam Mahdi
Sungguh berat perkataanku, mencirikan layaknya aku adalah seorang muslimah yang suci
Tetapi, perangai tak seburuk kelakuan
Kelakuan yang dihapus pada malam dalam pengaduan pada Tuhan

Biar kuselipkan tanya dalam untaian ini
Bagaimanakah kabarmu?
Kabar yang selalu kutahu setiap bertemu
Fisik yang begitu baik dengan senyum lepas tanpa penahan
Tapi, aku ingin sekali mendengar jawaban darimu, sayang

Aku merindukanmu
Bak merpati yang pergi merindukan sarang
Tanah yang tandus merindukan basah
Dan seperti aku yang merindukan waktu kembali dengan saat-saat yang lalu
Selalu kuulangi bahwa aku menginginkan kehadiranmu
Dalam setiap hari, jam, menit, bahkan detik dengan bersamamu
Tapi kutahu Tuhan punya rencana lain, sayang
Seperti halnya pisau tercipta untuk tajam tanpa ia tahu kegunaannya selain dari pemakainya

Rasanya aku ingin menghabiskan waktu bersamamu
Bercerita dipinggir pantai dengan debur ombak dan angin yang memaksa untuk berpaut lebih lama
Atau dengan kabut tipis yang turun dipuncak gunung Bromo yang ingin kita jajaki bersama
Tapi kusadarkan diriku dari khayal untuk yang terakhir
Tuhan memiliki rencana lain untukmu dan untukku
Hingga suatu hari nanti,

Yang rencananya tak siapapun tahu

Minggu, 14 Desember 2014

Lembah Kasih


Aku sering bermimpi untuk menjadi sastrawan yang puitis dalam berkata
Kadang juga, aku bermimpi untuk menjadi seorang penulis yang banyak dikenal
Tapi, tak sesering aku bermimpi tentangmu setiap malam, sayang

Waktu berlalu begitu cepat tanpa kita inginkan
Mengikis rindu dalam dadamu yang pernah menyematkan namaku didalamnya
Tapi, tak secepat waktu berlalu akan merubah tinta yang mencoreng namamu dihatiku, sayang

Secepat sambaran kilat yang melesat dilangit mendung hari ini
Siang hari yang semuram hatiku
Begitu banyak tetesan air yang menyaru pipiku tanpa satupun orang tahu
Keadaan yang begitu getir, dingin
Aku menyatu dengan angin dibawah langit gelap kota Jakarta; tempatku dilahirkan
Tiada burung berkicau yang selalu kudengar merdu pada tempat yang sama
Mengingatku pada ocehan lembut dengan gurauan yang menyejukkan
Sesejuk siang pada hari ini tanpa air yang membasah dalam dekap rinduku padamu, sayangku

Memang setiap orang akan merasakan kehilangan yang berujung penyesalan
Seperti Ira yang kehilangan Shu pada film ‘’GIE’’ yang pernah kutonton beberapa kali
Film yang selalu membuatku ingin menjadi seseorang yang kritis, menjadi seorang pemberontak
Terlebih, keinginanku untuk berada dilembah kasih Mandalawangi bersamamu, sayangku
Lembah yang diagung-agungkan banyak orang tentang hamparan tanahnya yang luas dihiasi bunga-bunga yang indah
Tapi, aku mengerti bahwa Tuhan punya rencana-Nya sendiri yang tidak selalu sejalan dengan keinginanku

Setiap orang selalu menginginkan nasib yang baik
Sama halnya denganku yang takdir mengatakan hal lain kepada hidupku
Mungkin bila tanpa cinta, aku akan terus mencacimu
Tapi cinta selalu menghadiri kelembutanku untuk bernafas walau tanpamu, sayang
Karena cinta mampu mengalahkan segala benci, bahkan musnah begitu saja
Begitulah yang mereka katakan dalam novel-novel cinta yang sering kubaca.

Kamis, 04 Desember 2014

Cacat dibalut dengan Sempurna


Aku akan belajar untuk membencimu agar kehidupanku berjalan baik-baik saja
Aku tidak akan mengingatmu
Aku akan menata hari-hariku tanpamu
Menata dari awal setelah kau hancurkan tanpa rasa bersalah
Aku tidak butuh bantuanmu untuk menatanya
Aku tidak butuh belas kasih yang saat ini kau tuturkan padanya
Berjalan sendiri tanpamu dalam kebencian,
Membuatku lebih baik daripada berjalan dengan rasa dalam diam
Kau pernah menuturkan janji hingga kulihat janjimu usang dimakan rayap
Setebal buku yang kubaca tentang cara menyembuhkan luka
Terlalu banyak bicara ini dan itu
Hingga akhirnya kudapati kaumakan omongan sendiri karena lapar
Simpan kepolosanmu itu !
Aku sudah muak melihat dibaliknya
Cacat yang dibalut dengan sempurna
Begitu mahir kau bersandiwara untuk mendapatkan hati yang kau inginkan
Aku kalah, untuk saat ini kau menghempaskan tanpa memberiku ruang untuk membela
Dasyat seranganmu mematikan hati lalu melumpuhkan otak
Hebat, sekali melompat bajing mampu mengalahkan rusa yang berlari cepat
Sumringah senyum yang kausunggingkan mengecutkan hatimu yang bersih
Kaubiarkan begitu saja gelap menguasai tanpa usaha untuk mencari terang
Itu yang sedang kaulakukan
Itu yang sedang kaulakukan
Ya bukan ?
Sayang, kau lupa dengan Tuhan yang setia pada hamba-Nya yang selalu berkeluh kesah pada-Nya
Biar kuingatkan, Tuhan akan menjagamu sebagaimana yang diharapkan hamba-Nya yang lemah
Yang sudah kauperdayakan begitu saja lalu membuangnya
Balasan-Nya lebih ampuh dan tajam untuk kau sentuh
Lihatlah siapakah yang akan selamat dikemudian hari.



Minggu, 26 Oktober 2014

Tatap Terakhir


Nyawaku masih tertinggal disana
Ruang yang meninggalkan bekas luka dalam dada
Ada kita, kurasa aku tak pantas menyebutnya lagi dengan sebutan itu
Sorot matamu menyinggung untuk segera kuberlalukan
Bukan lukanya, tetapi statusnya
Apa boleh buat, kututup kepedihan diraut wajah dengan selengkung senyuman
Meski tipis, kuharap kau tidak mengetahui bahwa itu adalah kepura-puraan

Kutatap wajahmu yang memberikan sekeryit perih
Menumbuhkan rindu yang kian tanpamu kusembunyikan
Kini, kau duduk dihadapanku
Bukan dengan selengkung senyum tulus, tetapi dengan seraut wajah mengucap selamat tinggal
Aku hanya menatap sendu, mengharap kau berubah pikiran
Untuk tetap tinggal, seperti apa yang telah kutahan dan kuperjuangkan
Apa boleh buat, keputusanmu  tak bisa kuganggu gugat layaknya sidang dipengadilan
Aku hanya mengiyakan tanpa melihat sudut mataku yang mulai membasah

Setelah kubiarkan, ternyata rinduku sudah berada pada puncaknya
Kudekapmu, tanpa kuperdulikan air mata yang sedari tadi kusembunyikan
Kuletakkan sebagian kecintaanku padamu agar dengan mudah kuberlalu seperti inginmu
Kulerai semua pedih, hingga kuharap akan hilang sendiri
Kuhantarkan sebagian rasa hingga kuharap kau mampu rasakan hebatnya getaran yang tak sempat kuutarakan
Kubilang aku selesai mengemis cintamu, bukan berarti aku selesai untuk berusaha selalu disisimu
Kulepasmu, dengan mantap kukatakan ‘’aku baik-baik saja’’
Yang sebenarnya banyak kejujuran dibalik kata ‘’aku baik-baik saja’’

Segera saja aku pergi dari sana agar rinduku tidak terlalu menggebu
Meskipun nyawaku masih tertinggal disana
Kubiarkan ia untuk hidup sementara waktu didalamnya
Kugenggam tanganmu tanpa menyentuhnya,
Dan sorot matamu yang terakhir membuatku menaruh seribu harap
Tanpa membuatmu merasa terganggu, aku memilih untuk diam

Sekarang, kutegaskan oleh semua  yang inginku segera pergi darimu
Aku punya alasan mengapa aku tidak pergi
Yang alasannya hanya mampu dimengerti olehku dan penciptaku dibumi
Tak perlu khawatir,
Aku punya Tuhan yang setiap saat selalu menemani

Kuharap Tuhan segera menamparmu agar kau sadar,

Dan memelukmu agar kau merasa lebih baik.

DIA

Setiap orang pasti pernah merasakan jatuh cinta. Apakah diantaranya juga pernah merasakan sulitnya merelakan ?

Aku tidak pernah berfikir bagaimana sakitnya kehilangan saat pertama bertemu dia. Sorot matanya memanjakanku, membawaku pada sebuah tempat dalam kenyamanan yang berbeda. Aku merasa takjub, dan batinku tak pernah mau berhenti untuk memeluk. Tapi saat hujan kala itu, ada yang memaksaku untuk berhenti memeluk . Biar kutebak, itu adalah kenyataan yang buruk.

Ternyata seperti ini rasanya kehilangan. Kehilangan yang membuat dadaku sesak, pikiranku tak terarah serta air disudut mata yang tak kunjung henti. Hatiku seperti tersayat olehnya, karenanya, dibuatnya. Keindahan kini berubah menjadi penderitaan. Perubahan yang selalu membawa  bayangnya, kisahnya, canda tawanya.  Kata  manisnya yang melintas dalam otakku membuat malamku muram, membuatku mengubah berhenti menjadi bertahan. Aku bertahan dalam sakitnya diabaikan, aku tetap mencintainya dalam perubahan.

Dia hilang. Bukan hilang dalam kehidupan nyata. Dia hanya hilang dalam kehidupanku, dia hanya pergi bersinggah pada kehidupan yang baru dengan orang yang baru. Kepergiannya tanpa pasti akan kembali. Kepergiannya membawa keraguanku untuk menunggunya datang kembali. Aku sendiri, disini, dalam tangis kepiluan menunggunya hadir kembali.

Adakah yang lebih sakit dari kehilangan ? pikirku. Ternyata ada. Aku ingat katanya, jika aku pergi bukan karena Tuhan, biarkan aku mencari jalanku sendiri untuk kembali padamu. Jangan sekali memaksaku kembali kepadamu hanya untuk kebahagiaanmu seorang diri. Biarkan Tuhan menunjukkan keadilannya.
Perkataannya membuatku terenyuh. Membuatku tak berkutik, aku terkunci. Aku terlalu bodoh untuk memahaminya. Aku terlalu buta untuk melihat kedepan. Aku terlalu tuli untuk mendengarkan nasihat orang lain.  Inilah bagian tersulit, inilah bagian yang paling menyakitkan. Aku harus merelakan. 

Senin, 22 September 2014

Pagi Hari Ketika Kumengingatmu



Kamu buat aku terpuruk (kembali)
Kalau saja aku bisa meramalkan hari ini, mungkin aku tetap bersamamu
Bedanya, kita sebagai teman baik, bukan kekasih
Kini, aku sudah terlanjur mencintaimu
Meskipun kutahu, kamu tidak lagi yang seperti dulu
Yang mampu merebut hatiku
Yang mereka bilang kamu sungguh-sungguh ingin memilikiku
Bahkan menjagaku dan mengobati luka yang tak kunjung sembuh
Nyatanya, kini kamu membuat luka baru
Menambah perih yang sudah hampir habis kutopang
Mengusik air mata untuk lebih banyak keluar
Kini, kamu mampu membaca sisi lemahku
Meskipun kutahu aku seperti wanita yang bodoh dimatamu
Aku tetap tidak mau pergi
Ruang hatiku malah semakin terasa sesak dengan namamu
Otakku semakin sempit dengan kenangan manis bersamamu
Memoriku tajam untuk mengingat setiap apa yang pernah kita lakukan

Hey sayang,
Janji manismu terlintas disana
Akan terus menjaga pipiku untuk tidak basah karenamu
Manis sekali terdengar hingga aku mempercayaimu
Juga ada kamu yang menatapku sendu disana
Memayungiku dari panas dan mendekapku dari dingin
Bilasaja kamu memaksaku pergi
Aku pasti ingin pergi
Pergi dari sekelebat bayang hitam ini
Pastinya bukan tanpa kamu
Melainkan aku harus denganmu
Meskipun kamu akan menolaknya dengan sangat berani
Akan kulawan dengan ketulusan hati
Sehingga tanganku mampu meraihmu perlahan dan mengajakmu pergi
Jikalau itu tidak akan terjadi
Kupastikan kamu yang terakhir untuk kututup kisah remajaku
Hingga suatu hari akan tiba waktunya
Kamu kembali atau aku yang pergi



Waktu yang Menggilas Manisnya Keadaan



Andaisaja waktu bisa berjalan mundur,
mungkin aku akan melangkah perlahan kearahnya
Berusaha mencapaimu dimasa kita merasakan kesamaan rasa
Ditempat canda mesra,
dalam manisnya keromantisan hubungan yang rasanya tak berhujung
Andaisaja semua menjadi nyata,
Aku akan mendekapmu lebih erat agar kini kau tidak terlalu bebas
Menyerahkan penuh kekuasaan diatas singgasana hatiku
Kemudian engkau menjadikanku ratu yang memiliki hak penuh hingga saat memejamkan matamu yang terakhir
Tapi kutahu,
Bahwa andai tidak akan pernah menjadi nyata
Karena waktu tidak akan menggoyangkan kakinya untuk mengayuh kebelakang

Kini adalah nyatanya
Aku hanya bisa memutar sekelebat memori tentangmu yang membuatku bangkit
Mengais seuntai kata yang pernah kau bisikkan padaku, yang telah menjadi motivator ulung untuk diriku
Berlomba menjadi yang nomer satu meski terseok-seok menahannya dalam mengikis perih
Memaksa air mata untuk tidak menitik hingga asaku tiba digaris akhir
Menjadikannya buih harap dengan melontarkan senyum terbaik agar membuatmu merasa gagah dalam melangkah meski tak kau lirik, tanpa membuatmu merasa bahwa kau melukai

Aku memang harus merelakan bahagiaku dalam waktu sementara,
sampai kau sadar akulah yang kau butuhkan
Bilasaja bukan, aku akan memberimu seulas kenangan indah untuk kau kenang disudut matamu, diruang hatimu yang kecil akan namaku
Aku akan memalingkan wajah darimu yang pernah menjadi sumber semangat untuk hidupku
Dengan tujuan agar aku mampu mewujudkan kemauanmu yang bagimu tak pernah kupahami
Setelahnya aku akan berjalan mundur menjauh darimu meski ku tahu sejauh apapun aku pergi, kita tetap berada dibawah langit yang sama
Diatas bumi yang pernah menjadi saksi kerinduan diantara kita
Lalu berjanji akan kuhantarkan kepadamu keindahan meski aku harus berpura-pura tidak merasakan sesak dadaku yang kehilangan sosok dirimu

Sesak ketika waktu yang berjalan menggilas manisnya keadaan

Bunga yang Layu



Menolehlah kearahku
Seperti mendung yang tak berpaling dari hujan
Serupa dengan ombak yang menyatu dengan angin laut
Semirip kaktus yang hanya hidup pada panasnya musim
Dan mawar merah yang memerah pada harinya
Bukan mawar putih yang tak seputih tumpukan salju dibawah terik

Menolehlah kearahku
Seperti kau mengasihiku bunga yang merekah
Menyandingkannya dengan sikap manis dan kata mesra yang kian menipis
Biarlah malam mengejar pagi dan pagi mendapatkan siang dengan mudahnya
Aku tak kalap diterjang badai yang berbaris rapi sedari tadi
Aku mampu menangkalnya meskipun harus sesekali terhempas

Karang memang tetap kokoh dihantam ombak
Tak akan pernah lari
Tak akan bisa pergi
Bagai bintang yang sudah ditakdirkan menemani malam
Juga matahari yang akan tetap terbit diwaktu siang
Begitu pun bulan yang tak akan berpaling dari gelap gulita malam

Aku tak memaksamu lagi menoleh kearahku
Bunga merekah sedari perjalanan layu tanpa kautahu
Terkikis menghambur diatas tanah harap
Jikalau suatu hari engkau memintanya, maka akan kuberikan tangkainya yang masih kugenggam
Maka kutahu kau kan bertanya dimanakah bunganya

Kan ku jawab ‘’bunganya layu tanpa kautahu’’

Sabtu, 23 Agustus 2014

Sayangnya Kau Masih Merindukannya


Sayangnya kau masih merindukannya
Iba dihati berubah benci
Semilir angin dingin terasa dibawah terik matahari
Dan kaktus yang tumbuh subur pada musim dingin
Juga mawar merah berubah seputih kapas diatas salju
Terasa jauh dari mungkin
Tapi, ada Tuhan

Sayangnya kau masih merindukannya
Ketika sapa matahari paginya bukan menyorotmu lagi
Kau masih mengukir harap diatas air
Padahal bisa kau ukir diatas batu
Dengan benda tajam yang katamu sulit kau cari
Yang sebenarnya mudah kau temui

Sayangnya kau masih merindukannya
Bilik tawamu kaubiarkan terhalang badai hati
Bergurau diatas kebohongan yang kau sebut bahagia
Layar baikmu kau pertontonkan dihadapan khalayak ramai
Dibaliknya, kau nikmati pahitnya sendirian
Dan selalu mengaku manis

Sayangnya kau masih merindukannya
Tanpa sadar bodoh akan terus menjalar
Kaumerasa lelah bersimpuh diatas kebohongan
Bak jagung yang berada didalam tanah
Kini sudah dicabut oleh pemiliknya
Sudah terlihat bentuknya
Bisa dinilai baik buruknya
Sangat menentukan harga

Sayangnya kau masih merindukannya
Diatas waktu yang sedikit
Dalam ruang yang begitu sempit
Malah kau biarkan dirimu sesak sendiri
Menjadikannya terasa begitu rumit
Padahal Tuhan memberi jalan
Tapi kau malah menghentikan langkahmu
Tidak ada lorong waktu, sayang
Jangan biarkan dongeng menjebak pikiranmu
Dan menahan dirimu untuk segera berlalu

Sayangnya kau masih merindukannya
Dalam kenyataan yang kautahu
Dia merindukannya.

Kamis, 14 Agustus 2014

Menang

Terima kasih sudah setia
Berpijak bersamaku dalam kasih
Lalu berjalan beriringan menaruh rasa
Mengukir kisah yang sama dan saling menyematkan nama
Disatu ruang kecil yang menyimpan banyak rasa
Kita saling merindu yang terbebas
Tanpa penahan yang hampir membuat sedikit gila
Kita mampu bertahan
Bertahan dalam asa sejak pertama aku dan kamu menjadi kita

Terima kasih sudah membuatku bahagia
Dari caramu memandang yang terasa begitu dalam
Dari tatapan bola matamu yang hitam pekat dan memikat
Dari cara pandangmu yang telah memeluk
Terasa hangat, aku bahagia
Kenyamanan darimu membuatku tertidur
Tak mampu berkutik tuk melihat yang lebih
Dalam mimpi kumilikmu
Dalam nyata kubersamamu

Terima kasih telah bersabar untuk meraih kata ‘berhasil’
Berhasil tak saling temu dalam kesucian bulan milik-Nya
Berteman pada sepi
Bermesra dengan ketenangan
Meskipun semilir angin dingin memaksa memeluk
Akhirnya kita berhasil menahan rindu
Hingga tiba pada hari dimana kita harus berbangga
Pada diri kita yang mampu setia kepada-Nya

Sungguh lantunan doaku tiada henti
Memuja-memuji-Nya sepenuh bulan suci
Mendesak-Nya agar dapat kembali
Pada kenikmatan hari-hari ini
Masih dalam kata ‘kita’ disini, didalam hati


Tanggal Jadi

‘’ Mungkin mereka menspesialkan tanggal jadi bersama, aku cukup  sendiri.’’


Mereka terlalu menspesialkan tanggal jadi. Menunggu ada hal yang spesial, menunggu sesuatu yang berbeda dari hari biasanya, pokonya adalah hari bahagianya. Banyak yang merayakannya. Ada yang pergi jalan-jalan menghabiskan waktu berdua, ada yang meluapkan rindu dari suara dibalik ponsel, bahkan ada pula yang hanya merayakan dengan ucapan mesra dilanjut waktu luang berbatas jarak. Bahagia sekali mereka, bisa menspesialkan tanggal jadinya bersama. Meskipun terlihat sepele, coba perhatikan, mereka tidak peduli orang menganggap apa, yang penting keduanya bahagia.

Siapa bilang hanya mereka yang bisa menspesialkannya. Aku juga bisa. Diawal masuk hari baru pasti bersamaan dengan tanggal baru. Aku menspesialkannya, dengan cara mengingatkan dia kalau sudah masuk tanggal baru. Siapa bilang hanya mereka yang bisa menspesialkannya. Aku juga bisa. Aku menulis kisah hari ini dengan tulisan-tulisan bahagia dalam buku ‘tentangnya’. So sweet bukan?. Mereka mungkin tidak punya, hanya aku yang punya. Siapa bilang hanya mereka yang bisa mesra. Aku juga bisa. Setiap chat dia yang masuk aku balas rindu, menyelipkan emoticon peluk dan cium. Tak kalah mesra bukan ?. Kalau mereka bisa menghabiskan waktu bersama, aku juga bisa. Aku menghabiskan waktuku bersamanya, dengan menunggu setia diatas kesibukannya. Menunggu celah untuk bersapa mesra bersamanya. Lihat, spesial, aku menspesialkannya.

Aku beritahu sedikit, bahwa bersabar itu nikmat. Bersabar membentuk pribadi buruk menjadi lebih baik. Bersabar membuat keadaan yang redup menjadi lebih terang. Bersabar membuat hubungan yang jauh menjadi lebih dekat. Mungkin mereka menspesialkan tanggal jadi bersama, aku cukup  sendiri. Karena jika aku menspesialkan hari ini dengan kesabaranku, maka setiap hari kedepan hubungan akan jadi lebih spesial dari yang dibayangkan.



Inilah AKU



Inilah aku,
Berani menari dalam tulisan, bukan dalam pertemuan
Berani meluapkan luka, bukan dalam keterbukaan
Berani mengadu dalam tangis, bukan dalam kejujuran
Berani menjerit diatas diam
Berani tertawa diatas kesedihan

Inilah aku,
Mencintai panas yang mengajarkan rasa sabar
Mencintai hujan yang penuh ketenangan
Mencintai malam yang penuh keheningan
Mencintai diriku yang penuh kekurangan
Dan yang terpenting
Aku mencintai dia yang Tuhan ciptakan

Inilah aku,
Sekali lagi kutegaskan, aku penuh kekurangan
Bukan mereka yang bersolek dengan kecantikannya
Bukan mereka yang punya banyak uang
Manjakan dirinya dengan kelihaian zaman
Yang pantas untuk dipamerkan sebagai pacar didepan banyak orang

Aku ya aku, inilah aku,
Bukan mereka
Aku menyimpan banyak rasa dalam kesendirian
Siapapun tak kuberi tahu kecuali Tuhan
Aku merasa kecil dimata setiap orang
Tapi, Aku merasa sempurna dimata Tuhan
Aku perbaiki pola pikirku
Tuhan tidak butuh jawaban dengan siapa aku bahagia didalam hidupku
Tuhan hanya butuh jawaban seberapa besar cintaku pada-Nya sepanjang hidup

Inilah aku,
Yang sedang membagi cintaku untuk yang Tuhan ciptakan
Sisa kecintaan pada-Nya hampir sepenuhnya kuserahkan
Tuhan mengerti aku butuh teman
Untuk saling menaruh kerinduan
Saling bercakap dalam kemesraan
Saling belajar cara menikmati hidup
Suka atau duka harus dihadapi
Ya memang harus, mau tidak mau
waktu terus berputar, hidup tetap berjalan

Aku ya aku, inilah aku,
Yang tidak diketahui banyak orang
Miliki rasa yang seluruhnya hanya mampu terungkap dalam sebuah tulisan
Bukan bertatap, tegaskan inilah aku yang sedari tadi kutuliskan

Inilah aku,
Dalam kesederhanaan

Memilih kamu yang Tuhan tahu aku butuh teman

Jarak diantara KITA

‘’Aku mulai merasa ada jarak diantara kita’’


Aku masih merasakan hangatnya genggaman tanganmu yang menahanku pergi. Kau bertingkah layaknya anak kecil yang akan kehilangan benda kesayangannya. Benar, aku merasa dispesialkan setelah sekian lama aku menganggap diriku hanya sampah dimata setiap orang. Beberapa ceritamu membuatku sepenuhnya mempercayai bahwa rasa spesial ini tak akan berakhir setelah kuberpikir di beberapa malam sendiri yang kulalui.

Jika dihitung, mungkin sudah lebih dari seribu kata manja yang kaulontarkan untuk menutup chat kita. Penutup yang selalu kujadikan peneman segala aktivitas ataupun sebagai penghantar mimpi indah. Sepele bukan ? yang mesti kautahu, hal kecil yang kauanggap berlebihan bisa jadi sesuatu yang besar dan berarti; untukku.

Setiap waktu yang kaupunya, selalu kausisihkan untukku. Aku merasakan kasih luar biasa yang kauberikan hanya untukku. Bukan untuk setiap wanita yang dekat denganmu. Kembali lagi, kau membuatku merasa terspesialkan. Aku sangat bersyukur atas kelebihan yang kaupunya. Namun, syukurku baru kurasakan beberapa waktu ini. Beberapa waktu lalu, aku hanya membuatmu merasa seperti tahanan yang tidak berhak untuk berbicara dengan siapapun; wanita. Kau perlu tahu, aku hanya takut dikhianati dibalik senyum yang selalu kaujadikan peneman untukku. Aku mempercayai kesetiaanmu, tapi aku terlalu sulit mempercayai laki-laki kembali ketika ada dibelakangku. Ini hanya karena aku terlalu lelah untuk bodohi kembali.

Rasanya kehilanganmu mengingatkanku kembali pada rasa sakit ketika patah hati. Aku terlalu bodoh membiarkanmu pergi. Segala resiko jatuh hati, lagi-lagi hanya bisa kuhadapi dengan air mata. Tidak, aku tidak mau terjadi lagi. Setelah kaukembali, aku akan tunjukkan bahwa perubahan kearah lebih baik berpihak kepadaku, mengurangi sikap buruk yang selalu kutekankan kepadamu. Aku benar-benar merasa takut, kepergianmu tidak akan membuatku lebih baik dari ini. Memang seharusnya kauyang dari dulu kuperjuangkan, bukan dia. Pelukan Tuhan memang selalu tepat pada setiap hamba-Nya yang mau bersabar. Kau adalah hadiah terindah yang Tuhan berikan dari setiap mutiara yang jatuh dalam pengaduanku pada-Nya.

Bagaimana mungkin dalam setiap hubungan berjalan tanpa luka ?. Sekalipun tanpa luka, pecayalah, diantaranya ada yang berpura-pura tidak terluka. Seperti aku dan kamu, entah karena ada pihak ketiga, atau memang kita sedang menuju titik kejenuhan. Apakah disetiap hubungan akan menemukan titik kejenuhan ?. Aku mulai merasa ada jarak diantara kita. Aku mulai merasa kauberbeda. Kita hampir sampai pada satu titik yang kusebut titik kejenuhan.


Aku selalu berdoa dan berharap, jarak diantara kita tak mampu mengikis rasa sayang yang kita rajut dari awal. Jarak antara kita mampu menumbuhkan kerinduan yang belum pernah kita rasakan sebelumnya. Dan jarak antara kita segera berakhir dengan sebuah pelukan hangat menepis titik jenuh yang kukhawatirkan mampu menghapus ‘kita’. Semoga Tuhan mendengar rintihan dari satu hati yang merindu.

Jatuh Cinta (Lagi)

‘’Aku harus kembali pada catatan kecil yang mengingatkan segala resiko jatuh cinta lagi. Mataku akan sembab setiap pagi, pipiku akan selalu basah, dan hatiku berdenyut-denyut perih. Lagi-lagi aku harus kembali seperti ini.’’

Dimanakah letak aku harus menilai kauberbeda dengan yang lalu? . Apa mungkin semua kisah akan berakhir luka ? . Aku yang pilih dengan segala pertimbangan. Kau laki-laki yang cukup baik, cukup sederhana untuk memilih aku sebagai kekasih. Kau laki-laki baik, mampu membuat aku bangkit untuk tidak pernah mengingatnya kembali.

Lagi-lagi kita kembali pada apa yang kutanyakan. Apakah semua kisah harus berakhir dengan luka ?. Kau harusnya kenal aku sebagai wanita pengalah. Tetapi sudah tidak, aku berbeda setelah kehadirannya. Mestinya kaumengerti aku yang telah disampingmu kini. Bukan justru kaumalah terus memacu detak jantungku untuk terus memaki. Sungguh, aku tahu kautak suka semua ini, begitupun aku.

Aku harus kembali pada catatan kecil yang mengingatkan segala resiko jatuh cinta lagi. Mataku akan sembab setiap pagi, pipiku akan selalu basah, dan hatiku berdenyut-denyut perih. Lagi-lagi aku harus kembali seperti ini. Aku yang terlalu berlebihan atau memang kamu yang tak berperasaan ?. Aku harus menyesal bahwa aku jatuh cinta lagi, aku harus menyesal dengan segala kebodohan ini. Tapi aku tidak menyesal telah mengenalmu, dan menghabiskan secuil sisa masa mudaku bersamamu.

Biar kutegaskan rasanya diabaikan. Seperti teriris, pedih tapi harus kunikmati. Aku yang memilihmu, aku juga yang harus mempertahankanmu. Bukan kamu sumber kepedihan ini, mungkin aku yang terlalu berlebih menuntutmu itu dan ini. Aku sadari, aku jauh dari segala kesempurnaan. Dia. Iya, dia adalah penyebab aku selalu merasa kecil dihadapanmu, selalu membuatku merasa tak pantas untukmu. Percayalah, aku bukan mereka tapi aku bisa lebih dari mereka. Aku mampu menjadi apa yang tak pernah kaupunya, aku mampu menjadi sumber tawa yang tak pernah kaulupa keberadaannya.


Dimanakah harus kuberhentikan garis kasih ini ? . Bukan aku yang akan menentukan, aku wanita bodoh yang hanya bisa diam dengan segala kelemahan. Sekali lagi kukatakan, aku hanyalah wanita bodoh yang berani mencintaimu dengan kelemahan. 

Rabu, 01 Januari 2014

Pilihan

“kenyataan yang kuterima semakin membuatku membatin dalam kebahagiaan yang baru saja kurasakan kembali setelah sekian lama menghilang”

Kita bertemu dan saling melabuhkan rasa dalam waktu yang tidak terduga. Perkenalan yang begitu singkat dan perhatian kecil yang hanya sesaat berlalu mampu menarik hatiku keluar dari masa lalu. Aku menyukaimu. Namun, aku hanya bernyali kecil untuk mengaku bahwa aku menyukaimu. Dia (teman dekatku) terlanjur lebih dulu mengatakan dia menyukaimu. Aku bisa apa? . Aku hanya mengelak aku tidak menyukaimu, hanya dihadapannya yang padahal dilain itu aku sempatnya terbayang senyummu. Apakah rasa itu hanya boleh ada disaat kenyataan berkata bahwa rasa itu boleh ada ?. Mungkin semua orang tidak akan mengerti apa yang sedang kufikirkan. Ini asli, akupun menganggap semua itu kosong, setiap orang berhak atas perasaannya!.

Aku menyembunyikan perasaanku hanya demi menjaga hatinya. Lain ceritanya, bukan tentang aku dan kamu, tetapi dengannya. Dia bercerita ini itu dari a sampai dengan z mengatakan bahwa seakan laki-laki itu menyukainya. Siapa laki-laki itu ? ya kamu. Posisiku hanya sebagai pendengar yang baik. Saat mendarat disegaris cerita yang kunilai keromantisan kalian, aku hanya tersenyum tipis dengan hati yang miris, aku iri. Sekilas otakku liar menyuruh mulut mengatakan bahwa aku cemburu. Namun, setelah itu aku sandingkan dengan tawa kecil dan bilang “becanda”.

Aku mencoba menghapus rasa yang belum terlanjur mengalir penuh dalam hatiku. Berusaha tidak peduli dengan tentangmu, kemudian dengan tegas kukatakan pada diriku bahwa kautakkan pernah membalas perasaanku, meski setitik kecil. Usahaku tidak terbukti. Aku merasa kau dan aku semakin dekat. Entah, aku tidak tahu apa yang membuat aku berfikir demikian, yang kurasakan aku lupa masa lalu dan aku tenang disisimu. Namun, kenyataan yang kuterima semakin membuatku membatin dalam kebahagiaan yang baru saja kurasakan kembali setelah sekian lama menghilang. Aku harus kembali memikirkan perasaan teman dekatku. Apakah aku harus membohongi perasaan dan segera pergi menjauh dari kebahagiaan yang baru?. Aku terpaku, bahkan rasaku terhempas kebumi, nafasku sesak, pikiranku tak berarah. Aku kembali terluka!.

Sudah kucoba pergi, tetapi rasaku takkunjung pergi. Semakin lama malah semakin menjadi. Aku hanya mencoba untuk tidak peduli dan kubiarkan dia bersenang hati dihadapanku dengan rasa barunya itu. Responku terhadap ceritanya semakin menipis bahkan pernah kubalas hanya dengan segaris senyum. Aku merasa bersalah dengan ini, rasaku yang tersembunyi akan membuatnya terluka jika dengan satu alasan; kau juga menyukaiku.


Pada kenyataannya benar, rupanya kita miliki rasa yang sama, dan kita sama-sama  menyembunyikannya. Namun, kenyataan sudah terlanjur menggariskan cerita seperti ini, cerita yang sebenarnya tidak sepenuhnya kita ingin. Aku sudah berusaha untuk tidak menjadi seorang yang munafik atas perasaan sendiri. Aku sudah mencoba menjadi teman yang baik dengan mengatakan yang sejujurnya atas segala cerita yang tergaris dibelakang layar. Keputusan yang kuambil bukanlah sembarang keputusan yang seenaknya saja kutetapkan. Dengan segala kematangan yang sudahku pikirkan, aku memilih kamu. Ya, kamu,  seseorang yang kutunggu kehadirannya selama kuberteman dengannya; kepedihan. Mungkin rasa benci akan tersemat dalam hatinya. Percayalah, itu hanya sesaat. Suatu saat ikhlas akan segera datang, dan membawa pergi hingga sampai pada kebahagiaan yang sesungguhnya. Maafkan aku.