Jumat, 27 Juli 2018

763 KM


"Untukku tidak apa-apa. Demi mendapatkan pelangi, aku rela jatuh berkali-kali..."




Tujuh ratus enam puluh tiga kilometer
untuk perempuan semacamku adalah jarak yang jauh
Demi menemukan pelangi, aku melewati hujan setiap hari

Aku diantara kisah-kisah dari keluarga baru
Hidupku melukis cerita didalam keluarga itu
Hanya saja, aku bukan bagian secara sah
Butuh hujan berhari-hari lagi untuk mendapatkannya

Untukku tidak apa-apa,
Demi mendapatkan pelangi, aku rela jatuh berkali-kali
Kadang kala aku merasa lelah,
Lalu menceritakan berbagai keluh
Berharap kamu sukarela untuk membantu

Aku lupa,
Sedang aku mencari pelangi dalam hatimu
Hatimu yang beku karena kisah-kisah baru
Hujan setiap hari tidak cukup mencairkan hatimu
Jatuh berkali-kali juga tidak cukup menyentuh rasamu

Aku mencari pelangi sampai dengan radius tujuh ratus enam puluh tiga kilometer
Itu gila.
Menyelami hati orang-orang yang berada disampingmu sejak kamu lahir didunia
Aku mencari pelangi diantara hidup dan mati
Dalam waktu-waktu sempit pun, aku bisa menatap matamu melepas segala rindu

Caraku ini mulai melelahkan

Aku ingin hentikan cerita dongeng ini
Sebab pelangi itu tidak pernah ada
Sekalipun ada, warnanya tidak akan seindah duga

Sudah cukup, istirahat kali ini, kuharap otakku bisa melupakanmu.


Kamis, 14 Juni 2018

APAKAH SELAMANYA?




Malam ini suara takbir menggema
Bersama dengan riuh didalam kepala
Sementara memori memutarnya tanpa izin
Luka ini kembali merebak semaunya

Lantas sadar mengatakan “Apakah selamanya?”
Air mata menjawab dari sela-sela mata
Menampakkan wujudnya tanpa malu-malu dari balik sendu
Baru kali ini melihatmu jauh justru bukan rindu

Sementara kali ini terlalu sendirian
Mengisak dan berharap ini penghabisan
Tidak ada lagi esok, tidak pernah lagi duka
Tidak pernah lagi diam-diam meluka


Jumat, 02 Februari 2018

KEPADA PEREMPUAN YANG TAK TAHU DIRI

“Sudah minimkah laki-laki dibumi untuk membuatmu seperti tak punya harga lagi ? Sampai-sampai bahagia orang lain kau pilih untuk menjadi bahagiamu sendiri”


Kepada perempuan tak tahu diri yang telah merebutmu...

Bukankah perasaan itu sama adanya ? Ketika sedih ingin sekali menangis dan di dengar olehnya ?
Agar dia mengerti, dimana dia tak perlu mengulanginya lagi.
Pria yang kau isi hari-harinya dengan tawa adalah pria yang telah kuperjuangkan lebih dulu darimu.
Lantaskah hari ini kau menangis karena takdir menjemputnya pulang ke pelukanku ?

Untukmu, yang sepanjang perjalanan selalu kusalahkan...

Pantaskah hari ini kau menangis dan mengharapkan dia akan pulang ?
Bisakah kau memahami betapa menyakitkannya kata murahan
Sedang kemudian dia yang kau salahkan
Dan mengatakan “dia yang datang lebih dulu”
Bukan, tamu tidak akan masuk jika tidak kau bukakan pintu

Bukankah sudah jelas-jelas bagaimana aku memohon padamu untuk menjauh ?
Terasa sulitkah waktu itu ?
Bandingkan sulitnya dengan hari ini ketika kuputuskan untuk merebutnya lagi
Apakah sesak sudah menjalar diseluruh tubuhmu ?
Bagaimana rasanya tak berkutik oleh waktu ?
Sadar atau tidak, posisi bahagiamu bersamanya kemarin adalah posisi yang salah
Sekarang karma menegurmu dan kau tetap pada tak tahu dirimu itu ?

Sudah minimkah laki-laki dibumi untuk membuatmu seperti tak punya harga lagi ?
Sampai-sampai bahagia orang lain kau pilih untuk menjadi bahagiamu sendiri
HAHAHA aku selalu tertawa dan bertanya “apakah kau tidak lagi punya harga diri ?”
Begitukah caramu menunjukkan bahwa sesama perempuan harus saling mengerti ?

Sekarang, kau ingin memainkan permainan denganku
Seberapa persenkah keyakinanmu untuk menang dariku ?
Dek, fokuslah dengan ujian-ujian di kampusmu
Bisakah kau berhenti urus kebahagiaanku yang ingin kubangun kembali ?
Kau bisa pergi dan berpura-puralah tidak pernah mengenali kami
Untuk menyelamatkan harga dirimu yang hampir tidak ada lagi J