Rabu, 16 Desember 2015

HAI (LAGI)



Selamat malam.

Hai,
Sudah lama sekali kita tidak pernah sehangat ini. Sudah lama sekali kamu tidak semanis ini. Rasanya terlalu tidak mungkin hari itu kembali. Sejak aku menghindar dari segala tentangmu. Tapi hari ini ada keajaiban. Kamu kembali...

Mungkin, rasanya terlalu berat untuk mengulang. Dimana saat sebuah kepercayaan telah dirusak. Tapi hati, hati memang tidak pernah berpaling untuk memilih siapa yang ia ingin. Sekali aku menolak, maka sejak hari itu aku akan berada dalam penyesalan seumur hidup.

Percaya memang tidak semudah saat pertama kali kamu berlabuh. Tapi hatiku sudah begitu mantap untuk kembali memulai denganmu. Rasanya memang tidak layak untuk kusebut ini adalah  petualangan baru. Tapi setelah kita terombang-ambing dalam lautan dan menepi pada tempat yang berbeda kemudian kembali dipertemukan, bukankah aku boleh mengatakan bahwa ini adalah petualangan baru ?. Petualangan dalam menuju ketulusan, menuju kesetiaan, yang terpenting menuju bahtera kehalalalan cinta yang selalu diimpi-impikan. Dan ini terasa baru, ini adalah petualangan baru.

Aku memang pernah menutup hati, sejak saat aku sulit untuk pergi. Menutup hati untuk siapapun, meskipun ia telah masuk dan mulai membimbingku untuk pergi darimu. Namun, cinta tidak bisa dipaksakan dan hati tidak mampu untuk ditipu. Sekali ia tinggal, maka ia nyaman dan menetap didalamnya. Itulah aku, sejak kamu pergi, tak pernah sekalipun aku pergi, hingga saat ini. Jantungku memang berdetak dengannya, namun detaknya justru seirama dengan detak jantungmu. Artinya adalah, bersama belum tentu menyatu dan seirama sudah pasti menyatu.

Kamu tahu, bahwa aku telah menemukan bagian dari hati ini sejak lama. Dan aku masih mencari-cari kesetiaanmu hingga hari ini. Dimana didalamnya terdapat bagian dari hatimu yang selalu kuingin tahu.  Aku sangat yakin, bahwa kamu tahu aku sangat menginginkan kejujuran. Kejujuran yang akan membawaku pada kepastian yang selalu kuinginkan. Seandainya kamu tahu, sungguh aku sangat menyayangi kamu, dulu atau sekarang dengan porsi yang tidak pernah sekalipun berkurang. Seandainya kamu tidak semudah dulu untuk pergi dariku, aku akan sangat bersyukur atas terkabulnya segala permintaanku pada Tuhan, dan seandainya kamu akan pergi untuk kesekian kalinya (lagi), aku juga sangat bersyukur karena Tuhan kembali menunjukan bahwa Ia tidak ingin aku jatuh hati sia-sia pada orang yang salah.

Tidak ada kata penutup yang puitis untuk menahanmu pergi, hanya ada sebuah pelukan untuk membiarkanmu tinggal disini; hati.


Senin, 12 Oktober 2015

ETIKA DALAM BERTAMU


‘’ hindari terlalu sering bertamu pada tempat yang sama. Karena kalian tidak pernah tahu apakah tuan rumah merasa nyaman atas kehadiran kalian atau justru sebaliknya’’

Setiap seseorang pasti pernah datang kerumah keluarga, teman, pacar, hingga seseorang yang belum di kenal pun sebagai seorang TAMU. Dari yang dekat hingga yang jauh pasti memiliki tujuan untuk singgah beberapa waktu di rumah yang dituju sebagai seorang TAMU.

Adakah dari kalian yang memperhatikan etika dalam bertamu ?

Bertamu adalah mendatangi rumah seseorang atas kepentingan tertentu. Dan tentunya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Pertama, ketuklah pintu rumah terlebih dahulu kemudian mengucap salam. Pastikan salam hanya berulang hingga 3 kali. Bila tuan rumah tidak menjawab, datanglah kembali dilain waktu.

Kedua, pastikan bertamu atas kepentingan/tujuan tertentu.

Ketiga, jangan selalu berfikir bahwa kedekatan akan menjadikan kalian bebas bertamu kapanpun kalian mau. Tidak demikian, perlu adanya konfirmasi pada tuan rumah terlebih dahulu apakah tuan rumah sedang berada didalam ataukah diluar rumah. Hal tersebut guna menghindari terganggunya aktivitas tuan rumah yang akan berlangsung akibat kehadiran TAMU.

Keempat, hindari terlalu sering bertamu pada tempat yang sama. Karena kalian tidak pernah tahu apakah tuan rumah merasa nyaman atas kehadiran kalian atau justru sebaliknya. Sebaiknya bertamu yang berulang-ulang dihindari agar tidak menimbulkan pikiran negatif dari orang-orang diluar rumah ataupun tuan rumah itu sendiri.

Jadi, buat kalian yang terlalu sering bertamu dengan alasan yang tidak penting bagi tuan rumah, sebaiknya mulai sekarang dihindari. Agar tidak memicu terjadinya rasa tidak nyaman bagi tuan rumah maupun yang diluar rumah.

JANGAN TERLALU SERING BERTAMU YA, KARENA PASTI AKAN MENIMBULKAN RASA TIDAK NYAMAN BAGI TUAN RUMAH.

Sabtu, 04 Juli 2015

SELAMAT DATANG DAN SELAMAT JALAN


Biar kuceritakan…


Panjang cerita yang terbilang singkat untuk kuceritakan
Dimulai dua hari yang lalu, lesuku hilang mendengar kabar baik dari seorang yang tak pernah absen membanguniku sahur setiap pagi “Mamah” merasa mulas
Jelas kutahu dia akan keluar
Televisi masih mengoceh dan kami pun sibuk mengoceh merencanakan persiapan
Aku melihat banyak harapan dimata mamah dan seorang laki-laki yang kucintai yang sedari dulu kupanggil “Ayah”
Atas akan hadirnya keluarga baru yang kami tunggu-tunggu dari 9 bulan lalu
Kecemasan tersirat didalam gelagat Ayah, tetapi tetap pada pribadinya yang sabar dalam menghadapi apapun

Aku menanti dengan melihat jam dinding, menghitung demi detik selepas kedua orang yang kucintai pergi kerumah sakit bersalin kecil yang hanya beberapa menit dari rumah
Ah, rupanya Mamah pulang lagi karena alasan pembukaan dua.
Aku berusaha untuk tenang, meskipun sebenarnya khawatirku menyeruak dalam batin
Tengah malam itu kala aku tertidur, suara membangunkanku mengarahkan untuk pindah tempat tidur ke kamar sebelah
Kutahu itu Mamah yang menyuruh anak perempuan satu-satunya menjaga kedua jagoannya dikamar

Resahku dimulai ketika suara grasak-grusuk didekat kepalaku
Dengan posisi kepala didekat pintu, aku bisa membuka sedikit mataku memastikan keadaan baik-baik saja
Ternyata Ayah, dengan wajah cemas sedikit terburu-buru kutanya “ mau kemana?”
“Rumah Sakit”.
Jawaban singkat yang menggelegar hatiku, membuat khawatir bercampur dengan penuhnya rasa takut
Tetapi aku memaksa untuk tetap terlihat tenang dan berharap mata ini bisa terpejam kembali
Namun dalam keadaan seperti ini, pikiranku perang dengan sikap tenang meledakkan bom kecemasan dan kekhawatiran dalam hati dan otak
Kuambil sebuah jalan yang sangat kupercayakan akan membuatku sedikit lebih tenang
Mengadukan segalanya pada Tuhan dalam tahajjudku

Aktifitasku berjalan penuh rasa khawatir dan cemas, aku mencemaskan keduanya
Antara Mamah dan adik bayi yang sudah kunantikan sejak lama
Bagaimana tidak kucemaskan, sudah lebih dari 16 jam berita baik belum juga sampai ditelinga
Kunilai terlalu lambat rumah sakit dalam menangani, selalu berlandaskan teori!
Sebenarnya aku berapi-api, tetapi aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk keselamatan dan kesehatan keduanya

Tepat setengah satu siang berita itu mendarat ditelingaku,
Kabar baik yang sudah kutunggu-tunggu
Rasanya sudah tidak sabar aku ingin segera bertemu, melihat keadaan keduanya yang akan menguatkanku dalam lelahnya hari ini

Kuarahkan stang motorku kearah rumah sakit sepulang kuujian dikampus
“dik, kakak datang” dengan seribu khayal yang mengandung kata “akan” didalam otak
Akan ku ajak bicara cerita ia dilahirkan
Akan ku elus-elus pipinya
Akan kufoto dan kuberitakan bahagia hari ini kesemua orang
Tapi, khayalan tidak selamanya menjadi kenyataan
Aku hanya bisa mengunjungi Mamah yang terbaring ditempat tidur diujung kamar
Senyumnya dan keadaannya yang kulihat baik menghapus rasa lelahku seharian ini
Tidak apa-apa, beberapa hari lagi kakak akan bertemu denganmu dik, pikirku

Aku pulang membawa letih yang bercampur bahagia, kesehatan mamah membuatku kuat dalam menghadapi kelelahan aktivitasku dirumah
Meskipun rasa khawatir tetap membebani pikiranku, karena belum bertemu adikku dan memastikan keadaannya
Mamah yang masih berbaring dirumah sakit meskipun terlihat baik, tetap aku tidak bisa menenangkan rasa khawatir yang begitu mendarah daging sejak itu

Matahari mulai meninggi, kembali kujalani rutinitasku dalam keseharian
Dengan masih membawa beban pikiran dikantor, aku berusaha untuk menutupi rasa cemas dihadapan orang-orang
Aku terbiasa dalam menyembunyikan kesedihan, jadi tidak terlalu sulit bila kupraktekkan hari ini
Tapi tungkai kakiku lemas saat telepon dari Ayah yang tiba-tiba meminta bicara dengan pimpinan kantor
Aku tetap berfikir baik, karena cuma itu yang bisa kulakukan untuk tidak terlalu terlihat khawatir

Aku terkejut, mungkin kamu yang membaca pun iya, meskipun sebagian dari kalian menganggapnya biasa
Percayalah, ini kabar yang membuatku tersenyum, tetapi hanya kepura-puraan, kepalsuan agar aku terlihat kuat seperti semen padang yang tidak mudah rapuh

Aku pulang dengan sedih yang masih kusembunyikan dalam dada,
Memang terasa sesak, tetapi tetap kutahan agar tidak ada seorangpun yang dapat membaca sirat kesedihan didalam sana ; mataku.

Dia datang , aku berharap yang dikatakan Ayah itu salah
Kadang harapan memang tidak sesuai dengan kenyataan,
Dia datang tersenyum, tetapi tanpa tangisan, dengan pucat kebiruan menggantikan kemerahan dipipinya
Diselimuti, matanya terpejam wajahnya tampan, sendu jika kalian perhatikan
Kubuka ikatan perbannya, duh kasihan kamu diikat-ikat dik, pasti sakit biar kakak yang lepas
Kuselimuti lagi, kaku memang, tetapi kupandangi ia tampan dan manis dengan senyum yang menghiasi bibirnya

Dear Adikku Tersayang,

Dik, ternyata kamu besar ya, tampan seperti aa Fauzan kecil
Ada Aa Fairuz disebelah kanan tuh, Aa Fauzannya cengeng dikamar saja,
Padahal adiknya tidak apa-apa ya, adiknya senyum gini kok ya
Kalau Aa Dani, Aa lagi diluar nyambut tamu yang mau liat adik kakak yang lucu ini ; kamu.

Bibirnya tipis, senyum menyambut kakak, Aa Fairuz dan orang-orang disekitar.
Seandainya kamu bisa melihat kami dik, tetapi kami senang sudah melihat kamu
Melihat untuk yang pertama dan terakhir kali

Mamah ?
Kakak sudah mewakili Mamah sayang, untuk merebahkan kasihnya didalam dadamu agar bisa kamu bawa kesurga dan Ayah, nanti Ayah yang mengantarkan kamu bobo dirumah baru kamu.

Terima Kasih ya sayang, sudah hadir meski hanya dalam waktu tiga hari
Meski sudah tiada, tetapi kehadiranmu dalam keluarga ini menjadi nyata bahkan untuk setiap hari dan selamanya akan menjadi nyata

Pertemuan kita memang begitu singkat,
Kakak bahagia melihatmu tersenyum menyambut keluarga ini,
Menyambut kakak,
Hampir saja kakak meneteskan air mata kebahagian ini dihadapan kamu
Kebahagiaan atas takdir baikmu,
Kamu memang tidak mengerti apa yang kakak bicarakan,
Karena memang tujuan kakak bukan untuk kamu mengerti,
Tetapi kakak berharap kamu merasakan

Dede Furqan yang sudah diberi nama oleh Ayah “Gilang Ramadhan”
Dengan arti gemerlap (kerlap-kerlip) bulan Ramadhan
Kehadiran kamu disini menjadi sebuah kebahagiaan bagi kami, meski tetap terbungkus oleh rasa sedih
Tetapi kami tahu, ini adalah garis takdir yang terbaik bagi kamu
Kamu anak yang baik, berbakti pada orang tua, doa kakak sudah terwujud
Meringankan amanah Ayah didunia dan akan menjadikan buih kesedihan hari ini terbalas suatu hari nanti
Kamu memilih menjadi harta yang berguna kelak sebagai tabungan Ayah dan Mamah disurga,
Kamu memilih pergi tersenyum dengan tidak membebani kami atas kepergianmu
Jemput Mamah dan Ayah disurga nanti dik,
Kami mencintaimu, selamat jalan ; Adikku Tersayang


Salam Perkenalan dan Perpisahan,
      Kakak Yang Selalu Merindukanmu

Kamis, 02 Juli 2015

PERGILAH


“Ternyata, kesibukanku menghitungi jarak dalam sehari-hari sejak kamu pergi menjadi sia-sia ketika pasukan kenangan menyerbu relung-relung kerinduan”



Pikiranku berkecamuk, memutar otak demi menemukan satu kata “RELA”
Aku kehabisan cara untuk menyamarkan luka, ketika berita baikmu mereka rebahkan ditelingaku
Ku kira sudah sejauh langit aku berjalan mundur yang selangkah berikutnya aku mampu meraih surgaku tanpa kamu
Tapi nyatanya, selangkahpun tidak,
Aku masih bediri mendiami nasib, masih melihat sejauh mana kamu pergi dari janjimu yang dulu

Berhentilah untuk menerka pikiranku saat aku merasa lelah dengan kehidupan
Aku belum cukup kuat untuk membendung kesedihan dan memilah-milahnya untuk tidak kucampur adukkan dengan kisah yang sekarang
Aku sudah terlalu banyak menipu orang lain dengan sebuah sandiwara yang kini menjadi rutinitasku
Demi menyembunyikan luka itu, luka yang kau gores kala itu
Berpura-pura lupa adalah caraku untuk menutupi rasa malu atas sebuah kebodohan

Aku sudah rutin dalam menghitung jarak diantara kita
Ternyata, kesibukanku menghitungi jarak dalam sehari-hari sejak kamu pergi menjadi sia-sia ketika pasukan kenangan menyerbu relung-relung kerinduan
Entah bagaimana lagi aku mengatakan pada waktu dengan semakin mengingatmu maka ia akan semakin terbuang

Kalau-kalau kamu tidak pergi, kalau-kalau ...
Sudah lebih dari seribu kali aku mengandai hal yang sudah terjadi, yang mustahil akan terulang lagi
Aku masih berharap luka akan menghadiahkanku suatu hal yang terbaik
Berharap kehadiranmu bisa mengajarkanku untuk menjadi pribadi yang kuat, tegar, dan tidak bodoh dalam memilih seseorang yang dicintai
Karena kepergianmu mengingatkanku bahwa percaya saja tidak cukup dalam membahagiakan

Pergilah tanpa membebani pikiranku
Untuk  mencintaimu hanya dengan mendoakanmu saja belum cukup untuk merealisasikan wujud keinginanku yang selalu ingin disisimu
Aku memang tidak tahu persis kapan rasa itu akan berakhir, tetapi aku tahu persis dimana harus kutinggalkan rasa itu
Agar segalanya dapat berjalan kembali sesuai pada porsinya

Sabtu, 20 Juni 2015

KAU TERIAK KARMA MASIH BERLAKU ?


"Kau membuatku tertawa diatas dendam yang mulai kuredam sejak belakangan ini

Miris sekali jika kuingat lagi apa-apa yang telah kau tuang untuk sekedar mencari perhatian"


Aku lebih tahu dimana aku harus sembunyi,
Bukan memberi tahu keadaan sebenarnya lalu ketika pertanyaan bermunculan aku hanya menjawab ‘gapapa’.
Aku tidak menciptakan diriku sebagai seorang yang munafik, tapi aku menjadikan diriku sebagai seorang yang dinilai telah mengakhiri kejadian-kejadian yang memang sulit dipahami oleh orang lain.
Kau menganggap bahwa sosial media mampu membuatnya mengerti rasa yang kau tuang setiap hari?
Sayangnya, kau terlalu bodoh untuk tahu bagaimana laki-laki memberi perhatian yang hanya untuk mengusir kesepian
Kau membuatku tertawa diatas dendam yang mulai kuredam sejak belakangan ini
Miris sekali jika kuingat lagi apa-apa yang telah kau tuang untuk sekedar mencari perhatian.
Untukku, itu adalah satu hal yang memalukan untuk kau banggakan dipublik.
Yang pada akhirnya, dia yang kau banggakan memilih pergi dengan orang lain.
Tuhan memang adil, tanpa kuberitahu, luka menunjukkan padamu posisi dimana saat itu aku terpuruk karena ulahmu.
Coba tunjukkan lagi mana yang kau banggakan ?
Masihkah dia menjadikanmu sebuah pilihan ataukah hanya sebagai persinggahan ?
Kisah kita berputar terus-menerus, karenanya aku tidak takut untuk menghadapkan diri ke arah kalian.
Hanya sedikit pesan yang ingin kusampaikan,
Cukuplah kisahmu yang lalu membuatmu teguh untuk tidak kembali merebut hak orang lain, yang pada akhirnya tanpa disadari karma merebutnya kembali lalu kamu teriak ‘karma masih berlaku’.
Bodoh.

Sabtu, 25 April 2015

PULAU KECILKU

‘’ Sungguh, kurasa kaudapat merasakan bagian kecil surga didalam pulau kecilku’’


Senja itu kapalmu mulai berlabuh dipulau kecil dalam hatiku
Pulau kecil tak berpenghuni cukup lama dengan gemercik api merambat yang merindukan hujan
Perlahan kaumenjajaki pulau kecilku, menata lahan demi lahan untuk sebuah kenyamanan
Memadamkan api yang menyala dengan air yang kaumiliki sejak pertama kali kauinjak pulau kecilku dan menuliskan nama kita diatas pasir yang tidak siapapun dapat temui adanya
Kemudian kaunyanyikan sebuah lagu sebagai persembahanmu yang mendambakan keindahan pulau kecilku
Begitu manis hingga pulau kecilku menyambut kedatanganmu
Sungguh, kurasa kaudapat merasakan bagian kecil surga didalam pulau
kecilku
Hembusan angin yang menyapamu lembut serta suara deburan ombak  yang senada memaku dirimu untuk tinggal dalam waktu yang lama dipulau kecilku
Hingga pada akhirnya angan merasuki pikiranmu untuk segera membuat istana tengah laut dalam pulau yang akan kaukuasai singgasananya.
Terasa sulit memang untuk membuat singgasana itu sendiri, apalagi dengan api yang begitu banyak merusak  bagian-bagian dalam pulau keciku
Meskipun dengan beberapa bagian lahan masih dimakan api yang merindukan hujan, kaudengan sigap segera memadamkan bagian-bagian itu walau dengan waktu yang cukup lama
Hanya dalam sekejap kaumenyulap pulau kecilku sebagai sesuatu yang kuagungkan adanya
Kembaliku mendambakan seseorang yang berhasil menata dengan sempurna pulau kecilku
Seseorang yang duduk diatas singgasana pulau kecilku
Seseorang yang mampu menguasai seluruh sudut pulau kecilku
Hingga aku terlalu tunduk kepada penguasa baru yang sangat kupercayai hadirnya
Hingga aku lupa, akulah pemilik pulau kecilku yang sebenarnya
Ternyata aku salah membiarkannya,
Kukira kamu akan menjadi raja dipulau kecilku selamanya
Kukira gemercik api yang merambat itu akan padam untuk selamanya
Ternyata aku salah mempercayainya,
Kau adalah penghuni yang tidak lebih baik dari sebelumnya
Penguasa yang tidak lebih pandai dari sebelumnya
Pulau kecilku kauobrak-abrik seperti sedia kala sebelum kauhadir
Bahkan kaumengacaukan hutan ketenangan yang susah payah kureboisasi sebelum kauhadir
Sayang, kauhampir melumpuhkan seluruh pulau kecilku
Kauhampir membuatnya menjadi pulau yang mati
Begitu manis kaupertama kali,
Biar kukatakan sekali lagi, begitu manis kaupertama kali.
Sekarang kaupergi dengan kapalmu, kutahu kauakan berlabuh pada pulau yang baru
Pulau yang menurutmu lebih baik dari pulau kecil yang pertama kali kauinjak dengan menulis nama kita diatas pasir dan kautinggalkan begitu saja; semoga angin dapat menghapusnya.

Kuharap kelak kan kulihat kembali kapal berlabuh dipulau kecilku

Pulau kecil yang hari ini masih porak-poranda karenamu.

BUKAN PERTEMUAN PERMANEN

‘’Kubilang memang ini bukanlah pertemuan permanen untuk kita, yang kupercayai Tuhan menyiapkan sebuah pertemuan permanen untuk seseorang yang kaupahami kehadirannya dulu’’


Sekedar kuingat bahwa aku pernah melihat bulan bercahaya sangat indah
Setengah lingkaran yang tidak sempurna tertutup dengan sinarnya
Terhias jutaan bintang yang tak pernah selesai kuhitung hingga hari ini
Ternyata aku beruntung pernah berada tepat dibawah langit yang kukira seindah surga
Lautan bintang yang kupandangi dengan cara berbeda hari ini, Memaku kerinduanku di atas asa dan segenggam angan yang terbang tertiup angin
Meskipun bukan hilang, hanya saja tertiup dan terbang jauh dari dimana aku masih diam mengira yang kupandangi ini adalah bagian keindahan surga
Sungguh adil Tuhan hanya membiarkan Hamba-Nya mencicipi keindahan alam semesta

Bagaimana mungkin aku mampu menjajaki bumi ini sendirian
Tanpa pelindungku yang mampu menepis segala keraguan
Kuakui bahwa saat mendaki, aku membutuhkan tongkat untuk membantu menopang beban tubuhku diatasnya
 Hingga mencapai puncak yang telah kuletakkan segala kemungkinan diantara kita
                       
Benar, pertemuan tidak terduga ini sangat mengherankan
Dimulai dari singkatnya waktu bertatap yang terlalu cepat kau akui itu getaran cinta
Dan caraku berfikir kilat yang membenarkan adanya
Kita tidak bisa menipu takdir yang telah disematkan Tuhan
Bahwa pertemanan berpindah haluan menjadi sesuatu yang awalnya kita anggap sebuah kebahagiaan
Kupikir bukan hal buruk untuk mengakhiri sesuatu yang begitu buruk, walaupun pada akhirnya yang buruk menjadi sesuatu yang tidak tahu harus kubilang apa kali ini
Mungkin memang berlabuh dihatimu tak selamanya buruk, yang pada kenyataannya harus kuakui ini memang sangatlah...
Lagi-lagi tidak tahu harus kubilang apa kali ini, kuharap kaumampu menggambarkannya sendiri

Asaku tidak lagi kubiarkan semakin hari semakin meninggi,
Justru kubiarkan lepas bebas terbang kemanapun dimanapun dan tanpa siapapun
Kubilang memang ini bukanlah pertemuan permanen untuk kita, yang kupercayai Tuhan menyiapkan sebuah pertemuan permanen untuk seseorang yang kaupahami kehadirannya dulu
Kala itu yang sudah tiada untukmu.

Hilanglah bersamaan dengan redupnya sinar bulan malam hari ini dan berkurangnya jutaan bintang yang masih belum mampu kuhitung

Bawalah pergi asa dan segenggam angan yang pernah kita buat dibawah langit yang pernah kita kira ini adalah surga untuk kita.

Sabtu, 07 Maret 2015

Mengapa Kamu Pergi ?


‘’Mengapa kamu pergi disaat aku belum mengucapkan terima kasih?’’

Baru saja aku mengulas tentang kita yang kukira sudah tak ada lagi luka
Kenyataan mengadu kerinduan dengan benci
Menyembulkan luka dan harapan yang tak pasti
Sejujurnya, masih begitu perih untuk kuingat semudah itu kamu pergi
Dan sesulit ini aku merelakanmu pergi
Tentang apa yang telah aku berikan hanya kepadamu
Tapi kamu hanya membiarkan aku menunggu diatas asa yang tak pasti
Menangisi tawamu setiap hari dibalik topeng ini

Aku memang bukan yang pertama begitu juga denganmu
Tapi kamu berhasil menjadi bagian yang lebih indah dan lebih buruk dari kehidupanku
Memang waktu tidak bisa ditipu
Ada saatnya bahagia itu menjadi nomer satu dengan kesedihan yang menunggu
Sampai kesedihan berada pada posisinya, rindupun sudah tak sesuai pada porsinya
Angin pun berhembus pada saat yang tepat untukku menyampaikan rindu
Berharap rinduku sampai dan menyelinap masuk kedalam dadamu yang membeku

Biarkan aku perih dalam mengingat apa yang pernah aku berikan kepadamu
Dengan begitu, aku mampu membencimu dibeberapa waktu
Kemudian biarkan aku menjauhimu, sangat jauh
Agar kamu mengerti bahwa hidup hanya sekali dan bahagia tidak datang hanya dengan sendiri
Biarkan sedihku pergi menjemput kebahagiaan
Dipenghujung hari dimana aku tak sekalipun dapat mengingatmu lagi
Kemudian kamu menangis dan bertanya
Sayang, mengapa kamu pergi disaat aku belum mengucapkan terima kasih?

Pada saat itulah aku sudah bukan dalam duniamu lagi

Garis Takdir


Ada beberapa orang yang mengobati sedihnya dengan menangis
Ada beberapa orang yang mengobatinya dengan tertawa
Setiap orang mempunyai caranya sendiri untuk membuat dirinya merasa lebih baik
Tak terkecuali; aku

Semua orang memiliki takdirnya masing-masing
Takdir yang telah digaris oleh Tuhan dalam buku-Nya
Kita tidak pernah tahu pada siapa takdir kita akan mengarah
Kita tidak pernah tahu berapa lama hati kita akan berhenti untuk berlabuh
Semua beujung pada takdir yang telah ditetapkan-Nya
Garis takdir yang takkan pernah bisa siapapun kelabui

Tuhan mempunyai cara-Nya sendiri untuk memeluk hamba-Nya yang salah dalam memilih
Meskipun dalam cara yang tidak pernah kita sukai jalannya
Seperti halnya terluka dalam cinta
kegagalan dalam mencintai yang kita cintai
Atau merelakan seseorang yang kita cintai untuk kembali kepada masa lalunya
Semua terasa begitu rumit untuk diterima bukan ?
Karena Tuhan memiliki rahasia-Nya sendiri didalamnya

Tuhan memilihmu untuk berbahagia dikemudian hari
Bukan untuk selalu menyesatkanmu dan berjalan dihari yang gelap kemudian hari
Berprasangka baiklah, bahwa Tuhan selalu mencintai hamba-Nya yang mencintai-Nya
Bukankah Q.S An-Nur; 26 sudah sangat jelas mengatakannya ?
Tidak ada lagi alasan untuk mengkhawatirkannya
Janji-Nya tidak pernah ingkar

Tuhan memilihmu karena kau kuat dalam menopangnya
Bukan justru melemahkanmu dalam keduniawian yang semata
Ingatlah untuk hari ini kaubersedih
Tuhan akan menggariskan senyum itu diatas bibirmu dikemudian hari
Memberikanmu kenikmatan tiada henti untuk balasan-Nya kepadamu dihari ini

Pejamkan matamu dan melangkahlah dengan bisikan-Nya
Tidak akan pernah tersesat
Tidak akan pernah merasa gelap
Tuhan menciptakan nur didalam hati hamba-Nya yang bersih
Jadikanlah dirimu sebagai pemaaf
Ikhlashkan hatimu pada kesakithatian
Tuhan sedang menunjukkanmu jalan

Jalan yang siapapun bisa melaluinya dengan hati yang bersih dan tanpa hati tertutup

Bencilah Sesukamu


‘’Bencilah aku sesukamu. Seperti sebuah aktivitas yang kausenangi setiap waktu’’.

Matahari pagi hari ini mulai meninggi bersama dengan kesedihan perindumu yang mulai pasrah dengan keadaan. Dia selalu saja datang untuk memberi kabarmu dengannya yang membuat hatiku semakin kaku untuk bergerak. Baru saja tadi siang kulihat rupamu yang sama sekali tak kuingini untuk melihatnya lagi. Perkara hatiku semakin perih untuk terus mengakui aku ingin sekali membelainya.

Sayang, jarak kita begitu dekat namun nyatanya kita begitu jauh. Sudah berapa banyak rindu yang kautanam untukku ? ataukah sudah tidak adalagi sedikitpun yang kautanam?. Aku memang bukan lagi yang berarti dalam hari-harimu. Tapi, bukankah aku pernah berusaha untuk menjadi yang terbaik untukmu ? pernahkah kau merasakannya sayang ?, kuharap kaumampu merasakannya meskipun tidak dalam waktu dimana hatimu terselimuti benci.

Kurasa kasihmu perlahan mulai terkikis diatas kebencian yang kautujukan memang hanya untukku. Tapi, sejauh apapun merpati terbang pasti ia akan kembali pulang. Filosofi yang selalu kugunakan untuk menenangkan diri bahwa kau tidak akan pernah pergi jauh; semoga. Ada hal yang mungkin orang lain ketahui tentangku, tapi tidak untuk kebenaran akan diriku. Bukankah setiap orang mempunyai privasinya masing-masing ?.

Bencilah aku sesukamu. Seperti sebuah aktivitas yang kausenangi setiap waktu. Aku tidak akan membalasnya untuk mengobati hatiku. Tapi, akan kupantulkan segalanya kepadamu menjadi sesuatu yang baik untukmu. Sayang, si kecil yang manis disebelah sana selalu bisa mengobati rinduku padamu. Meskipun kau bersikeras untuk melarangku bertemu. Percayalah, suatu hari kau akan mengerti apa yang sedang kulakukan. Suatu hal yang kaubilang aku gila. Tetapi, aku begitu percaya cepat ataupun lambat kau akan memahaminya.


Kuharap, sarang yang dicari merpati adalah disini, bukan disana.

25/12/2014 11:09

Bukan Kita


Selamat tengah malam yang sunyi, seseorang yang membenciku dipenghujung malam sana
Aku berusaha meniupkan debu dialbum kita yang mulai usang
Padahal aku sudah bersumpah takkan pernah membukanya lagi
Demi menghindari luka yang semakin perih
Bukankah bulan pada malam hari ini terlihat sama dari langit sebelah sana ?
Disebelah kamu memandang dengannya pada malam hari ini
Lengkungan sabitnya terlihat manis
bahkan aku pernah pura-pura menggesernya dan menyamainya dengan senyumanmu
Sayang, aku tidak bisa menipu keadaan lagi
Rinduku semakin menyarang dalam hati sana
Cintaku hanya bisa terkurung dalam bungkaman
Sesuatu membuatku membisu untuk mengakuinya
Seseorang yang masih sama seperti setahun lalu
Tetapi terlihat berbeda dalam waktu ini
Kamu tahu mengapa sayang ?
Karena kamu sudah bukan milikku lagi
Tawa renyahmu bukan untuk membuat bebanku pergi lagi
Gurauanmu bukan untuk melupakan sedih lagi
Senyummu bukan untuk penepis gundahku lagi
Kehadiranmu bukan untuk mengobati rinduku lagi
Semua terasa berbeda
Kamu tahu mengapa sayang ?
Karena kamu sudah bukan milikku lagi
Kita takkan bisa melukis warna setiap harinya bersama-sama
Maupun menggariskan warna kelabu seperti dulu
Karena pada hari itu, aku mulai menggariskan warna kelabu itu sendiri
Dan berusaha melukis warna diatasnya sendiri

Sayang, aku selalu bertanya pada diriku mengapa kita saling membenci
Apa kamu pernah bertanya hal yang sama pada dirimu ?
Aku selalu berfikir untuk menemukan celah diseberang sana
Pintu hati yang sudah terlalu rapat untuk kuharap bisa masuk kedalamnya lagi
Aku membencimu dengan masih mengharapkanmu?
Bukan, aku membencimu karena tak kunjung pergi dalam malamku
Aku membencimu yang menyerang titik lemahku
Dengan bayangmu yang begitu melekat dalam pikiranku
Aku membenci segalanya
Segalanya begitu menyakitkan untuk terus aku katakan
Bukankah mawar putih itu tetap dikatakan putih meskipun sudah menghitam ?
Bukankah berlian tetap berkilau meskipun didalam kubangan lumpur ?
Bukankah aku masih tetap mencintaimu meskipun kamu akan tetap membenciku ?
Sayang, Tuhan menjatuhkan hujan berkali-kali untuk menghadirkan pelangi

Dan kuharap bulan tetap terang ditengah malamnya yang gelap