Biar kuceritakan…
Panjang cerita yang terbilang singkat untuk kuceritakan
Dimulai dua hari yang lalu, lesuku hilang mendengar kabar baik dari
seorang yang tak pernah absen membanguniku sahur setiap pagi “Mamah” merasa
mulas
Jelas kutahu dia akan keluar
Televisi masih mengoceh dan kami pun sibuk mengoceh merencanakan
persiapan
Aku melihat banyak harapan dimata mamah dan seorang laki-laki yang kucintai
yang sedari dulu kupanggil “Ayah”
Atas akan hadirnya keluarga baru yang kami tunggu-tunggu dari 9 bulan
lalu
Kecemasan tersirat didalam gelagat Ayah, tetapi tetap pada pribadinya
yang sabar dalam menghadapi apapun
Aku menanti dengan melihat jam dinding, menghitung demi detik selepas
kedua orang yang kucintai pergi kerumah sakit bersalin kecil yang hanya beberapa
menit dari rumah
Ah, rupanya Mamah pulang lagi karena alasan pembukaan dua.
Aku berusaha untuk tenang, meskipun sebenarnya khawatirku menyeruak dalam
batin
Tengah malam itu kala aku tertidur, suara membangunkanku mengarahkan
untuk pindah tempat tidur ke kamar sebelah
Kutahu itu Mamah yang menyuruh anak perempuan satu-satunya menjaga kedua
jagoannya dikamar
Resahku dimulai ketika suara grasak-grusuk didekat kepalaku
Dengan posisi kepala didekat pintu, aku bisa membuka sedikit mataku
memastikan keadaan baik-baik saja
Ternyata Ayah, dengan wajah cemas sedikit terburu-buru kutanya “ mau
kemana?”
“Rumah Sakit”.
Jawaban singkat yang menggelegar hatiku, membuat khawatir bercampur
dengan penuhnya rasa takut
Tetapi aku memaksa untuk tetap terlihat tenang dan berharap mata ini bisa
terpejam kembali
Namun dalam keadaan seperti ini, pikiranku perang dengan sikap tenang
meledakkan bom kecemasan dan kekhawatiran dalam hati dan otak
Kuambil sebuah jalan yang sangat kupercayakan akan membuatku sedikit
lebih tenang
Mengadukan segalanya pada Tuhan dalam tahajjudku
Aktifitasku berjalan penuh rasa khawatir dan cemas, aku mencemaskan
keduanya
Antara Mamah dan adik bayi yang sudah kunantikan sejak lama
Bagaimana tidak kucemaskan, sudah lebih dari 16 jam berita baik belum
juga sampai ditelinga
Kunilai terlalu lambat rumah sakit dalam menangani, selalu berlandaskan
teori!
Sebenarnya aku berapi-api, tetapi aku hanya bisa mendoakan yang terbaik
untuk keselamatan dan kesehatan keduanya
Tepat setengah satu siang berita itu mendarat ditelingaku,
Kabar baik yang sudah kutunggu-tunggu
Rasanya sudah tidak sabar aku ingin segera bertemu, melihat keadaan
keduanya yang akan menguatkanku dalam lelahnya hari ini
Kuarahkan stang motorku kearah rumah sakit sepulang kuujian dikampus
“dik, kakak datang” dengan seribu khayal yang mengandung kata “akan”
didalam otak
Akan ku ajak bicara cerita ia dilahirkan
Akan ku elus-elus pipinya
Akan kufoto dan kuberitakan bahagia hari ini kesemua orang
Tapi, khayalan tidak selamanya menjadi kenyataan
Aku hanya bisa mengunjungi Mamah yang terbaring ditempat tidur diujung
kamar
Senyumnya dan keadaannya yang kulihat baik menghapus rasa lelahku seharian
ini
Tidak apa-apa, beberapa hari lagi kakak akan bertemu denganmu dik,
pikirku
Aku pulang membawa letih yang bercampur bahagia, kesehatan mamah
membuatku kuat dalam menghadapi kelelahan aktivitasku dirumah
Meskipun rasa khawatir tetap membebani pikiranku, karena belum bertemu
adikku dan memastikan keadaannya
Mamah yang masih berbaring dirumah sakit meskipun terlihat baik, tetap
aku tidak bisa menenangkan rasa khawatir yang begitu mendarah daging sejak itu
Matahari mulai meninggi, kembali kujalani rutinitasku dalam keseharian
Dengan masih membawa beban pikiran dikantor, aku berusaha untuk menutupi
rasa cemas dihadapan orang-orang
Aku terbiasa dalam menyembunyikan kesedihan, jadi tidak terlalu sulit
bila kupraktekkan hari ini
Tapi tungkai kakiku lemas saat telepon dari Ayah yang tiba-tiba meminta
bicara dengan pimpinan kantor
Aku tetap berfikir baik, karena cuma itu yang bisa kulakukan untuk tidak
terlalu terlihat khawatir
Aku terkejut, mungkin kamu yang membaca pun iya, meskipun sebagian dari
kalian menganggapnya biasa
Percayalah, ini kabar yang membuatku tersenyum, tetapi hanya
kepura-puraan, kepalsuan agar aku terlihat kuat seperti semen padang yang tidak
mudah rapuh
Aku pulang dengan sedih yang masih kusembunyikan dalam dada,
Memang terasa sesak, tetapi tetap kutahan agar tidak ada seorangpun yang
dapat membaca sirat kesedihan didalam sana ; mataku.
Dia datang , aku berharap yang dikatakan Ayah itu salah
Kadang harapan memang tidak sesuai dengan kenyataan,
Dia datang tersenyum, tetapi tanpa tangisan, dengan pucat kebiruan menggantikan kemerahan dipipinya
Diselimuti, matanya terpejam wajahnya tampan, sendu jika kalian
perhatikan
Kubuka ikatan perbannya, duh kasihan kamu diikat-ikat dik, pasti sakit
biar kakak yang lepas
Kuselimuti lagi, kaku memang, tetapi kupandangi ia tampan dan manis
dengan senyum yang menghiasi bibirnya
Dear Adikku Tersayang,
Dik, ternyata kamu besar ya, tampan seperti aa Fauzan kecil
Ada Aa Fairuz disebelah kanan tuh, Aa Fauzannya cengeng dikamar saja,
Padahal adiknya tidak apa-apa ya, adiknya senyum gini kok ya
Kalau Aa Dani, Aa lagi diluar nyambut tamu yang mau liat adik kakak yang lucu ini ; kamu.
Bibirnya tipis, senyum menyambut kakak, Aa Fairuz dan orang-orang disekitar.
Seandainya kamu bisa melihat kami dik, tetapi kami senang sudah melihat
kamu
Melihat untuk yang pertama dan terakhir kali
Mamah ?
Kakak sudah mewakili Mamah sayang, untuk merebahkan kasihnya didalam dadamu agar bisa kamu bawa kesurga dan Ayah, nanti Ayah yang mengantarkan kamu bobo dirumah baru kamu.
Terima Kasih ya sayang, sudah hadir meski hanya dalam waktu tiga hari
Meski sudah tiada, tetapi kehadiranmu dalam keluarga ini menjadi nyata bahkan untuk setiap
hari dan selamanya akan menjadi nyata
Pertemuan kita memang begitu singkat,
Kakak bahagia melihatmu tersenyum menyambut keluarga ini,
Menyambut kakak,
Hampir saja kakak meneteskan air
mata kebahagian ini dihadapan kamu
Kebahagiaan atas takdir baikmu,
Kamu memang tidak mengerti apa yang kakak bicarakan,
Karena memang tujuan kakak bukan untuk kamu mengerti,
Tetapi kakak berharap kamu merasakan
Dede Furqan yang sudah diberi nama oleh Ayah “Gilang Ramadhan”
Dengan arti gemerlap (kerlap-kerlip) bulan Ramadhan
Kehadiran kamu disini menjadi sebuah kebahagiaan bagi kami, meski tetap
terbungkus oleh rasa sedih
Tetapi kami tahu, ini adalah garis takdir yang terbaik bagi kamu
Kamu anak yang baik, berbakti pada orang tua, doa kakak sudah terwujud
Meringankan amanah Ayah didunia dan akan menjadikan buih kesedihan hari ini terbalas suatu hari nanti
Kamu memilih menjadi harta yang berguna kelak sebagai tabungan Ayah dan Mamah disurga,
Kamu memilih pergi tersenyum dengan tidak membebani kami atas kepergianmu
Jemput Mamah dan Ayah disurga nanti dik,
Kami mencintaimu, selamat jalan ; Adikku Tersayang
Salam Perkenalan dan Perpisahan,
Kakak
Yang Selalu Merindukanmu