“Sebatas mimpi kau memelukku sebelum kau langkahkan kaki pergi menjauh
itu sudah cukup. Kehadiranmu dalam mimpi adalah kebahagiaan tersendiri dalam
kebisuan hatiku.”
Sudah lama aku menghindarimu.
Hitung saja, setiap 60 menit menahan untuk mengingatmu adalah 1440 menit
bagiku. Jadi, sudah berapa puluh ribu menit aku menahan kerinduan kepadamu ?
hitung sendiri dalam lima belas minggu ini . Aku menyayangimu, tapi aku bisa
apa? Ketika kenyataan pahit memisahkan harapan indah (antara kita).
Kesiapanku dalam menghadapmu lagi
hanya sekian persen dari aku menyayangimu secara sembunyi-sembunyi. Memang terlihat
bodoh, ketika sorot mataku masih saja sering memantulkan kenangan dimasa lalu. Beribu
kata “kasihan” mengandung arti simpati dan olokkan tertuju untukku. Dan kata “jahat” dari mereka untukmu masih
berlalu lalang ditelingaku. Yang pada kenyataannya bukan hanya kamu, tapi kita
adalah sama-sama penjahat ; cinta.
Suaramu diujung telepon membuat
lidahku berbalas kaku. Ada sesuatu yang mengganjal dimataku dan rasa sakit
menahan kerinduan kembali menyerbu titik kelemahanku, hati. Dalam kata “iya” rasanya kuingin katakan
“aku merindukanmu”. Batas jarak yang begitu jauh membuatku memeluk waktu,
seakan dirimu berada dalam masaku yang padahal kau tertinggal dalam masa lalu.
Kehendak pergianmu menyapa
kesedihanku. Dibalik sana suaramu menyapa lembut berpamit. Selain menjawab
“iya” aku hanya tertunduk menahanmu jangan pergi dalam hati. Rasanya ingin
sekali mengobati rindu yang membuncah dengan pertemuan singkat terakhir kali
yang akan membawa makna tersendiri. Walaupun hanya disatu sisi yang melepas
kerinduan, sisi hatiku. Tapi semua kembali pada kenyataan, sudah ada yang
berisak tangis lebih dahulu untuk melepasmu pergi, sudah ada yang
menghujanimu nasihat untuk mengawali langkah barumu. Kurasa pertemuan yang
kuinginkan hanya akan mendapat
kesia-siaan. Sebatas mimpi kau memelukku sebelum kau langkahkan kaki
pergi menjauh itu sudah cukup. Kehadiranmu dalam mimpi adalah kebahagiaan
tersendiri dalam kebisuan hatiku.
Setiap satu langkahmu ada seratus
panjatan doa dalam air mata penuh khidmat. Dalam kelihaian hidupmu ada hati
yang memaksa bahagia dengan memeluk kebahagiaanmu diam-diam. Senyum bahagiamu
adalah kebahagiaan tersendiri untuknya. Kau tahu? Itu adalah aku.
Senyuman dengan tanda kutip, aku
selalu merasa bahagia dalam bahagiamu dengan jarak yang begitu jauh.
Selamat jalan dan selamat
menempuh jalan menuju kesuksesanmu J