Bolehkah aku mengenangmu sekali
lagi sebelum aku benar-benar melepasmu pergi?
Dimulai dari perkenalan kita yang
tidak sengaja. Perkenalan yang tidak melibatkan orang lain namun kemudian kita
tahu, ada orang terdekat diantara kita yang saling mengenal. Lebih dekat dari
yang kita duga, hingga pertemuan tanpa rencana. Pada akhirnya kita mengakui
bahwa takdirlah yang mempertemukan kita berdua.
Dalam kebersamaan kita berdua
membawa hari-hari dalam tawa. Kamu sungguh berbeda dari yang pernah kupunya.
Aku melihat ada aku didalam dirimu, aku memeluk bagian ternyaman saat berada
disisimu. Aku menjadi diri sendiri saat kamu menggandeng tanganku mengajak
melihat bagian dari bumi yang belum pernah kunikmati sebelumnya.
Pertama kalinya aku merasakan
dinginnya mata air pegunungan dengan tenang adalah saat bersamamu. Tempat dimana
pertama kali aku mulai merebahkan hatiku padamu. Apakah kamu menyadari itu ?.
Perjalanan panjang yang dingin terasa hangat saat didekatmu. Hari itu menjadi
rindu saat jauh darimu.
Aku takut naik kereta, sedangkan
kamu amat sangat mencintai transportasi tersebut. Aku mulai menyesuaikan diri
dan kita berencana ke Bandung dengan kereta eksekutif Argo Parahyangan. Aku
ingat sekali bagaimana aku menyiapkan diri, menyiapkan mental, dan menyiapkan
perasaan untuk membuatmu tetap nyaman denganku saat aku mulai merasa takut.
Benar, aku belajar menyembunyikan rasa takut agar tetap menjadi terbaik
dimatamu. Hari itu menjadi hari pertama dapat izin dari mamah untuk pergi
berdua dengan laki-laki, dan itu denganmu. Tapi takdir tidak memihak dengan
keinginanku, genangan disudut mata mulai membanjir membasahi rencana demi
rencana yang kita susun. Hari itu bukan menjadi hari pertama aku naik kereta,
tetapi hari itu menjadi hari pertama aku ketinggalan kereta.
Namun, semua terbalas saat aku
melihatmu didepan rumah. Menjadi hari pertama kamu mengenalkan diri pada
keluarga, meskipun hanya sebatas salam sebelum mereka pergi jalan-jalan. Kamu
mungkin sudah tahu bahwa aku memilih pergi denganmu hari itu. Dan aku tidak
menyesal saat melihat banyak bunga di suatu taman yang terakhir kali kukunjungi
kelas 4 SD, sudah lama sekali. Keinginanku tergantikan dengan keadaan, namun
tetap disisimu dalam nyaman.
Terima kasih, aku sudah tidak
takut kereta. Sejak kamu berada disampingku dan mengenalkanku betapa nikmatnya
menjadi penumpang kereta. Kita berdiri didalam kereta Commuter Line sepanjang rute menuju kebun raya. Kemudian kita
berdua berjalan kaki dan berhenti sejenak beli somay dan batagor sebelum kita
masuk lalu melanjutkan perjalanan dan berlari untuk mendapatkan tempat duduk
ditaman. Benar kan? aku lupa rasa lelah saat tertawa bersamamu, kurasa kamu pun
begitu. Setelah berdiri sejauh jarak naik kereta sampai turun hingga saat
berjalan dan sampai pada tujuan, kemudian kita lari sambil tertawa, duduk
sejenak dan berjalan lagi dengan berbagai cerita lalu mengadakan lomba lari
untuk kita berdua. Bukankah kita berdua lupa rasa lelah ? semua terasa
menyenangkan saat bersamamu, aku bisa mengingat dengan baik semua itu.
Pertama kalinya aku berjalan di
hutan mangrove dan itu adalah denganmu. Menyembunyikan kemera slr yang besar
didalam ransel melewati pemeriksaan tanpa suatu hambatan. Bandel! Haha. Saat
aku mengenangmu seperti ini, aku tertawa dan mengingat kita berdua
menyenangkan, tidak takut salah, kita hanya melakukan hal-hal yang menurut kita
menyenangkan. Hari saat aku melihat hadiah dariku dikenakan olehmu, dan itu
menjadi kebahagiaan untukku. Aku menjadi yang pertama duduk disebelahmu
menyaksikan senja saat umurmu baru saja mencapai 21 tahun. Dan saat kamu
membuat permohonan sebelum meniup lilin, aku berdoa agar aku selalu bisa
menemanimu membuat permohonan itu lagi sepanjang hidupmu.
Seseorang yang terbang dengan
bantuan alat tapi bukan pesawat, hanya dengan sayap dan dipandu ahlinya. Benar,
paralayang. Pertama kalinya melihat paralayang sedekat itu dan itu denganmu.
Memanjakan mata dengan pemandangannya dan begitu nyaman saat menyandarkan
kepala dibahumu. Lalu kita berdua menerbangkan segala penat dan meninggalkan
kesedihan di sepanjang jalan kebun teh. Apakah kamu bisa mengingatnya ?. Saat
kamu ingin menghangatkan diri kemudian, karena udara terlalu dingin dan kita
berlalu dari tempat itu dengan hanya membawa kebahagiaan. Aku tidak pernah bisa
melupakan bagaimana paralayang itu terbang dan menghilang untuk mendarat pada
tempat yang jauh. Aku menghitung setiap langkah sampai hitunganku terhenti
karena melihat senyummu. Aku sangat menikmati setiap detik bersamamu. Aku ingin
selalu bersamamu.
Kita berdua pernah melewati malam yang dingin,
sedingin keadaan kita berdua saat ini. Bagaimana senyum dan tawa menusuk hatiku
sendiri. Bagaimana sikap manismu membuatku menangis sepanjang hari. Aku lupa
cara tertawa untuk mengutarakan bahagia, karena aku telah meninggalkan
bahagiaku didalam pecahan kaca. Tapi kita pernah melewati malam yang dingin itu
berdua, mencari jalan pintas untuk segera sampai pada tujuan utama dari
perjalanan kita. Aku ingat, sangat mengingatnya dengan baik cara menghindari
kemacetan dengan melewati pintasan sepi. Itu menakutkan, tapi saat berada
didekatmu, aku merasa aman. Kabut dingin menyelimuti jalan tapi aku tetap
merasa hangat bila didekatmu. Kita tidak bisa melihat jalan dengan baik, kabut
begitu tebal menyelimuti jalan kita berdua malam itu. Dan kejadian itu terjadi
kembali tapi aku sendirian untuk menuju hatimu yang penuh kabut dan aku merasa
takut karena kamu tidak bersamaku.
Pagi hari dengan segelas susu dan
pisang bakar yang manis. Dengan hamparan kebun teh yang sejuk dan teduh,
seteduh saat matamu menatapku. Saat kamu meraih tanganku kamu bilang tidak
boleh ada yang mencintaiku selain kamu dan aku lupa untuk memastikan tidak ada
yang kamu cintai selain aku. Kita menghabiskan waktu sehari itu untuk pergi ke
taman yang mirip dengan negara Venice. Lalu pulang melewati jalan yang berbeda
dengan jarak yang terasa panjang, namun indah sekali rasanya karena bisa
menyaksikan pemandangan dari atas bukit. Hujan, panas, hujan lagi kita nikmati
sepanjang perjalanan. Menyanyi, tertawa, marah, menyanyi lagi, tertawa, kita
bergembira berdua, dijalan sepi seakan milik berdua.
Aku tidak ingin mengenangmu lagi, biarkan ini menjadi yang terakhir. Lanjutkan sendiri dengan ingatanmu, semoga aku pernah benar-benar ada di hatimu.