Sudah seminggu Chira terjebak
dalam ruang kesedihan. Dibutakan cinta yang tidak memihak padanya. Menutup hati
yang seharusnya orang lain berhak mendapatkannya. Memang bukan keinginan Chira
untuk tetap mempertahankan rasa yang ada, tapi rasa yang memaksa Chira untuk
mempertahankan apa yang ada. Tenggelam Chira dalam air mata kesedihan yang
sudah 2 hari merasa kehilangan.
Pagi yang cerah, suasana kelas
yang ribut ketika tidak ada guru membuat Chira sedikit terlihat menahan sesuatu
dibalik pejaman matanya ketika sedang merunduk diatas meja. Jelas sekali
terlihat olehnya kemesraan yang tidak seharusnya ia lihat, yang seharusnya
menjauh dari dirinya. Tapi usaha kuat untuk tetap tegar Chira lakukan. Chira
pergi dari tempat kesedihan dan berjalan melewati kemesraan itu ke arah
teman-temannya yang sedang asik tertawa dengan lepas tanpa beban. Lain halnya
dengan Chira yang sedikit memaksa tertawa untuk menyembunyikan kesedihan dari
teman-temannya. “Gue tau perasaan lo kok Ra” suara yang membuat Chira tersentak
kaget karena ada yang memperhatikan dirinya yang sesekali mencuri pandang
kearah kemesraan. “Eh, tau apa ? jangan sok tau deh Rin ah -_-“ jawab Chira
salah tingkah menyanggahnya. “Mulut lo bisa aja bohong Ra, tapi mata sama hati
lo itu gabisa bohong” sambar Neli yang sejalan bersama Rina berusaha membuka
sesuatu yang ditutupi oleh Chira. Chira hanya terdiam mendengarnya, ternyata
sesuatu yang ia tutupi gaakan berhasil tertutup dari orang yang peka akan
sesuatu. “Lo cemburu liat Sandi berduaan sama Resi kan ?” tanya Selvi yang
sedari tadi menyimak dengan apa yang dibahas.
Chira hanya diam menunduk tak mampu menjawab lontaran pendapat dari
teman-temannya. “gue kekamar mandi dulu yaa” kata Chira menahan sesuatu yang
seakan ingin meledak disudut matanya, dan dengan segara Chira berjalan cepat ke
kamar mandi. Dan benar air mata itu
menari-nari dipipinya ketika telah
sampai dikamar mandi yang sedang tiada siapapun disana. Chira melihat dirinya
dalam cermin, seperti bukan dirinya. Dengan mata sembab seperti mata kodok.
Bukan seperti Chira yang biasanya, selalu senyum-senyum memuji dirinya sendiri
dalam cermin. Pribadinya berubah sejak pupusnya segala harapan. Agak sedikit
pendiam, namun berusaha tetap terlihat ceria. Walaupun beberapa diantara temannya
merasakan kesedihan Chira. Karna sejak 2 bulan yang lalu matanya meliput
kedekatan Chira dengan Sandi. Dan 2hari ini bukan kedekatan mereka lagi yang
dilihat, tetapi kemesraan antara Sandi dan Resi.
Bel berdering keras sekali
memberi isyarat bahwa waktu pulang telah tiba. Chira membereskan buku-bukunya
dan memasukkan kedalam tas. Sesekali matanya menangkap kembali kemesraan.
Rasanya Chira ingin sekali meluapkan segala kesedihannya didepan Sandi, tetapi
apalah daya, Chira tidak ingin membuat Sandi merasa iba pada dirinya dan
berusaha mendekatinya kembali hanya untuk mengusir kesedihan. Chira sengaja
memperlambat membereskan buku-bukunya hingga kelas sepi dan tak terlihat lagi
Sandi dengan pujaan hatinya. Chira duduk dibangku menyembunyikan wajahnya diantara
kedua tangannya yang dilipat diatas meja. Dadanya terasa sesak sekali melihat
kemesraan diantara Sandi dan Resi. Baru 2hari saja ia sudah merasakan sesak
pada dadanya, apalagi seminggu, sebulan, bahkan setahun, bisa terkena serangan
penyakit yang berbahaya lainnya mungkin, begitulah fikirnya setiap kali merasa
kesedihan datang menyelinap masuk dalam keceriaannya.
“Neng, sudah sore, sudah waktunya
kelas saya bersihkan neng” suara yang tak asing itu mengagetkan Chira yang
dengan segera menghapus air matanya. Chira tak ingin seorang pun tau tentang kesedihan
yang melandanya. “ooh, iyaa mas maaf yaa” jawab Chira terbata-bata dan langsung
meninggalkan kelas. Sampai dirumah bayangan kemesraan itu masih ada dalam
pikiran Chira selalu menghantui, membuat dada Chira semakin sesak dan menangis
adalah satu hal yang bisa mengurangi sedikit kesakitannya.
Seminggu berlalu .Chira teringat
1 janji dari Sandi ketika ia sakit 2minggu yang lalu, bahwa Sandi akan
mengajaknya melihat pertandingan Karate. Sandi akan bertanding . Chira berharap
Sandi masih ingat dengan janjinya, tetapi semua pupus ketika sahabatnya
bercerita bahwa Sandi mengajaknya pergi melihat pertandingan Karate esok hari .
“Padahal Sandi janjiin itu lebih dulu ke gue loh” dengan nada sedih Chira
menyeletuk memotong cerita Lisa dan segera berlalu dari hadapannya.”Eeeh Chiir
.. Chiir.. tapi Chiiiir.. tunggu Chiiiir” jawab Lisa dengan terbata-bata
berusaha menahan Chira untuk pergi, tetapi Chira tidak menghiraukan Lisa yang
memanggil-manggilnya, yang ada didalam dirinya hanya kekecewaan.
“Sandi ! lo apa sih. Punya janji
sama Chira malah ajak gue pergi. Gue kan jadi gaenak sama Chira, San.” Sentak Lisa pada Sandi yang sedang berdiri
dibalkon melihat kelas yang sedang olahraga. “Iyaa Lis, gue udah janji lebih dulu
sama Chira dari 2minggu yang lalu. Gue mau tepatin janji gue,tapi...” Jawab
Sandi yang masih terpotong. “Tapi gue gaenak sama Resi, Lis. Dia pasti cemburu
gue pergi sama Chira. Sedang gue dulu pernah dekat sama dia Lis.gue bingung”
lanjut Sandi menjelaskan. “Terus kenapa kalo lo dulu pernah dekat ? janji tetap
janji San, harus lo tepatin”. Tanya Lisa pada Sandi yang tampaknya enggan untuk
menjawab pertanyaan Lisa. “Chira adalah orang yang sangat dicemburui Resi,
karna dulu gue pernah dekat dengan dia Lis. Tapi gue gamau jadi orang yang
ingkar janji, oke gue besok pergi dengan Chira” jawab Sandi dengan kesungguhan
ingin menepati janjinya. Jawaban Sandi membuat Lisa lega dan tersenyum
membayangkan apa yang akan terjadi sepulang dari Cibubur nanti, apakah Sandi
akan terpikat kembali dengan Chira atau tidak.
“Res,aku mau ngomong” sambil
menatap Resi, Sandi melanjutkan “Besok aku ke Cibubur sama Chira yaa,maaf aku
udah janji” . Resi terkejut dengan pernyataan Sandi yang menurutnya tidak
menghargai perasaannya.Dengan kobaran amarah Resi menjawab “yaudah sana kamu
pergi sama dia, gausah peduliin aku lagi !!!” , Sandi tak menghiraukannya dan
pergi meninggalkan Resi dengan kekesalannya. Sandi pergi menemui Chira yang
sedang berada didepan perpustakaan.
“Ra, besok aku jemput kamu jam
berapa?” tanya Sandi langsung kepada inti nya. “Jemput apa? Emang kita mau
kemana ?” jawab Chira bingung dengan Sandi. “Ke Cibubur Ra” , “Loh,bukannya
kamu sama Lisa” jawab Chira sinis pada Sandi. “Engga kok Ra, aku kan udah janji
lebih dulu sama kamu” sanggahnya dengan memelas. “Kalo kamu mau sama Lisa
gapapa kok,batalin aja janjinya” jawabnya seraya pergi dari hadapan Sandi.
Sandi menahan dengan menarik tangannya “Raaaaaaaaa,” panggilnya memelas “Aku
serius,besok aku jemput kamu jam 6 yaa” lanjutnya dan pergi meninggalkan Chira
tanpa memperdulikan jawabannya.
Esok harinya pukul 6 sudah ada
pria yang menunggunya depan pagar rumah. Jantung Chira berdegup cepat sekali
saat menyapanya. “Sudah lama san?” . Sandi melepas headset kemudian menjawab
“engga” dengan senyumnya yang memikat. Chira dan Sandi berangkat ke Cibubur
bersama teman seperguruan karatenya bernama
Deni. Hari yang memang begitu indah buat Chira, bersama orang yang
dicintainya dari terbitnya matahari sampai dengan terbenamnya matahari. Chira
setia menemaninya, tanpa ada keluh satu pun. Semua ia lewati dengan perasaan
bahagia. Hingga matahari bersembunyi Chira dan Sandi pulang. Dalam perjalanan
pulang Chira rasanya ingin sekali memeluk Sandi. Tapi apalah kenyataan bahwa
Sandi milik orang lain. Chira hanya bisa menahan pening dikepalanya tanpa
menyandarkannya ke bahu Sandi. Sesekali Chira mengajak Sandi bercanda,tertawa
dan lain lain hingga Sandi mulai terbuka dengan Chira . menceritakan tentang
hubungannya dengan Resi. Walaupun hatinya Sakit, Chira tetap memberikan segala
masukan yang mendukung hubungan Sandi dengan Resi. Laju kendaraan bermotor
Sandi berhenti di depan sebuah rumah sederhana . Itu adalah rumah Chira.
“Makasih untuk hari ini ya Sandi” ucapnya dengan senyum termanis yang ia
miliki. “sama sama Ra,aku yang harusnya terima kasih” jawab Sandi. Chira hanya
tersenyum. “Hati hati pulangnya ya Sandi .Sampai rumah sms” pesan Chira pada
Sandi sebelum pergi. Sandi hanya tersenyum sebagai isyarat bahwa ia menjawab
iya, kemudian Sandi berlalu.
Sudah 12 hari berlalu tanpa
adanya sang pujaan dalam pesan masuk dihandphonenya. Chira memang sangat merasa
kehilangan, tetapi ia menemukan seseorang yang sedikit mengurangi beban
kesedihannya. Rezikha namanya, nama orang yang membuat Chira kembali tertawa
lepas . kedekatannya memancing banyak orang untuk bertanya tanya soal hubungan
Chira dengan Rezi. Tak lepas halnya Sandi yang mengetahui kedekatan itu . Yang
Chira tahu Sandi dan Resi sudah sangat berbahagia, ia sama sekali tidak mengira
Sandi begitu memperhatikan kedekatannya dengan Rezi. Hingga tak disangka sangka Sandi kembali lagi dalam
kehidupan Chira yang hampir terlepas dari bayangan kelam sang pujaan hatinya.
“Raa, kamu gamasuk sekolah kenapa
?” tanya Sandi melalui telepon. “Aku sakit San” jawab Chira hampir tak
terdengar suaranya. “Nanti malam aku kerumah kamu ya” , “Mau ngapain San?” ,
“Mau jenguk kamu Ra”, Chira terkejut mendengarnya, senang bukan main hati Chira
saat itu, tapi dalam hatinya meringis karena Sandi tak mungkin jadi apa
yang ia harapkan, menjadi seorang
kekasih. “Iya San, datang aja” , “Oke”. Dan percakapan ditutup dengan salam
yang diucapkan oleh Sandi.
Malam harinya Sandi datang
bersama Asrul temannya yang juga teman Chira membawakan makanan untuk Chira.
Chira mempersilahkan mereka masuk dan duduk . Jantung Chira berdegup keras
sekali. Rindu dalam hati yang tertahan selama perjalanan sandiwara Chira tersampaikan.
Chira hanya berharap Sandi dapat mendengar teriakan hatinya dan merasakan
senyum sebagai pengganti sebuah peluk yang takkan mungkin terjadi. Bukan dua
hati yang saling merindu. Hanya Chira yang merindu dan masih setia sebagai
perindu diam-diam.
“Ra, kapan masuk sekolah?banyak
tugas loh” pertanyaan Sandi yang tak berani Chira mengartikan itu adalah sebuah
perhatian. “Disuruh dokter istirahat 3 hari san, berarti 2 hari lagi aku masuk
sekolah kok” jawab Chira lembut. “Cepet sembuh yaa Chira”, “Terima kasih san”
diiringi senyum yang dibaliknya tersimpan kesedihan. Banyak yang mereka
perbincangkan dari hal sederhana sampai hal istimewa hingga akhirnya
menyerempetkan pertanyaan pada topik HATI . “Ra, bagaimana dengan Rezi?”
pertanyaan yang sedikit membuat Chira tersentak dan menurunkan volume
tertawanya. “Iya Ra, gue lihat lo berdua pulang bareng waktu itu ! “ timpal
Asrul dengan penuh keingintahuan lebih lanjut. “heemmm..aahaha bagaimana apanya
ya San?” pertanyaan spontan yang terlempar begitu saja dari bibirnya disertai
tawa yang sedikit memaksa. “Iyaa, bukankah kamu dekat dengan dia?” tanya Sandi
kembali. “Ah, haha bukan apa-apa san. Oh , airnya sudah habis ya, aku ambil
kedalam dulu yah” Jawab Chira dan membuat-buat alasan untuk pergi dari
pertanyaan-pertanyaan yang akan datang bertubi-tubi. Karena sudah larut malam
Sandi dan Asrul pamit pulang.
Hari demi hari terlewati hingga
pada akhirnya Sandi tak dapat menahan kecemburuannya melihat hubungan Chira dan
Rezi semakin dekat. Sandi memutuskan untuk berterus terang kepada Chira
mengenai perasaannya yang ia sembunyikan. “Ra, nanti malam aku mau bicara”
terang Sandi mengagetkan Chira yang sedang asyik merasakan angin di balkon
depan kelasnya. “hem, mau ngomong apa ya San?” tanya Chira penuh keheranan.
“Nanti saja Ra” jawab Sandi singkat. “tapi, nanti malam aku mau kerumah Lisa san,
mau belajar bareng” terang Chira berusaha menghindar. “Nanti aku kesana” jawab
Sandi singkat lalu pergi.
Malam harinya.
“Jujur, setelah kita jauh aku
merasa ada yang hilang Ra. Aku merasa ada rasa yang tertahan. Ketika aku lihat
kedekatan kamu sama Rezi ada kecemburuan dalam diri aku Ra. Aku suka kamu.”
Terang Sandi mengutarakan isi hatinya yang membuat Chira terkejut mendengarnya.
“Aku emang pernah bilang rasa yang aku tanam gapernah tumbuh untuk kamu, tapi
aku merasakannya Ra, merasakan semua itu ketika kamu pergi Ra. Aku sayang
kamu.” Terang Sandi kembali membuat Chira semakin ingin menitikkan air matanya
yang tertahan sekian lamanya. Akhirnya Chira tak dapat membendung air matanya
didepan Sandi sehingga air mata yang selalu disembunyikannya itu jatuh
dihadapan orang yang menjadi penyebab kesedihannya. “ San, seandainya kamu
tahu, aku suka cara kamu menatap mata aku , tatapan kamu dalam membuat aku
merasa dilindungi. Aku suka cara kamu memperhatikan aku membuat aku merasa
diinginkan. Aku suka caramu bergurau disela kesedihan aku karnanya waktu itu.
Aku suka caramu mengajakku pergi, aku suka semua apa yang kamu lakukan,
membuatku merasa berbangga diri aku diinginkan. Tapi ketika kamu ambil pilihan
pergi bersama yang kamu inginkan, aku baru sadar setiap perhatian yang kamu
berikan itu tak lebih dari seorang TEMAN. Aku sayang kamu San, hingga kini
masih tersimpan. Rasa sayang itu tidak tercipta sehari 2 hari, seminggu, bahkan
sebulan, rasa sayang itu tercipta dalam waktu
yang lama dengan proses yang tidak singkat. Itu san, itu alasan kenapa
aku masih bertahan dengan semua ini. Aku tau kamu masih berstatus dengan Resi.
Jangan sakiti dia.” Jawab Chira sejujurnya mengutarakan isi hatinya lalu pergi
pulang membatalkan untuk belajar bersama dengan Lisa. Lisa memaklumi apa yang
baru saja terjadi pada sahabatnya dan terus menerus mendesak Sandi untuk serius
dengan perkataannya yang tadi dan segera berpacaran dengan Chira.
Keesokan harinya Sandi bertemu
dengan Chira saat bermain bola dilapangan komplek rumahnya. Kemudian Sandi
mengutarakan perasaannya kembali dan menyatakan cintanya pada Chira. Sandi juga
mempertegas bahwa hubungannya dengan Resi berakhir bukan karena perasaannya ke
Chira, tapi karena Resi yang tak pernah mengerti Sandi sehingga membuat Sandi
lekas pergi. Dengan perasaan gembira bercampur sedih Chira menerima Sandi
sebagai kekasihnya dan berharap kelak status berpacarannya berubah menjadi
ikatan yang halal dan sah .