“Sudah
minimkah laki-laki dibumi untuk membuatmu seperti tak punya harga lagi ? Sampai-sampai
bahagia orang lain kau pilih untuk menjadi bahagiamu sendiri”
Kepada perempuan tak tahu diri yang
telah merebutmu...
Bukankah perasaan itu sama adanya ?
Ketika sedih ingin sekali menangis dan di dengar olehnya ?
Agar dia mengerti, dimana dia tak
perlu mengulanginya lagi.
Pria yang kau isi hari-harinya
dengan tawa adalah pria yang telah kuperjuangkan lebih dulu darimu.
Lantaskah hari ini kau menangis
karena takdir menjemputnya pulang ke pelukanku ?
Untukmu, yang sepanjang perjalanan
selalu kusalahkan...
Pantaskah hari ini kau menangis dan
mengharapkan dia akan pulang ?
Bisakah kau memahami betapa
menyakitkannya kata murahan
Sedang kemudian dia yang kau
salahkan
Dan mengatakan “dia yang datang
lebih dulu”
Bukan, tamu tidak akan masuk jika
tidak kau bukakan pintu
Bukankah sudah jelas-jelas
bagaimana aku memohon padamu untuk menjauh ?
Terasa sulitkah waktu itu ?
Bandingkan sulitnya dengan hari ini
ketika kuputuskan untuk merebutnya lagi
Apakah sesak sudah menjalar
diseluruh tubuhmu ?
Bagaimana rasanya tak berkutik oleh
waktu ?
Sadar atau tidak, posisi bahagiamu
bersamanya kemarin adalah posisi yang salah
Sekarang karma menegurmu dan kau
tetap pada tak tahu dirimu itu ?
Sudah minimkah laki-laki dibumi
untuk membuatmu seperti tak punya harga lagi ?
Sampai-sampai bahagia orang lain
kau pilih untuk menjadi bahagiamu sendiri
HAHAHA aku selalu tertawa dan
bertanya “apakah kau tidak lagi punya harga diri ?”
Begitukah caramu menunjukkan bahwa
sesama perempuan harus saling mengerti ?
Sekarang, kau ingin memainkan
permainan denganku
Seberapa persenkah keyakinanmu
untuk menang dariku ?
Dek, fokuslah dengan ujian-ujian di
kampusmu
Bisakah kau berhenti urus
kebahagiaanku yang ingin kubangun kembali ?
Kau bisa pergi dan berpura-puralah
tidak pernah mengenali kami
Untuk menyelamatkan harga dirimu
yang hampir tidak ada lagi J