Rabu, 17 Desember 2014

Salam Rindu


Aku hanya bisa menunggumu
Seperti malam yang menunggu pagi
Seperti siang yang menunggu malam
Seperti Panas yang menunggu hujan
Seperti barisan paling depan dalam perang yang menunggu aba-aba pimpinan
Seperti penduduk yang lapar menunggu makanan
Seperti penduduk langit yang menunggu Uwais Al-Qarni kembali
Seperti muslim yang beriman menunggu kedatangan Imam Mahdi
Sungguh berat perkataanku, mencirikan layaknya aku adalah seorang muslimah yang suci
Tetapi, perangai tak seburuk kelakuan
Kelakuan yang dihapus pada malam dalam pengaduan pada Tuhan

Biar kuselipkan tanya dalam untaian ini
Bagaimanakah kabarmu?
Kabar yang selalu kutahu setiap bertemu
Fisik yang begitu baik dengan senyum lepas tanpa penahan
Tapi, aku ingin sekali mendengar jawaban darimu, sayang

Aku merindukanmu
Bak merpati yang pergi merindukan sarang
Tanah yang tandus merindukan basah
Dan seperti aku yang merindukan waktu kembali dengan saat-saat yang lalu
Selalu kuulangi bahwa aku menginginkan kehadiranmu
Dalam setiap hari, jam, menit, bahkan detik dengan bersamamu
Tapi kutahu Tuhan punya rencana lain, sayang
Seperti halnya pisau tercipta untuk tajam tanpa ia tahu kegunaannya selain dari pemakainya

Rasanya aku ingin menghabiskan waktu bersamamu
Bercerita dipinggir pantai dengan debur ombak dan angin yang memaksa untuk berpaut lebih lama
Atau dengan kabut tipis yang turun dipuncak gunung Bromo yang ingin kita jajaki bersama
Tapi kusadarkan diriku dari khayal untuk yang terakhir
Tuhan memiliki rencana lain untukmu dan untukku
Hingga suatu hari nanti,

Yang rencananya tak siapapun tahu

Minggu, 14 Desember 2014

Lembah Kasih


Aku sering bermimpi untuk menjadi sastrawan yang puitis dalam berkata
Kadang juga, aku bermimpi untuk menjadi seorang penulis yang banyak dikenal
Tapi, tak sesering aku bermimpi tentangmu setiap malam, sayang

Waktu berlalu begitu cepat tanpa kita inginkan
Mengikis rindu dalam dadamu yang pernah menyematkan namaku didalamnya
Tapi, tak secepat waktu berlalu akan merubah tinta yang mencoreng namamu dihatiku, sayang

Secepat sambaran kilat yang melesat dilangit mendung hari ini
Siang hari yang semuram hatiku
Begitu banyak tetesan air yang menyaru pipiku tanpa satupun orang tahu
Keadaan yang begitu getir, dingin
Aku menyatu dengan angin dibawah langit gelap kota Jakarta; tempatku dilahirkan
Tiada burung berkicau yang selalu kudengar merdu pada tempat yang sama
Mengingatku pada ocehan lembut dengan gurauan yang menyejukkan
Sesejuk siang pada hari ini tanpa air yang membasah dalam dekap rinduku padamu, sayangku

Memang setiap orang akan merasakan kehilangan yang berujung penyesalan
Seperti Ira yang kehilangan Shu pada film ‘’GIE’’ yang pernah kutonton beberapa kali
Film yang selalu membuatku ingin menjadi seseorang yang kritis, menjadi seorang pemberontak
Terlebih, keinginanku untuk berada dilembah kasih Mandalawangi bersamamu, sayangku
Lembah yang diagung-agungkan banyak orang tentang hamparan tanahnya yang luas dihiasi bunga-bunga yang indah
Tapi, aku mengerti bahwa Tuhan punya rencana-Nya sendiri yang tidak selalu sejalan dengan keinginanku

Setiap orang selalu menginginkan nasib yang baik
Sama halnya denganku yang takdir mengatakan hal lain kepada hidupku
Mungkin bila tanpa cinta, aku akan terus mencacimu
Tapi cinta selalu menghadiri kelembutanku untuk bernafas walau tanpamu, sayang
Karena cinta mampu mengalahkan segala benci, bahkan musnah begitu saja
Begitulah yang mereka katakan dalam novel-novel cinta yang sering kubaca.

Kamis, 04 Desember 2014

Cacat dibalut dengan Sempurna


Aku akan belajar untuk membencimu agar kehidupanku berjalan baik-baik saja
Aku tidak akan mengingatmu
Aku akan menata hari-hariku tanpamu
Menata dari awal setelah kau hancurkan tanpa rasa bersalah
Aku tidak butuh bantuanmu untuk menatanya
Aku tidak butuh belas kasih yang saat ini kau tuturkan padanya
Berjalan sendiri tanpamu dalam kebencian,
Membuatku lebih baik daripada berjalan dengan rasa dalam diam
Kau pernah menuturkan janji hingga kulihat janjimu usang dimakan rayap
Setebal buku yang kubaca tentang cara menyembuhkan luka
Terlalu banyak bicara ini dan itu
Hingga akhirnya kudapati kaumakan omongan sendiri karena lapar
Simpan kepolosanmu itu !
Aku sudah muak melihat dibaliknya
Cacat yang dibalut dengan sempurna
Begitu mahir kau bersandiwara untuk mendapatkan hati yang kau inginkan
Aku kalah, untuk saat ini kau menghempaskan tanpa memberiku ruang untuk membela
Dasyat seranganmu mematikan hati lalu melumpuhkan otak
Hebat, sekali melompat bajing mampu mengalahkan rusa yang berlari cepat
Sumringah senyum yang kausunggingkan mengecutkan hatimu yang bersih
Kaubiarkan begitu saja gelap menguasai tanpa usaha untuk mencari terang
Itu yang sedang kaulakukan
Itu yang sedang kaulakukan
Ya bukan ?
Sayang, kau lupa dengan Tuhan yang setia pada hamba-Nya yang selalu berkeluh kesah pada-Nya
Biar kuingatkan, Tuhan akan menjagamu sebagaimana yang diharapkan hamba-Nya yang lemah
Yang sudah kauperdayakan begitu saja lalu membuangnya
Balasan-Nya lebih ampuh dan tajam untuk kau sentuh
Lihatlah siapakah yang akan selamat dikemudian hari.