‘’Mengapa kamu pergi
disaat aku belum mengucapkan terima kasih?’’
Baru saja
aku mengulas tentang kita yang kukira sudah tak ada lagi luka
Kenyataan
mengadu kerinduan dengan benci
Menyembulkan
luka dan harapan yang tak pasti
Sejujurnya,
masih begitu perih untuk kuingat semudah itu kamu pergi
Dan sesulit
ini aku merelakanmu pergi
Tentang apa
yang telah aku berikan hanya kepadamu
Tapi kamu
hanya membiarkan aku menunggu diatas asa yang tak pasti
Menangisi
tawamu setiap hari dibalik topeng ini
Aku memang
bukan yang pertama begitu juga denganmu
Tapi kamu
berhasil menjadi bagian yang lebih indah dan lebih buruk dari kehidupanku
Memang waktu
tidak bisa ditipu
Ada saatnya
bahagia itu menjadi nomer satu dengan kesedihan yang menunggu
Sampai kesedihan
berada pada posisinya, rindupun sudah tak sesuai pada porsinya
Angin pun berhembus
pada saat yang tepat untukku menyampaikan rindu
Berharap
rinduku sampai dan menyelinap masuk kedalam dadamu yang membeku
Biarkan aku
perih dalam mengingat apa yang pernah aku berikan kepadamu
Dengan
begitu, aku mampu membencimu dibeberapa waktu
Kemudian
biarkan aku menjauhimu, sangat jauh
Agar kamu
mengerti bahwa hidup hanya sekali dan bahagia tidak datang hanya dengan sendiri
Biarkan
sedihku pergi menjemput kebahagiaan
Dipenghujung
hari dimana aku tak sekalipun dapat mengingatmu lagi
Kemudian
kamu menangis dan bertanya
Sayang,
mengapa kamu pergi disaat aku belum mengucapkan terima kasih?
Pada saat
itulah aku sudah bukan dalam duniamu lagi