‘’ Sungguh, kurasa kaudapat merasakan bagian
kecil surga didalam pulau kecilku’’
Senja itu
kapalmu mulai berlabuh dipulau kecil dalam hatiku
Pulau kecil
tak berpenghuni cukup lama dengan gemercik api merambat yang merindukan hujan
Perlahan
kaumenjajaki pulau kecilku, menata lahan demi lahan untuk sebuah kenyamanan
Memadamkan
api yang menyala dengan air yang kaumiliki sejak pertama kali kauinjak pulau
kecilku dan menuliskan nama kita diatas pasir yang tidak siapapun dapat temui
adanya
Kemudian
kaunyanyikan sebuah lagu sebagai persembahanmu yang mendambakan keindahan pulau
kecilku
Begitu manis
hingga pulau kecilku menyambut kedatanganmu
Sungguh,
kurasa kaudapat merasakan bagian kecil surga didalam pulau
kecilku
Hembusan
angin yang menyapamu lembut serta suara deburan ombak yang senada memaku dirimu untuk tinggal dalam
waktu yang lama dipulau kecilku
Hingga pada
akhirnya angan merasuki pikiranmu untuk segera membuat istana tengah laut dalam
pulau yang akan kaukuasai singgasananya.
Terasa sulit
memang untuk membuat singgasana itu sendiri, apalagi dengan api yang begitu
banyak merusak bagian-bagian dalam pulau
keciku
Meskipun dengan
beberapa bagian lahan masih dimakan api yang merindukan hujan, kaudengan sigap
segera memadamkan bagian-bagian itu walau dengan waktu yang cukup lama
Hanya dalam
sekejap kaumenyulap pulau kecilku sebagai sesuatu yang kuagungkan adanya
Kembaliku
mendambakan seseorang yang berhasil menata dengan sempurna pulau kecilku
Seseorang
yang duduk diatas singgasana pulau kecilku
Seseorang
yang mampu menguasai seluruh sudut pulau kecilku
Hingga aku
terlalu tunduk kepada penguasa baru yang sangat kupercayai hadirnya
Hingga aku
lupa, akulah pemilik pulau kecilku yang sebenarnya
Ternyata aku
salah membiarkannya,
Kukira kamu
akan menjadi raja dipulau kecilku selamanya
Kukira
gemercik api yang merambat itu akan padam untuk selamanya
Ternyata aku
salah mempercayainya,
Kau adalah
penghuni yang tidak lebih baik dari sebelumnya
Penguasa
yang tidak lebih pandai dari sebelumnya
Pulau
kecilku kauobrak-abrik seperti sedia kala sebelum kauhadir
Bahkan
kaumengacaukan hutan ketenangan yang susah payah kureboisasi sebelum kauhadir
Sayang,
kauhampir melumpuhkan seluruh pulau kecilku
Kauhampir
membuatnya menjadi pulau yang mati
Begitu manis
kaupertama kali,
Biar kukatakan
sekali lagi, begitu manis kaupertama kali.
Sekarang
kaupergi dengan kapalmu, kutahu kauakan berlabuh pada pulau yang baru
Pulau yang
menurutmu lebih baik dari pulau kecil yang pertama kali kauinjak dengan menulis
nama kita diatas pasir dan kautinggalkan begitu saja; semoga angin dapat
menghapusnya.
Kuharap
kelak kan kulihat kembali kapal berlabuh dipulau kecilku
Pulau kecil
yang hari ini masih porak-poranda karenamu.