Jumat, 11 Oktober 2013

Anak Cacat itu bernama SALIM

Belum sampai 30 tahun usiaku ketika istriku melahirkan anak pertamaku. Masih aku ingat malam itu, dimana aku menghabiskan malam bersama dengan teman-temanku hingga akhir malam, dimana waktu semalaman aku isi dengan ghibah dan komentar-komentar yang haram. Akulah yang paling banyak membuat mereka tertawa, membicarakan aib manusia, dan mereka pun tertawa.

Aku ingat malam itu, dimana aku membuat mereka banyak tertawa. Aku punya bakat luar biasa untuk membuat mereka tertawa. Aku bisa mengubah nada suara hingga menyeruapi orang yang aku tertawakan. Aku menertawakan ini dan itu, hingga tidak ada seorangpun yang selamat dari tertawaanku walaupun ia adalah para sahabatku. Hingga akhirnya sebagian dari mereka menjauhiku agar selamat dari lisanku.

Aku ingat pada malam itu aku mengejek seorang yang buta, yang aku melihatnya sedang mengemis di pasar. Lebih buruk lagi, aku meletakkan kakiku di depannya untuk mendorongnya hingga ia goyah dan jatuh, hingga dia berpaling dengan kepalanya dan tidak mengetahui apa yang ia katakan. Leluconku menyebabkan orang-orang yang ada di pasar tertawa.

Aku kembali ke rumah dalam keadaan terlambat seperti biasa. Aku mendapati istriku yang sedang menungguku tengah bersedih. Dia bertanya padaku, darimana saja kamu? Aku menjawabnya dengan sinis, “Aku lelah.” Kelelahan tampak jelas diwajahnya. Ia berkata dengan menangis tersedu, “Aku lelah sekali, tampaknya waktu persalinanku sudah dekat.”

Dalam diamnya, air matanya menetes di pipinya. Aku merasa bahwa aku telah mengabaikan istriku dalam hal ini. Seharusnya aku memperhatikannya dan mengurangi begadangku, lebih khusus di bulan kesembilan dari kehamilannya ini. Akhirnya, aku membawanya ke rumah sakit dengan segera dan aku masuk ke ruang bersalin. Aku seakan merasakan sakit yang sangat beberapa saat. Aku menunggu persalinan istriku dengan sabar, tapi ternyata sulit sekali proses persalinannya. Aku menunggu lama sekali hingga aku kelelahan. Maka aku pulang ke rumah dengan meninggalkan nomor HP ku di rumah sakit dengan harapan mereka mengabariku.

Setelah beberapa saat, mereka menghubungiku dengan kelahiran Salim. Maka aku bergegas ke rumah sakit. Pertama kali mereka melihatku, aku bertanya tentang kamarnya. Tetapi mereka memintaku untuk menemui dokter yang bertanggung jawab dalam proses persalinan istriku. Aku berteriak kepada mereka: “Dokter apa? Aku hanya perlu melihat anakku.” Akan tetapi mereka mengatakan: “Anda harus menemui dokter terlebih dahulu.”

Akhirnya aku menemui dokter tersebut. Lantas dia berbicara kepadaku tentang musibah dan ridha terhadap takdir. Kemudian ia berkata: “Mata kedua anak anda buruk, dan sepertinya dia akan kehilangan penglihatannya!”

Aku menundukkan kepala dan berusaha mengendalikan ucapanku. Aku jadi teringat dengan pengemis buta yang aku dorong di pasar dan menertawakannya di hadapan manusia.

Maha Suci Allah, sebagaimana engkau mengutuk, maka engkau akan dikutuk. Aku sangat sedih dan tidak mengetahui apa yang aku katakan. Kemudian aku ingat istri dan anakku. Aku berterima kasih kepada dokter atas kelemah lembutannya, lantas aku berlalu dan tidak melihat istriku. Adapun istriku maka dia tidak bersedih, dia ridha dan beriman terhadap takdir Allah. Seringkali ia menasehatiku untuk menjaga diri dari menertawakan orang lain, dan ia juga senantiasa mengulang-ulanginya agar aku tidak ghibah.

Kami keluar dari rumah sakit bersama Salim. Sungguh, aku tidak banyak memperhatikannya. Aku menganggapnya tidak ada di rumah. Ketika tangisannya sangat keras, aku lari ke lorong untuk tidur di sana. Sedangkan istriku sangat memperhatikan dan mencintainya. Sebenarnya aku tidak membencinya, tetapi masih belum bisa mencintainya.

Salim pun semakin besar. Mulailah dia merangkak, akan tetapi cara merangkaknya aneh. Umurnya hampir setahun, dan mulailah dia berjalan. Maka semakin jelas jika dia pincang. Maka beban yang berada di pundakku semakin besar. Setelah itu istriku melahirkan anak yang normal setelahnya, Umar dan Khalid. Berlalulah beberapa tahun dan Salim semakin besar, dan tumbuh besar pula saudara-saudaranya. Aku sendiri tidak seberapa suka duduk-duduk di rumah, seringkali aku menghabiskan waktu bersama dengan teman-temanku.

Istriku tidak pernah putus asa untuk senantiasa menasehatiku. Dia senantiasa mendoakanku agar mendapat hidayah. Dia tidak pernah marah terhadap perbuatanku yang gegabah. Akan tetapi, ia sangat bersedih jika melihatku banyak memperhatikan saudara-saudara Salim, sementara kepada Salim aku meremehkannya. Salim semakin besar dan harapanku kepadanya juga semakin besar. Aku tidak melarang ketika istriku memintaku agar mendaftarkan Salim di salah satu sekolah khusus penyandang cacat. Tidak terasa aku telah melalui beberapa tahun hanya aku gunakan untuk bekerja, tidur, makan dan begadang dengan teman-temanku.

Pada hari Jumat, aku bangun pada pukul 11.00 waktu zhuhur. Dan ini masih terlalu pagi bagiku, dimana ketika itu aku diundang untuk menghadiri suatu perjamuan. Aku berpakaian, mengenakan wewangian dan hendak keluar. Aku berjalan melalui lorong rumah, namun wajah Salim menghentikan langkahku. Dia menangis dengan meluap-luap!

Ini adalah kali pertama aku memperhatikan Salim semenjak dia masih kecil. Telah berlalu 10 tahun, tetapi aku tidak pernah memperhatikannya. Aku mencoba untuk pura-pura tidak tahu, tetapi tidak bisa. Aku mendengarkan suaranya yang sedang memanggil ibunya, sementara aku sendiri berada di dalam kamar. Aku melihatnya dan berusaha mendekat kepadanya. Aku berkata: “Salim, mengapa engkau menangis?” Ketika mendengar suaraku, ia berhenti menangis. Maka ketika ia merasa aku telah berada di dekatnya, dia mulai merasakan apa yang ada di sekitarnya dengan kedua tangannya yang kecil. Dengan apakah dia melihat? Aku merasa bahwa dia berusaha untuk menjauh dariku!! Seolah-olah ia berkata: “Sekarang engkau telah merasakan keberadaanku. Dimana saja engkau selama 10 tahun yang lalu?!” Aku mengikutinya, ia masuk ke dalam kamarnya. Ia menolak memberitahukan kepadaku sebab dari tangisannya. Maka aku mencoba untuk berlemah lembut kepadanya. Mulailah Salim menjelaskan sebab tangisannya. Aku mendengar ucapannya, dan aku mulai bangkit.

Apakah kalian tahu apa yang menjadi sebabnya!! Saudaranya, Umar, terlambat, terlambat mengantarkannya pergi ke masjid, sebab ketika itu adalah shalat jumat, dia khawatir tidak mendapatkan shaf pertama. Ia memanggil Umar, ia memanggil ibunya, akan tetapi tidak ada yang menjawabnya, akhirnya ia menangis. Aku melihat airmata yang mengalir dari kedua matanya yang tertutup. Aku belum bisa memahami kata-katanya yang lain. Aku meletakkan tanganku kepadanya dan berkata: “Apakah untuk itu engkau menangis, wahai Salim…?!”

Dia berkata, “Ya…”

Aku telah lupa dengan teman-temanku, aku telah lupa dengan undangan perjamuan.

Aku berkata: “Salim, jangan bersedih! Tahukah engkau siapakah yang akan berangkat denganmu pada hari ini ke Masjid?”

Ia berkata: “Dengan Umar tentunya, tetapi ia selalu terlambat.”

Aku berkata: “Bukan, tetapi aku yang akan pergi bersamamu.”

Salim terkejut, ia seakan tidak percaya. Dia mengira aku mengolok-oloknya. Dia meneteskan airmata kemudian menangis. Aku mengusap airmatnya dengan tanganku dan aku pegang tangannya. Aku ingin mengantarkannya dengan mobil, tetapi ia menolak seraya mengatakan: “Masjidnya dekat, aku hanya ingin berjalan menuju masjid!”

Aku tidak ingat kapan kali terakhir aku masuk ke dalam masjid. Akan tetapi ini adalah kali pertama aku merasakan adanya takut dan penyesalan atas apa yang telah aku lalaikan selama beberapa tahun belakangan. Masjid itu dipenuhi dengan orang-orang yang shalat, kecuali aku mendapati Salim duduk di shaf pertama. Kami mendengarkan khutbah jumat bersama, dan dia shalat di sampingku. Bahkan, sebenarnya akulah yang shalat di sampingnya.

Setelah shalat, Salim meminta kepadaku sebuah mushaf. Aku merasa aneh, bagaimana dia akan membacanya padahal ia buta? Aku hampir saja mengabaikan permintaannya dan berpura-pura tidak mengetahui permintaannya. Akan tetapi aku takut jika aku melukai perasaannya. Akhirnya aku mengambilkan sebuah mushaf. Aku membuka mushaf dan memulainya dari surat al Kahfi. Terkadang aku membalik-balik lembaran, terkadang pula aku melihat daftar isinya. Maka ia mengambil mushaf itu dari tanganku kemudian meletakkannya. Aku berkata: “Ya Allah, bagaimana aku mendapatkan surat al kahfi, aku mencari-carinya hingga mendapatkannya di hadapannya!!”

Mulailah ia membaca surat itu dalam keadaan kedua matanya tertutup. Ya Allah…!! Ia telah hafal surat al Kahfi secara keseluruhan…!

Aku malu pada diriku sendiri. Aku memegang mushaf, namun aku rasakan seluruh anggota badanku menggigil. Aku baca dan aku baca. Aku berdoa kepada Allah agar mengampuniku dan memberi petunjuk kepadaku. Aku tidak kuasa, maka mulailah aku menangis seperti anak kecil. Manusia masih berada di masjid untuk mendirikan shalat sunnah. Aku malu pada mereka, maka mulailah aku menyembunyikan tangisanku. Maka berubahlah tangisan itu menjadi isakan.

Aku tidak merasakan apa-apa ketika itu kecuali melalui tangan kecil yang meraba wajahku dan mengusap kedua airmataku. Dialah Salim!! Aku dekap dia ke dadaku dan aku melihatnya. Aku berkata kepada diriku sendiri, “Engkau tidaklah buta wahai anakku, akan tetapi akulah yang buta, ketika aku bersyair di belakang orang fasiq yang menyeretku ke dalam api neraka.”

Kami kembali ke rumah. Istriku sangat gelisah terhadap Salim. Namun seketika itu juga kegelisahannya berubah menjadi airmata kebahagiaan ketika ia mengetahui bahwa aku telah shalat jumat bersama Salim.

Sejak saat itu, aku tidak pernah ketinggalan untuk mendirikan shalat jamaah di masjid. Aku telah meninggalkan teman-teman yang buruk. Sekarang aku telah mendapatkan banyak teman yang aku kenal di masjid. Aku merasakan nikmatnya iman bersama mereka. Aku mengetahui dari mereka banyak hal yang dilalaikan oleh dunia. Aku tidak pernah ketinggalan mendatangi kelompok-kelompok pengajian atau shalat witir. Aku telah mengkhatamkan al Quran beberapa kali dalam sebulan. Lisanku telah basah dengan dzikir agar Allah mengampuni dosa-dosaku berupa ghibah dan menertawakan manusia. Aku merasa lebih dekat dengan keluargaku. Hilang sudah ketakutan dan belas kasihan yang selama ini ada di mata istriku. Senyuman tidak pernah pergi menjauhi wajah anakku, Salim. Siapa yang melihatnya akan mengira bahwa dia adalah seorang malaikat dunia beserta isinya. Aku banyak memuji Allah atas segala nikmat-Nya.

Suatu hari, teman-temanku yang shalih menetapkan diri melakukan safar untuk berdakwah. Aku ragu-ragu untuk pergi. Aku melakukan istikharah dan bermusyawarah dengan istri. Aku merasa dia akan menolak keinginanku. Akan tetapi ternyata sebaliknya, ia menyetujui keinginanku! Aku sangat bahagia, bahkan ia memotivasiku. Dia telah melihat masa laluku, dimana aku melakukan safar tanpa musyawarah dengannya sebagai bentuk kefasiqan dan perbuatan jahat.

Aku menghadap ke arah Salim. Aku mengabarinya jika aku hendak melakukan safar. Maka dia memegangku dengan kedua tangannya yang masih kecil sebagai ungkapan selamat jalan.

Aku telah meninggalkan rumahku lebih dari satu bulan. Selama itu, aku masih senantiasa menghubungi istriku dan juga berbicara kepada anak-anakku selama ada kesempatan. Aku sangat rindu kepada mereka. Ah, betapa rindunya aku kepada Salim. Aku sangat ingin mendengarkan suaranya. Dialah satu-satunya yang belum berbicara denganku semenjak aku melakukan safar. Bisa jadi karena dia berada di sekolah, bisa juga dia berada di masjid ketika aku menghubungi mereka.

Setiap kali aku berbicara dengan istriku perihal kerinduanku padanya (Salim), maka ia tertawa suka cita dan bahagia. Kecuali kali terakhir aku meneleponnya, aku tidak mendengar tawanya seperti biasa, suaranya berubah.

Aku berkata kepadanya: “Sampaikan salamku kepada Salim.” Istriku menjawab: “Insya Allah…!” Kemudian ia terdiam.

Terakhir, aku pun kembali ke rumah. Aku ketuk pintu. Aku berangan-angan jika Salim yang akan membukakan pintu itu. Akan tetapi, aku mendapati anakku Khalid yang usianya belum sampai 4 tahun membukakan pintu. Aku gendong dia, dan dia berteriak-teriak: “Baba…baba…”

Aku tidak tahu kenapa dadaku berdebar ketika memasuki rumah.

Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.

Istriku menyambutku. Wajahnya mulai berubah, seolah-olah kebahagiaannya dibuat-buat.

Aku perhatikan ia baik-baik kemudian aku bertanya: “Ada apa denganmu?”

Ia berkata: “Tidak apa-apa.”

Tiba-tiba aku teringat Salim, maka aku berkata: “Dimana Salim.”

Istriku menundukkan wajahnya dan tidak menjawab. Airmata yang masih hangat menetes di pipinya.

Aku berteriak, “Salim…! Di mana Salim?”

Aku mendengar suara anakku Khalid yang hanya bisa mengatakan: “Baba…”

“Salim telah melihat surga,” kata istriku.

Istriku tidak kuasa dengan situasi ketika itu. Ia hendak menangis, hampir saja ia pingsan. Maka kemudian aku keluar dari kamar.

Aku tahu setelah itu, bahwa Salim terserang panas yang sangat tinggi beberapa hari sebelum kedatanganku. Istriku telah membawanya ke rumah sakit, ketika tiba disana maka ia menghembuskan nafas terakhir. Ruhnya telah meninggalkan jasadnya.

Aku mengira, anda semua wahai para pembaca akan menangis, dan air mata anda akan mengalir sebagaimana air mata kami juga mengalir. Anda akan tersentuh sebagaimana kami juga tersentuh. Aku berharap Anda semua tidak lupa untuk mendoakan Salim, lebih khusus lagi bagi ibunya yang tetap teguh menjalankan tugasnya walaupun suaminya pergi. Jadilah ibu tersebut seperti perusahaan sebenarnya yang menghasilkan kaum laki-laki yang kuat. Semoga Allah membalas amal kebaikannya.Aamiin...

(Pelaku dari kisah ini termasuk diantara dai yang ternama dan terkenal. Ia memiliki banyak rekaman, ceramah dan tulisan. 
Sumber diambil dari kisah yang berjudul “Allah Azza wa Jalla memberi hidayah kepada siapa yang Ia kehendaki”, majalah Qiblati edisi 02 thn VII) ....


Salam santun ukhuwah penuh cinta..

( Istana Pelangi 7 Bidadari )
http://www.facebook.com/pages/Istana-Pelangi-7-Bidadari/145739888847685

Kamis, 01 Agustus 2013

Untukmu; penyebab kerinduanku yang menggebu

“Dalam lima belas minggu ini, aku hanya berpikir bahwa aku telah kehilanganmu, bukan memikirkan bagaimana aku mencari penggantimu. Ini sebab segala usahaku hanya jalan ditempat.”

Aku sangat membenci kelemahanku dalam kesendirian. Tak pernah mampu terbebas dari ingatan yang melumpuhkan rasa untuk mencintai kembali. Kerinduan yang kian hari kian mendesak hati. Kerinduan yang hanya tertuju untukmu, pencuri hati.

Apa pernah terpikirkan olehmu bahwa dalam tawamu, ada yang menangis tersedu-sedu mengemis kepada-Nya untuk dipertemukan kembali pada cinta yang hilang? . Apa pernah secuil saja kau rasakan kerinduanku yang berupa isyarat dari-Nya? .  Aku pernah, bahkan selalu mengemis kepada-Nya untuk disatukan dalam kebahagiaanmu yang itu tak ada lagi bagian dariku.

Selalu saja kuutarakan kerinduan dari tulisan yang mungkin hanya bacaan yang lalu-lalang bagimu. Seandainya kau tahu, dalam tulisan ini banyak air mata yang tumpah berserakan menjatuhkan butir demi butir kerinduanku padamu. Meski demikian, kerinduanku tak kunjung habis, malah justru semakin mendesak dan terus mendesak hati.

Aku berangan, bilamana kau menjual penawar rindu itu, akan kubeli, demi untuk mengobati rindu ini. Bilamana kau menjual waktumu, akan kubeli, demi untuk sedikit bercakap dan meletakkan rindu ini dimatamu. Akan kucari celah dalam hatimu, melalui kesempatan yang ternyata hanya buih perih yang kudapat; khayalan semata.

Dalam lima belas minggu ini, aku hanya berpikir bahwa aku telah kehilanganmu, bukan memikirkan bagaimana aku mencari penggantimu. Ini sebab segala usahaku hanya jalan ditempat. Merubah pikir menjadi tekad tanpa keinginan yang sepenuhnya dan kesedihan hati yang menjalar dalam ingatan masa indah (antara kita) sama dengan kesulitan.

Dalam lima belas minggu ini aku merangkak dari kesedihan
Aku berharap kebahagiaan baru segera menyelamatkan
Dalam lima belas minggu ini aku disiksa kerinduan
Aku berharap segera datang keajaiban dengan adanya pertemuan (antara kita)
Dalam lima belas minggu ini aku memperhatikanmu diam-diam
Aku berharap kabar baikmu yang kucuri mampu meredam sedikit kerinduan
Dalam lima belas minggu ini aku berusaha tidur lebih awal
Aku berharap mimpi indah datang menggantikan kesedihanku dalam kesendirian
Dalam lima belas minggu ini rasaku bertahan tanpa paksaan
Aku berharap waktu yang berjalan membuatku lelah menghadapinya
Dalam lima belas minggu ini aku tak pernah lupa mendoakan
Selalu berharap kita sama-sama mendapatkan kebahagiaan yang lebih baik dari yang pernah kita berdua dapatkan

Semoga Tuhan dapat menyatukan serpihan kisah dan puing hati yang pecah karena amarah kita dikemudian hari

Dan Tuhan mengkaruniai kita kebahagiaan mutlak dalam kehalalan hubungan yang sesungguhnya


(Untukmu; penyebab kerinduanku yang menggebu). 31/7/13

Rabu, 31 Juli 2013

Cerita (15). Selamat Jalan Kerinduanku

“Sebatas mimpi kau memelukku sebelum kau langkahkan kaki pergi menjauh itu sudah cukup. Kehadiranmu dalam mimpi adalah kebahagiaan tersendiri dalam kebisuan hatiku.”

Sudah lama aku menghindarimu. Hitung saja, setiap 60 menit menahan untuk mengingatmu adalah 1440 menit bagiku. Jadi, sudah berapa puluh ribu menit aku menahan kerinduan kepadamu ? hitung sendiri dalam lima belas minggu ini . Aku menyayangimu, tapi aku bisa apa? Ketika kenyataan pahit memisahkan harapan indah (antara kita).

Kesiapanku dalam menghadapmu lagi hanya sekian persen dari aku menyayangimu secara sembunyi-sembunyi. Memang terlihat bodoh, ketika sorot mataku masih saja sering memantulkan kenangan dimasa lalu. Beribu kata “kasihan” mengandung arti simpati dan olokkan tertuju untukku.  Dan kata “jahat” dari mereka untukmu masih berlalu lalang ditelingaku. Yang pada kenyataannya bukan hanya kamu, tapi kita adalah sama-sama penjahat ; cinta.

Suaramu diujung telepon membuat lidahku berbalas kaku. Ada sesuatu yang mengganjal dimataku dan rasa sakit menahan kerinduan kembali menyerbu titik kelemahanku,  hati. Dalam kata “iya” rasanya kuingin katakan “aku merindukanmu”. Batas jarak yang begitu jauh membuatku memeluk waktu, seakan dirimu berada dalam masaku yang padahal kau tertinggal dalam masa lalu.

Kehendak pergianmu menyapa kesedihanku. Dibalik sana suaramu menyapa lembut berpamit. Selain menjawab “iya” aku hanya tertunduk menahanmu jangan pergi dalam hati. Rasanya ingin sekali mengobati rindu yang membuncah dengan pertemuan singkat terakhir kali yang akan membawa makna tersendiri. Walaupun hanya disatu sisi yang melepas kerinduan, sisi hatiku. Tapi semua kembali pada kenyataan, sudah ada yang berisak tangis lebih dahulu untuk melepasmu pergi, sudah ada yang menghujanimu nasihat untuk mengawali langkah barumu. Kurasa pertemuan yang kuinginkan hanya akan mendapat  kesia-siaan. Sebatas mimpi kau memelukku sebelum kau langkahkan kaki pergi menjauh itu sudah cukup. Kehadiranmu dalam mimpi adalah kebahagiaan tersendiri dalam kebisuan hatiku.

Setiap satu langkahmu ada seratus panjatan doa dalam air mata penuh khidmat. Dalam kelihaian hidupmu ada hati yang memaksa bahagia dengan memeluk kebahagiaanmu diam-diam. Senyum bahagiamu adalah kebahagiaan tersendiri untuknya. Kau tahu? Itu adalah aku.


Senyuman dengan tanda kutip, aku selalu merasa bahagia dalam bahagiamu dengan jarak yang begitu jauh.

Selamat jalan dan selamat menempuh jalan menuju kesuksesanmu  J

Jumat, 26 Juli 2013

Cerita (14) . Lima belas minggu

“Usaha melupakanmu adalah kemustahilan bagiku yang bagi Allah adalah langkah menuju kebahagiaan baru untukku” .

Setiap diri yang sedang menangis itu selalu menuntut agar dirinya selalu dimengerti. Padahal, setiap makhluk-Nya memiliki perasaan. Sudah 15 minggu seperti ini, yang seharusnya berlalu malah dibiarkan mengendap dalam qalbu. Dibiarkan menjadi bendungan untuk menahan perasaan pada orang lain yang seharusnya berhak mendapatkan.

Sudah berapa  ribu namamu kutulis dalam daftar kerinduan dalam hatiku. Sudah berapa kali bayanganmu menyergap tiap mimpi indahku. Bayanganmu membenturkan diriku pada benda sekeras batu karang yang teguh tertabrak ombak. Seandainya saja, aku mampu menjadikan hatiku sendiri sekuat batu karang. Mungkin, takkan pernah ada lautan kepedihan menahan kerinduan yang mendalam.

Kini, aku saja tak mengetahui kabarmu. Aku hanya bisa menebak-nebak kabarmu dari keceriaan yang kau tunjukkan didepan publik. Tanpa aku masuki kembali kehidupanmu yang sudah bahagia tanpaku. Seharusnya hidup itu adil, kau bahagia, aku juga. Tapi kenyataannya,kau bahagia, aku tidak. Kau tahu apa artinya ? aku pantas dikatakan sebagai orang-orang yang tidak bersyukur atas rahmat yang Allah berikan.

Sesudah sholat aku selalu meminta ampunan-Nya dan kusebut namamu dalam rintihan hati menahan perih. Meminta kepada-Nya agar lenyap dalam hidupku dan selalu berada dalam kebahagiaan yang diberikan-Nya. Aku mengemis keadilan yang seharusnya tercipta dalam usahaku. Tapi apalah, usahaku berjalan ditempat. Usaha melupakanmu adalah kemustahilan bagiku yang bagi Allah adalah langkah menuju kebahagiaan baru untukku.


Sudah seribu tekad kubulatkan dalam setiap ucapanku. Tapi semua gagal karena satu keyakinan dalam hatiku bahwa kelak Allah menjadikanmu satu-satunya disisiku. Keyakinan bodoh. Tapi percayalah,aku tidak akan membiarkan kebodohan menguasai masa depanku. Kebahagiaanmu akan kujadikan motivasi untukku mendapatkan seseorang yang lebih baik darimu untuk menggandengku meraih kebahagiaan abadi.

Kamis, 25 Juli 2013

Cerita (13) . Wanita

“ ... sebuah bualan yang kau tujukan hanya sebagai leluconmu, mampu membuat wanita gede rasa (Ge-R). Perlu diakui, wanita mudah gede rasa kepada sesuatu yang ia anggap berbeda dari biasanya.”

Kau harus lebih mengenal wanita. Wanita adalah makhluk Allah yang diberikan perasaan teramat sangat. Sesuatu yang ia lakukan selalu dilandasi perasaan yang luar biasa. Jangan salah, ketika wanita sok tegar didepanmu, itu hanya semata untuk meredamkan kekhawatiranmu atau ia tidak ingin seorang pun tahu ia sedang bersedih hati. Jika kau menilai wanita sok dewasa dengan ucapannya, ketahuilah, ia ingin terlihat sebagai penasehat yang baik untukmu, yang nasehatnya mampu merubah keadaan menjadi lebih baik.

Jangan sekali-kali membuat wanita menangis. Jika wanita sudah menangis, ketahuilah, ia sedang menahan emosi agar tidak meledak-ledak menjadi sesuatu hal yang buruk. Ketika ia tak mampu mengendalikan emosinya,maka ia sudah diluar kendali kesabarannya. Kesabarannya ditepis oleh rasa sakit hati yang mendalam yang tak mampu ia simpan tanpa pelampiasan.

Apa wanita akan selalu terlihat tegar? Ya, kebanyakan wanita lebih memilih bermain dibelakang panggung sandiwara, menangis di belakangmu. Semua itu hanya untuk menjaga air matanya yang terlalu berharga jatuh dihadapanmu.

Sesuatu hal yang kau anggap biasa, bisa menjadi hal yang sangat luar biasa dimatanya. Perhatian kecil misalnya, atau sebuah bualan yang kau tujukan hanya sebagai leluconmu, mampu membuat wanita gede rasa (Ge-R). Perlu diakui, wanita mudah gede rasa kepada sesuatu yang ia anggap berbeda dari biasanya.

Ketahuilah, perhatian kecilmu membuat wanita menyusun harapan yang spontan saja ia lakukan. Membayangkan sesuatu diluar kenyataan. Mengharap sesuatu yang tak mungkin terjadi dalam pikirnya, tetapi tetap saja ia mengharap. Keadaan itu membuatnya berada ditengah-tengah kesalahan, maju salah, mundur pun salah.

Jadi, jangan pernah sekali-kali meninggikan hati wanita dengan pembicaraan yang mengarah pada “cinta” tanpa sebuah komitmen. Kau tahu? Leluconmu itu mampu membuat wanita tunduk bersedih dengan kenyataan diluar bayangannya.


Jangan pernah sia-siakan wanita yang merelakan hatinya untuk menemani kesedihan hatimu. Tempatkanlah ia pada tempat yang layak. Jika ia bukan tujuanmu, tinggalkanlah dengan pembicaraan yang mampu menenangkan hatinya, berikanlah alasan yang dapat diterima hatinya dengan tidak membuatnya berpikir ia hanyalah persinggahan sementara.

Minggu, 14 Juli 2013

Cerita (12) . Selamat Berpisah

Kesedihan karenamu tak kunjung berakhir. Aku masih bertanya-tanya dalam kebodohanku, kapan akan berakhir?. Mereka benar, sekarang kita punya jalan masing-masing. Kau mengambil jalan bahagia dan aku sebaliknya. Aku masih terjebak dalam bayang-bayang masa lalu. Masa lalu yang hanya setitik memberi kebahagiaan namun banyak memberiku pelajaran.

Tekadku tak pernah sukses untuk melupakanmu. Bahkan sehari saja melupakanmu. Tak pernah layak, aku seperti duduk dikursi ketidak adilan. Sudah tidak dapat terhitung lagi banyaknya tetesan air mata, bahkan tetesan darah yang kukeluarkan hanya untuk mengalihkan rasa sakit hatinya. Mungkin kau tak pernah peduli, sekalipun itu, karena kau sibuk dengan kebahagiaanmu. Perdamaian pun tak pernah kau minati untuk membuatku sedikit lebih tenang. Padahal janjimu dulu manis sekali kudengar, kau akan terus merangkulku hingga matahari tak lagi terbenam.

Sandaranku sudah hilang. Bukan hilang, tapi ia tegap untuk menjadi sandaran yang lainnya. Aku hanya asik menangis-nangis ria sendirian,lontang-lantung mencari apa saja yang mampu kujadikan sandaran. Mungkin kau akan tertawa, melihatku tak mampu bangkit dari keterpurukan karenamu. Atau sebaliknya, kau akan membatin dan berusaha agar aku terus membencimu.

Memang bukan hanya aku yang memiliki perasaan. Tapi kamu pun demikian. Aku hanya bisa diam ketika perasaanmu beralih pada wanita lain. Sesekali hatiku menggerutu kesakitan karna terdesak oleh kenangan. Kita memang berbeda, kau mampu saja melupakan dengan menjadikan wanita lain peralihan. Bisanya aku hanya menangis berharap keajaiban. Itu hal terbodoh sepanjang hidupku yang aku lakukan.

Aku tidak pernah melihat keadaan dari sisi kesakithatianku. Aku juga melihat dari sisi kesakithatianmu. Kau tahu? Aku pun menyesal mempercayai nafsu amarahku. Tapi satu kesalahan itu layaknya kau pikir asal terjadinya, jangan kau simpulkan itu pengutaraan rasa sayang yang paling dalam. Kau salah, rasa sayangku untukmu terletak dalam sesudah sholatku.

Aku tidak pernah berniat untuk menjatuhkanmu, bahkan menguak segala keburukanmu atau hanya membanggakan dari sisi baikmu. Banyak orang yang menilai, aku hanya sampaikan keluhan sakit nya pada mereka yang bersedia kujadikan sandaran bukan sengaja aku kepalkan dendam untuk membuatmu jatuh dihadapan banyak orang.

Kau tahu ? aku seperti berjalan diluar pribadiku, bukankah kau juga merasakannya? Mengapa masih belum tahu juga apa alasannya? . Kau hanya berpikir dengan logikamu bahwa ini utuh karenaku. Mari sejenak saja kita saling merasakan dengan PERASAAN. Pasti kita berdua akan temukan jawaban.

Aku lihat sekarang kau bahagia dengan wanita yang tak asing dalam pandangan mataku. Wanita yang kunilai licik dalam merebut kebahagiaanku. Aku memang tak punya hak apapun untuk mengatakan demikian, tetapi kenyataan yang ku terima menjawab hal demikian.

Sudahlah, aku tak pedulikan lagi. Siapapun yang berada disampingmu, kuharap ia tak merasakan pedihnya kenyataan seperti yang kuterima setelah menjalani hari denganmu. Kuharap yang ia rasakan kebahagiaan utuh darimu seumur hidup. Kuharap kita terpisahkan jarak dan waktu sejauh mungkin. Kuharap Allah mencabut kesakithatian diantara kita dan membuang kenangan jauh dari hidup kita berdua. Kuharap Allah memberikanku pengobat hati yang jauh lebih baik darimu. Kuharap Allah membukakan pikiran dan pintu hatimu. Kuharap Allah mencabut segala dendam dan membuangnya jauh-jauh. Kuharap Allah mencabut dan takkan mengembalikan ingatan masa lalu yang penah menjadi kebahagiaan dalam hidup kita berdua. Kuyakin Allah mampu mengabulkan setiap doa yang kupanjatkan dalam hari-hariku.

Kuucapkan “Selamat Berpisah” untuk kita . Aku percaya, keputusanmu adalah langkah terbaik untuk membahagiakanku. Aku ikhlaskan kau pergi untuk mencari kebahagiaan baru tanpa kuusik kembali kehadirannya.

Kamis, 11 Juli 2013

Cerita (11) . Dalam akhir perjanjianku

“ Aku akan melepaskan segala kesedihanku, akan kuterbangkan hingga suatu saat hinggap dalam dirimu ”

Seburuk itukah aku dalam pandangan matamu kini ? . Lebih buruk dari sampah kah ? . Aku tak pernah menyadari kebaikanmu tersenyum kembali adalah sebuah kepalsuan, hanya untuk mempermainkan perasaan semata. Dimana hati kecilmu ? Kaubilang rusak ? tidak ada hati kecil yang rusak sayang, hati kecil tetap terjaga dalam kemurniannya.

Satu, dua, tiga kau kembali melukai hatiku. Masih sama, banyak air mata berserakan karenamu. Kaupikir dengan berakhirnya sebuah hubungan adalah berhentinya tangisan ? coba pikirkan baik-baik. Padahal ketenangan baru saja kugenggam, tapi kau rebut lagi dan lagi. Kesesakan hati ini masih milikku dan masih bertemakan tentangmu.

Hati-hati bermain hati. Kau pikir melupakan dengan menggantikan posisi yang pernah menetap disana itu mudah? Coba pikirkan kembali. Aku punya Allah, akan kuganti semua kerugianmu, akan kutebus semua kesalahanku yang menyakiti hatimu. Aku percaya Allah maha Adil, aku percaya Allah maha Bijaksana, dan Allah akan tunjukkan kuasa-Nya.

Kau tahu? Aku bertekad untuk membiarkanmu pergi. Aku akan melepaskan segala kesedihanku, akan kuterbangkan hingga suatu saat hinggap dalam dirimu. Dengan begitu, takkan ada yang memandangmu lagi dengan segala keburukanmu. Kau tahu? Kesakithatianmu akan segera berlalu, percayalah. Allah maha Adil.

Sekarang, aku percaya berpisah sudah menjadi skenario Allah untuk kita. Allah merancang sedemikian rupa agar kita takkan kembali lagi satukan hati. Allah lebih mengetahui pribadi hamba-Nya. Allah satukan hati dengan menilai akhlak yang terpuji. Laki-laki baik hanya untuk wanita baik  dan sebaliknya.

Aku akan berhenti meradang menjadi yang disisimu. Aku akan berhenti mengingat kenangan manis bersamamu. Aku akan berhenti menangisi setiap waktu yang berlalu. Akan kututup hatiku rapat-rapat untukmu. Akan kubuka hatiku selebar mungkin untuk laki-laki baik yang akan mengobati luka dihatiku. Kau tahu? Ini adalah hal tersulit. Innama’al u’sri yusraa sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Semoga kau menjadi laki-laki beruntung.

Aku berdoa, agar Allah mencabut segala ingatanku tentangmu. Allah kembalikanku dalam masa yang jauh sebelum aku mengenalmu. Walau semua dalam kemustahilan, aku akan berusaha memenuhi kemauanmu, untuk pergi sejauh mungkin dari hidupmu. Semoga rasa kehilangan tidak menyelimuti antara kau dan aku.

Aku mencintaimu, dalam akhir perjanjianku.  

Selasa, 09 Juli 2013

Cerita (10) . Marhaban ya Ramadhan

“Biarkan ku memenuhi harimu dengan  bacaan Al Qur’an yang kulantunkan dalam rongga harimu, biarkan pahala mengalir dalam jiwa setiap umat yang mengagungkanmu . Marhaban ya Ramadhan”

Marhaban ya Ramadhan. Salam kerinduan yang mendalam bulan penuh pengampunan, berkah dan rahmat Allah Swt. Aku bersimpuh kepada Allah bersyukur atas segala rahmat yang diberikan, kesayangan-Nya membawaku menghadap bulan penuh kenikmatan, Ramadhan.

Selamat datang bulan yang kutunggu. Aku menangis rindu berjumpa denganmu. Membelai kembali tiap waktu yang penuh dengan ibadah serta membanjiri jiwaku dengan pahala berlipat ganda. Aku merindukan setiap aktivitas dalam malammu. Melaksanakan kembali ibadah malam beramai-ramai. Pagi buta menjadi ramai, mendengar kembali tabuan bedug berkeliling kampung mengingatkan waktu sahur. Sore hari menjadi kenikmatan tersendiri bagi setiap jiwa yang menjalani hari dengan keikhlasan. Hingga matahari terbenam menunjukkan waktu berbuka puasa telah tiba, jiwa penuh semangat masih terjaga dalam kekuatan hatinya.

Tidur setiap insan menjadi ibadah, hembusan nafas bertasbih memuji-Mu, pahala tiada habisnya bagi setiap lisan yang terjaga. KeagunganMu ya Rabbi menjadikan hari dalam lautan pahala. Marhaban ya Ramadhan, Luapan kerinduan mendalam untukmu.

Biarkan kerinduanku memelukmu. Biarkanku menaruh harap balas surganya Allah padamu. Biarkanku berlomba mendapatkan satu malam terbaik diantara malam-malammu. Biarkan ku memenuhi harimu dengan bacaan Al Qur’an yang kulantunkan dalam rongga harimu, biarkan pahala mengalir dalam jiwa setiap umat yang mengagungkanmu . Marhaban ya Ramadhan.


Maha suci Allah, Tuhan yang paling Agung, jadikanlah waktu dalam hari menjadi panjang. Jadikanlah pahala menggunung bagi setiap insan yang penuh kesungguhan mengaharap balas surgaMu. Aamiin.

Sabtu, 06 Juli 2013

Cerita (9) . Aku tahu dimana letak Hatimu

“Aku adalah wanita bodoh yang menangis untuk hal yang sama sekali tidak aku mengerti kehadirannya. Aku bodoh !”

Lagi-lagi ada dirimu disana, dalam mimpi indahku yang bias karenamu.  Aku tahu, dan aku mengerti dimana letak hatimu. Letak hatimu dibalik kesakithatianmu, karenaku. Aku memahami mengapa kau selalu berkata menyudut kepada “ sayang itu adalah kasih yang dibuktikan melalui tindakan “, itu karena segala tindakan baikku untukmu sama sekali tak menyentuh hatimu. Aku mengerti kau takkan kembali tersenyum ikhlas padaku, karena tindakan kasarku telah melukai hatimu.

Aku tak mengerti dan paham dimana letak kesakithatianku. Aku tak mengerti mengapa begitu banyak air mata yang jatuh. Aku tak memahami maksud kesedihan hatiku. Aku mencintaimu dalam sayup mataku yang sembab karena menangisi hal yang tak ku pahami artinya. Aku tak mengerti, cinta begitu rumit untuk dimengerti apalagi untuk dipahami.

Benar segala ucapanmu, benar segala tuduhanmu, benar segala tindakanmu, benar segala apa yang kau ungkapkan padaku. Aku adalah wanita bodoh yang menangis untuk hal yang sama sekali tidak aku mengerti kehadirannya. Aku bodoh !

Kepahamanku pada kesakithatianmu membuatku dihantui bayanganmu disetiap sudut ruang dalam otakku. Membuat pribadiku tak karuan dan hidup dalam ketidak nyamanan. Bagaimana jika aku mati? Apa semua akan tetap menghantui ? semua seperti tidak adil, aku juga merasakan sakit hati, tapi mengapa seperti hilang begitu saja dan hanya wanita bodoh ini yang selalu dihantui kesalahan ?


Allah maha adil, Allah maha bijaksana atas segala keputusan-Nya. Aku percaya dibalik ini semua ada kebenaran, ada jawaban atas segala doa yang aku panjatkan . Aamiin.

Jumat, 05 Juli 2013

Cerita (8). Masih saja tentangmu

“jika hanya satu hati yang merintih Allah takkan biarkan dua hati tersebut bersatu kembali. Karna Allah punya rencana yang lebih indah untuk kesabaran menunggu satu hati yang merintih”

Kembali mengantongi malamnya para perindu dalam kebisuannya. Masih saja tentangmu yang menganggu tiap aktivitasku menjelma sebagai keindahan semata yang perlahan berubah menjadi nestapa. Bertahan dalam pikiranku, masih tersimpan sangat rapih dalam otakku, kenangan kita.

Rupanya selain dalam pikiranku, kau juga tak berlalu dalam mimpiku. Bayanganmu seperti menetap disana, menghantui setiap mimpi indahku. Yang aku lihat kau bahagia bersama banyak wanita setia yang rela menunggumu sekian lamanya untuk  mendapatkan cinta murni darimu. Murni atau tidaknya, hanya dirimu sendiri yang tahu.

Kau mondar-mandir mengoper hati sana-sini menangisi hati yang tak mampu menahan perih. Kau datang beri harapan, lalu pergi begitu saja beri kepedihan. Memangnya kau tak bisa sedikit saja merenung bila berada diposisi wanita ? Menahan keinginan untuk memiliki dirimu seutuhnya lalu keinginan itu kau tepis hingga semuanya berubah menjadi kepedihan hati, sakit bukan?. Bodohnya, aku bertindak seperti wanita yang tidak bisa melepaskan diri darimu. Pantas ditertawakan oleh para pemain cinta bukan ? .

Aku bodoh, semua orang tahu itu. Tapi kau lebih bodoh katanya, entah dari sisi mananya aku tak begitu paham apa yang mereka ucapkan. Sama saja seperti hadirnya perasaan ini, bertahan tanpa alasan, tapi kamu tahu dimana juga alasan aku bertahan, hanya saja kamu sematkan ketidak pedulian dalam dirimu sehingga kau begitu masa bodo dengan alasan itu. Dimanakah letak hatimu sayang? .


Mana ada dalam kamus pemain cinta itu takut pada karma. Aku paham itu,tapi,bukankah azab itu ada ? memangnya kau tak takut terlambat meminta maaf nantinya ? . Tenanglah, satu diantara yang kau sakiti sudah memaafkanmu,aku. Aku masih menyimpan harapan kita berdua, rapih dalam hati. Aku percaya Allah mendengar segala permohonan hamba-Nya, mendengarkan rintihan hati keduanya. Namun, jika hanya satu hati yang merintih Allah takkan biarkan dua hati tersebut bersatu kembali. Karna Allah punya rencana yang lebih indah untuk kesabaran menunggu satu hati yang merintih. 

Semoga Allah menjaga setiap langkahku dan langkahmu.

Rabu, 03 Juli 2013

Cerita (7) . Aktivitasku

“Aku percaya, kuasa-Nya mampu meneduhkan panas dengan hujan dan mampu memadamkan api dengan air”

Aku tampak seperti wanita bodoh yang berbicara pada benda mati. Apalagi kau takkan membaca tumpahan isi hati yang setiapku tulis dalam genangan air mata. Pantas untuk ditertawakan bukan? . Silahkanlah, aku sudah melatih hati untuk sedikit lebih kuat untuk dihina.

Beginilah pagi hari, selalu kelabu. Sejak 3 bulan lalu. Hallo, pengisi hati? Kau dimana? Sudah bahagia jelas? Aku juga bahagia. Bahagia jika kau bahagia. Tapi baru saja aku berbohong untuk menutupi kesedihan hati yang begitu dalam tanpamu.

Aktivitasku dipagi hari hanya merindu, disiang hari merindu, dan dimalam hari kembali merindu. Kau dimana? Sudah lama tak bersapa dan salling menatap bola mata dengan cinta. Terakhir kali, 2 minggu lalu mata kita bertemu hanya satu detik. Jika kau lihat lebih dalam bola mataku, kau akan temukan rindu yang menggebu-gebu.

Mengertilah sayang, aku selalu berharap dalam kemustahilan. Belum tersentuh juga hatimu? Aku hanya ingin sebuah semangat untuk mendorongku menghapus namamu dihatiku. Hati yang telah lusuh tak terurus. Aku biarkan kenangan kita mengobrak-abrik hati ini, aku sudah cukup lelah menahannya.

Kau dimana ? . Aku ingin sekali menyembuhkan rindu dari kebisuannya. Aku bisa apa? Ketika yang kau rindukan bukan lagi aku dan yang kau genggam bukan lagi tanganku melainkan wanita lain yang lebih kau cintai. Kau ini sehebat apa? Membuatku menjadi perindu diam diam dalam kesedihan. Hatimu terbuat dari apa? Sehingga kamu tega melihat wanita yang dulu kau manja menjadi wanita yang penuh dengan nestapa.

Seberapa dalam kasih yang masih tertahan dalam diriku untukmu, itu hanya Allah yang tahu. Ketika aku merindumu, aku bersimpuh memohon ampunan dan sampaikan rindu pada Allah. Ketika aku menangisimu, aku  bersimpuh memohon ampunan dan pelukan ketenangan pada Allah. Aku sampaikan semua keluhan hati pada pencipta kasih yang tiada tanding. Kasih yang Allah beri untukmu melalui aku hamba-Nya, tiada habis.

Itulah aktivitasku sehari-hari tanpamu. Menyenangkan bukan ? . Menyenangkan untuk ditertawakan ya?. Terima kasih, yang pasti aku tak bisa berhenti menyayangi bahkan mengagumi dari kejauhan. Tanpa kudengar kabar, tapi aku bisa merasakan. Aku percaya, kuasa-Nya mampu meneduhkan panas dengan hujan dan mampu memadamkan api dengan air.


Jaga dirimu baik-baik dan disini aku menjaga hatiku baik-baik.

Senin, 01 Juli 2013

Cerita (6) . Merindu

"Aku, kamu, kita dan kenangan yang berlalu melambai-lambai disetiap sudut ruang otak yang hanya beberapa persen memikirkan hal yang wajar. Aku merindu"

Selamat siang Jakarta. Tempat yang masih menyimpan banyak kenangan. Masihkah kakinya menapakkan langkah dikuasamu? . Masihkah matanya menyorotkan ingatan beberapa bulan yang lalu? . Masihkah bibirnya bicarakan menyinggung masa lalu ? . Aku penuh harap.

Pohon disepanjang jalanmu bergoyang-goyang riang menghibur kekelabuan hatiku yang tak pernah habis disiksa tentangnya. Terik matahari yang begitu menyengat menyapaku kembali membawa masa lalu. Saat matahari terik salah, saat hujan salah, saat siang berganti malam pun juga salah. Semua kesalahan terletak pada otakku yang terlalu banyak menyimpan memori tentangmu atau pada masa lalu yang terlalu menenggelamkan hatiku ? .

Seharusnya seharusnya seharusnya dan hanya seharusnya yang dibicarakan saat semua telah berjalan digaris ketidakinginan. Aku, kamu, kita dan kenangan yang berlalu melambai-lambai disetiap sudut ruang otak yang hanya beberapa persen memikirkan hal yang wajar. Aku merindu.

Langkahku kelelahan berjalan tanpamu. Nafasku tersenggal tanpa rindumu. Hatiku beku tanpa kasihmu. Rindu ini menjerat tiap urat yang menghubungkan otak dengan semua bagian tubuh, yang membawa perasaan tertentu ke otak dan mengirimkan berita dari otak ke bagian tubuh yang lain, tak lain itu tentangmu.


Kapan akan berakhir? . Mungkin setelah Allah berhenti memeluk kesendirianku disetiap hari dan menggantinya dengan menjagaku disetiap waktu. Memberikan cinta dan kasih diIstana Agung sebagai balas ketulusan berlebih dalam setiap doaku. Aamiin.

Jumat, 28 Juni 2013

Cerita (5). Tentangmu

"kesesakkan ini bernama tentangmu"

Nyata sekali senyummu dihadapanku. Sentuhan lembut menghangatkan tanganku membuatku tak menginginkan moment ini segera berlalu. Aku lingkarkan tanganku diperutmu dan kita menembus hujan hingga butiran air hujan yang menabrak terasa lembut. Aku menyandarkan kepalaku dibahumu menaruh cinta yang begitu dalam dan kamu fokus mengendarai sepeda motormu. Entah kau merasakannya atau tidak aku tidak peduli, yang aku tahu, aku sangat menyayangimu.

Aku merasa jantung ini seperti bom dinamit yang akan segera meledak ketika aku menyadari khayalku telah menembus 5 bulan yang lalu. Mataku terasa sesak oleh mutiara air mata yang selalu saja berbicara saat semua otakku memutar memory tentang kita. Pada kenyataannya didepanku bukan kamu, melainkan adalah  temanku.

Hujan yang aku kagumi kedatangannya menjadi suatu hal yang aku takuti kehadirannya. Bak tajamnya pisau yang akan merobek-robek perasaanku ketika tentangmu itu melintas dalam pikiranku. Hujan, aku cinta hujan ! tapi aku juga membencinya ! membenci kehadiran masa lalu yang selalu menggeluti otakku saat hujan menyapa. Hujan yang penuh rahmat sang Ilahi Rabbi aku musuhi kehadirannya. Kesejukannya tidak pernah menenangkan pikiranku lagi, malah justru mengobrak-abrik hatiku tentangmu. Ya ! kesesakkan ini bernama tentangmu .


Aku belum pernah belajar persoalan mengenai “CINTA”. Tapi Allah telah mengujikanku mengenai “MENCINTAI”, dipersulit karena belum “MENSYUKURI”, dan gagal karena belum “MENGIKHLASKAN” . Aku  tak tahu bagaimana remidial kedepan. Apakah Allah akan memberikan remedial kepada orang yang sama atau berbeda. Yang pasti aku berharap remedial yang Allah berikan dengan masalah yang sama dan orang yang sama. Karena akan terasa lebih mudah memperbaiki kesalahan pada orang yang pernah kita pahami hati dan perasaannya. Setelah itu “BAHAGIA” pada cerita akhirnya.

Rabu, 26 Juni 2013

Puisi (2) . Hujan

Hujan

Bawa saja segala kisahku dengannya
Hanyutkan saja hingga sampai ditengah laut lalu dimakan Hiu

Hujan

Bawa pergi jauh saja kerinduanku
Melalui angin yang berhembus
Hingga sedikit menyapa hatinya yang beku

Hujan

Wakilkan saja teriakkan hatiku
Dari benturan awan yang menghasilkan bunyi itu
Hingga membuat hatinya sedikit takut

Hujan

Berikan keteduhanmu untuknya
Senggol sedikit saja kulitnya
Hingga dia sampai pada ingatan sesak tentangku

Hujan Hujan Hujan Hujan
Bila dipertegas segala pertemuan kita dahulu
Lukaku seperti tertabur garam olehmu

Oh , bukan kamu, tapi dia
Bukan dia, tapi kenangan bersamanya .


Selasa, 25 Juni 2013

Setitik masalah

“Sekecil apapun masalah sebaiknya diselesaikan secepatnya dengan penuh ketenangan”

Langit berubah warna pun, kau takkan pernah tahu jika buta warna. Sama seperti perasaanku yang bertabur cemas ini. Sana-sini otakku berjalan seribu kali keliling untuk menemukan solusi, tapi tak pernah sekalipun kutemui. Memangnya kau tahu? Mengerti? Bukankah sama? Hatimu buta, tak mau mengerti. Seharusnya keberadaanmu disini dapat mendekapku dari rengkuhan kecemasan karena masalah yang menggelora. Bukan justru kau mendorongku hingga aku sampai pada titik keputus asaan.

Hari ini , Langit pagi di Jakarta kelabu. Kesejukannya menyentuh lembut relung hati dan membawaku sedikit pada ketenangan. Selamat pagi kota Jakarta, aku memang pendatang, tapi kurasa bertahun-tahun aku tinggal disini kita cukup bersahabat. Coba dengar, disini aku bersama banyak orang, tapi saat aku termenung sendiri mereka tidak mendekap memberikan kenyamanan dan ketenangan. Mereka hanya mendesakku ini itu membuatku merasa tertekan. Lalu bagaimana jika aku pergi darimu ? apa kelak aku kembali kau masih mengingatku? .

Aktivitas yang begitu mengejar membuatku merasa lelah untuk berlari lagi. Kakiku kehilangan kekuatan dan berhenti dengan sendirinya untuk bersimpuh lalu tertubruk. Tuhan, aku lelah. Rasanya aku ingin sekali tertidur beratus-ratus hari dalam dekapanMu. Kemudian kau kembalikan Ruhku ketika masalah kian lenyap oleh tanganMu.

Terlintas dalam pikiranku untuk pindah kota. Demi menghindari masalah yang kian hari bagai epidemi menjalar kedalam otak. Di kota berbeda aku akan membuka lembar baru dengan hidup penuh kenyamanan dan ketentraman. Fokuskan pendidikan hingga sampai pada apa yang kucita-citakan. Terbebas dari segala aktivitas yang membuatku kelelahan untuk terus tegap berdiri. Tapi, apa semua itu akan berhasil ? meninggalkan masalah begitu saja ? bukankah hal tersebut akan membebankan pikiran ? bukankah justru membuat diri terhantui ?. Sekecil apapun masalah sebaiknya diselesaikan secepatnya dengan penuh ketenangan. Ya ! aku mengerti .


Kini waktunya aku berbicara pada hati kecil dan kembali menyusuri jalan pada otak hingga menemui solusi yang tepat. Dan aku akan berhenti menghitung mundur untuk melangkahkan kaki menjauh dari kota ini, Jakarta.

Sabtu, 22 Juni 2013

Tanah Kelahiranku, Jakarta 486.

Selamat pagi yang cerah kota kelahiranku, Jakarta. Sudah berusia 486, bagaimana kabarmu ? masih sanggupkah menampung Jutaan orang  ? . Kuharap kau mampu merubah keburukan-keburukanmu bersama kekasihmu, Pak Joko Widodo.

Tahukah ? Merasakankah kamu ? . Aku merindukanmu yang dulu ketika polusi masih bisa ditolelir oleh paru-paru. Saat aku menyapamu dipagi hari dengan jogging ringan sana-sini bersama Ayah tercinta. Kulihat laut disebelah utara masih berombak dan bersih tanpa sampah. Ketika langit sore berganti warna masih terasa ketentraman tanpa kebisingan yang berlebih.

Aku tahu sayang, semakin usiamu bertambah malah semakin banyak tangan manusia yang menyakitimu. Menghinamu dengan membuang sampah disembarang yang mereka mau. Mencoret-coret keindahan darimu. Aku mengerti perasaanmu, karna aku mencintaimu Tanah Kelahiranku.

Jangan marah, jangan. Bersabarlah sayang, bersabar dengan segala pencemaran yang sebangsaku buat. Mengertilah, tidak semua sebangsaku menyakitimu. Banyak diantaranya yang juga mencintaimu sama seperti yang aku lakukan kepadamu. Banyak diantara mereka yang juga menjagamu sama sepertiku. Kau tidak sendiri sayang, tidak. Banyak yang mencintaimu.

Berikanlah yang terbaik selagi kamu mampu. Ikuti arahan kekasihmu yang setia membimbingmu mencapai kesejahteraan rakyat. Kami bertaruh harapan kepadamu, oh Tanah Kelahiranku .

Happy Birthday 486 Jakarta . Love you so much Jakarta .


Jumat, 21 Juni 2013

Anniversary Failed

 " Biarkan aku yang menangis, biarkan aku sembunyikan kesedihan ini darimu, dan mendoakanmu dalam sesak hatiku "

Hai kamu . Sedang apa disana ? masih adakah aku dalam pikiranmu ? seperti beberapa bulan yang lalu. Aku merindukanmu, sungguh. Kamu dimana ? sedang  dalam kesenanganmu bersama para sahabatmu kah ? atau dalam genggaman orang yang berhasil merebutmu dariku?. Masih ingat setahun yang lalu ? Aku sangat yakin kamu pasti ingat. hanya saja kamu menahan diri untuk mengucapkannya demi HARGA DIRI bukan ?

Bukankah seharusnya hari ini kita tertawa bersama dengan berkeliling kota Jakarta? Menikmati keindahan sore hari hingga langit berganti warna. Lalu bersenda gurau dibawah lampu jalanan dan lampu gedung yang  berkerlap-kerlip sepanjang jalan. Seharusnya kita dapatkan pengalaman itu sayang.

Faktanya hari ini kita bolos buat lihat lampu monas yang berganti-ganti warna. Kita bolos buat minum ice cream. Kita bolos buat makan nasi goreng dibawah terminal busway itu. Kita bolos semuanya. Memangnya kamu tidak takut Tuhan marah kalau kita bolos terus-terusan?
Seharusnya kamu ada disini, tapi pada kenyataannya kamu ada disana bersama pilihan yang menurutmu baik.

Aku bisa apa? Ketika aku sadar kamu sudah menggenggam tangan wanita lain dan kalian sudah saling menyayangi.  Apa aku harus menghancurkan hubunganmu? Apa aku harus memenangkan egoku? Untuk mendapatkan cintamu kembali ? Tidak sayang, aku sama sekali tidak punya jiwa berwarna merah terang. Biarkan aku yang menangis, biarkan aku sembunyikan kesedihan ini darimu, dan mendoakanmu dalam sesak hatiku.

Mereka bilang “tunggu, kamu akan tertawa dikemudian” , Tidak sayang, aku akan menjadi orang pertama yang akan memelukmu ketika kamu dilanda kesedihan dan kegundahan. Telingaku siap mendengarkan dan bahuku siap di jadikan sandaran. Kembalilah. Ketika kamu sudah merasa lelah dengan apa yang kamu jalani . Aku siap bersusah hati bersamamu. Aku janji.

Happy Anniversarry. Semoga hari ini kita miliki doa yang sama . Aamiin Allahumma Aamiin .

Rabu, 19 Juni 2013

Cerita (4) . Kamu

“Kebaikanmu yang selalu memberi membuatku sulit pergi”

Ini sudah 2 bulan tanpa kehadiranmu. Masih sama, namamu masih melekat dalam hati ini. Apa kabar ? kuharap kau baik baik saja. Apa kau  bahagia bersamanya? Tentu pastinya, dia memiliki segalanya yang tak kumiliki. Tapi, dia tak miliki perasaan yang sama denganku, perasaan yang hanya kumiliki untukmu.
Aku masih sendiri. Dalam diam mengingat saat kau menghapus air mata kala pertengkaran antara kita memuncak. Mengelus pipiku manja lalu mencubitnya. Sayang, aku merindukan waktu yang berlalu. Memang tak seharusnya berlarut sedang kau menginginkan perpisahan yang terbaik. Terbaik katamu? Itu hanya untukmu. Apa setelah kepergianmu setiap pagi aku terbangun dengan mata panda itu baik ? .

Kuraih ponselku, masih berharap ada pesan singkat darimu yang sekedar menanyakan kabar. Tapi Tuhan tak pernah mengabulkan keinginanku. Berapa ratus ribu lagi jari yang kuhitung berulang kali menanti kabarmu kini ? kaukira ini menyenangkan? Tidak, ini menggelisahkan,dear. Ketika mataku terpejam, aku lihat kamu ada disana . masih dengan senyummu yang merasuk jantungku juga meremukkan tulang tulangku, mengganggu otakku dan setiap aktivitasku terasa sesak oleh tentangmu. Seharusnya dari awal aku takmengartikan perhatianmu itu lebih. Perhatian yang juga kauberikan kepada wanita lain. Terlalu tinggi mengira hanya akulah satu satunya dihatimu yang kamu tak akan meninggalkanku. Tapi buruk, pada kenyataannya kaumeninggalkanku untuknya. Pertemuan yang singkat pengalaman yang begitu lama kita lalui kaukhianati begitu saja. Kaukira aku terima ? aku belum bisa terima sayang. Ibarat sebuah bangunan yang aku bangun sendiri sampai setinggi mungkin lalu kau benturkan hingga hancur tak menyisa. Dimana Tuhan sembunyikan perasaan ? kau yang menutupi sayang. Buka mata, buka pikiran, rasakan apa yang kau berikan ini, sakit bukan? .

Kebaikanmu yang selalu memberi membuatku sulit pergi . Memberikanku ketenangan, memberikanku kenyamanan, memberikanku perhatian, memberikanku keistimewaan, memberikanku segalanya yang membuat hati dan pikiranku tak luput dari tentangmu.


Selalu bertabur kesedihan dalam hening malam yang mengelitiki kesendirian. Seandainya kamu mengerti, rasa ini takkan pernah mati. Cinta bagai mutiara dalam lumpur yang terinjak-injak. Memang perih menerima kenyataan yang berbelok dari garis keinginan. Rasanya aku ingin sekali berteriak memberi isyarat, bahwa aku ingin secepat mungkin direngkuh sang Ilahi . Aku sepi sendiri, tanpa kamu yang dulu selalu memberi. 

Cerita (3) . Cinta monyet ini

Perkenalan itu terjadi  begitu saja dengan pertemuan yang tidak singkat. Membuat hati kita saling tersangkut . Ditempat kita saling beradu dalam sebuah perjalanan menuju masa depan. Rasa nasi goreng pengobat perih itu masih aku ingat, ketika kamu real aku jadikan sandaran. Gambar pocong dipapan tulis itu masih aku abadikan. Hal itu bertepatan saat hati mulai terasa nyaman didekat kamu. Tempat bersejarah yang terakhir kali aku kunjungi diwaktu kelas  4 SD masih aku ingat. Setelah itu bukan menjadi yang terakhir kali lagi. 

Waktu terasa begitu singkat, tapi berada didekatmu terasa begitu lama. Begitu bodoh ketika seperti terbawa jauh dari nyata saat aku balas tatap matamu. Cinta, dari mata turun ke hati. Definisi yang tak asing didengar. Terasa gejolak rindu yang memuncak tanpa sebuah pesan singkat darimu dalam satu hari saja. Memberikan signal pada otak untuk selalu melintasi putaran jalan yang lampau. Sehingga hal tersebut dengan sendirinya membuat lengkungan kebawah pada bibir. Seperti ada guncangan yang hebat saat pesan singkat yang aku terima darimu ada titik dua bintang, kamu memberikanku sebuah harapan. Waktu terus bermelodi aku menaruh hati. Hingga terasa masa seperti berhenti bernyanyi. Aku lihat sepertinya dialah yang terbaik. Pikirku, rasa sayang adalah sebuah rasa yang mampu merelakan kepedihan untuk kebahagiaan seseorang yang disayang. Akal sehatku tak mampu menerima hal yang sepertinya tak adil, itu awalnya. Pada akhirnya, keikhlasan memenangkan. 

Setelah tempuhan sulit yang terlewati , kamu kembali. Memberi terang yang berbeda walau terasa sedikit berapi. Rasa yang menunggu akhirnya sampai pada tujuannya. Aku menemukan pribadiku yang berbeda. Ketika aku merasa menjadi lebih baik dengan selalu bersabar dalam diam. Sembunyikan rasa, mempertahankan hubungan yang lama tak sampai. Inilah waktu dimana setiap waktu aku habiskan dalam pesan singkat bersamamu. Terkadang membuatku seperti lebih tua karna sering melupakan sesuatu saat sedang asik denganmu. Satu waktu saja tanpa kabar kamu, hatiku digeluti rindu, pikiranku dicengkram rasa cemas yang begitu menggelisahkan hati. Apa rasa seperti itu pernah kamu miliki untukku ?. Dalam kelelahan aku sampaikan rindu melalui pertemuan. Rinduku selalu menang melawan rasa lelah. Rasa lelah yang diserang senyummu lalu menghilang begitu saja. Perasaan yang begitu dalam menggerakkan batinku untuk selalu menjadi yang terbaik untukmu.  Tunduk mematuhi akan segala nasihat-nasihat darimu. Selalu menjadi apa yang kamu mau seperti dengan sendirinya menggerakkan diriku. Selalu berusaha mewujudkan keinginanmu, karna aku tak pernah ingin mengecewakan kamu. 

Aku ikuti putaran bumi dalam nyanyian waktu yang masih berdurasi. Mengkhayalkan masa depan bersamamu dengan melupakan perjalanan yang kian panjang membentang. Aku sama sekali tidak pernah menerapkan pengkhianatan dalam diri. Bagiku itu hal terbodoh yang akan membuat aku tergelincir kembali dalam nestapa. Bumi yang berputar seakan semakin cepat membuat aku dan kamu tergelincir dan saling menyakiti. Lalu mulai muncul rasa takut kehilangan yang berlebihan. Amarah seperti sahabat baru yang membisikkan saran menyelesaikan setiap masalah. Aku wanita bodoh yang bersahabat denganya tanpa sadarkan diri.  Membuat kamu jauh lalu pergi dan menghilang untuk kebahagiaan baru. Aku ditertawakan keterpurukan dan merasa dijauhi kebahagiaan . Pikiran yang penuh dengan kamu menggerakkan diri dengan sendirinya untuk memaksakan kamu tetap disini. Ternyata perjalanan yang terlalui banyak itu berpengaruh terhadap merelakan kamu, berbeda dengan pertama aku merelakan kamu. Dia yang kamu pilih, itulah kebahagiaan untuk kamu. Lalu hati aku ? kebahagiaan baru membuat hati kecil kamu tertutup. 

Aku merasa nestapa itu mulai sirna. Keikhlasan mengulurkan tangannya membantu aku bangkit dari keputus asaan. Salah satu dari mimpi aku takkan kembali terwujudkan, satu mimpi yang gugur. Mungkin ini takdir Tuhan, menguji aku melalui kamu makhlukNya yang sangat aku sayang. Semua lekat dalam ingatan. Aku mempunyai cara tersendiri untuk menyampaikan rinduku yang tak pernah bertepi lagi.  Aku tidak bisa meramalkan masa depan. Semoga waktu menunjukkan keadilan dan kebenaran sehingga kita miliki kesempatan bertemu dimasa depan dengan kenangan yang sama sama terkubur. Cinta monyet ini sangat berarti. Aku akan berhenti menyayangimu ketika durasi waktu telah habis, aku janji.

Cerpen (2) . Senyum dibalik Kesedihan

Sudah seminggu Chira terjebak dalam ruang kesedihan. Dibutakan cinta yang tidak memihak padanya. Menutup hati yang seharusnya orang lain berhak mendapatkannya. Memang bukan keinginan Chira untuk tetap mempertahankan rasa yang ada, tapi rasa yang memaksa Chira untuk mempertahankan apa yang ada. Tenggelam Chira dalam air mata kesedihan yang sudah 2 hari merasa kehilangan.

Pagi yang cerah, suasana kelas yang ribut ketika tidak ada guru membuat Chira sedikit terlihat menahan sesuatu dibalik pejaman matanya ketika sedang merunduk diatas meja. Jelas sekali terlihat olehnya kemesraan yang tidak seharusnya ia lihat, yang seharusnya menjauh dari dirinya. Tapi usaha kuat untuk tetap tegar Chira lakukan. Chira pergi dari tempat kesedihan dan berjalan melewati kemesraan itu ke arah teman-temannya yang sedang asik tertawa dengan lepas tanpa beban. Lain halnya dengan Chira yang sedikit memaksa tertawa untuk menyembunyikan kesedihan dari teman-temannya. “Gue tau perasaan lo kok Ra” suara yang membuat Chira tersentak kaget karena ada yang memperhatikan dirinya yang sesekali mencuri pandang kearah kemesraan. “Eh, tau apa ? jangan sok tau deh Rin ah -_-“ jawab Chira salah tingkah menyanggahnya. “Mulut lo bisa aja bohong Ra, tapi mata sama hati lo itu gabisa bohong” sambar Neli yang sejalan bersama Rina berusaha membuka sesuatu yang ditutupi oleh Chira. Chira hanya terdiam mendengarnya, ternyata sesuatu yang ia tutupi gaakan berhasil tertutup dari orang yang peka akan sesuatu. “Lo cemburu liat Sandi berduaan sama Resi kan ?” tanya Selvi yang sedari tadi menyimak dengan apa yang dibahas.  Chira hanya diam menunduk tak mampu menjawab lontaran pendapat dari teman-temannya. “gue kekamar mandi dulu yaa” kata Chira menahan sesuatu yang seakan ingin meledak disudut matanya, dan dengan segara Chira berjalan cepat ke kamar mandi.  Dan benar air mata itu menari-nari dipipinya  ketika telah sampai dikamar mandi yang sedang tiada siapapun disana. Chira melihat dirinya dalam cermin, seperti bukan dirinya. Dengan mata sembab seperti mata kodok. Bukan seperti Chira yang biasanya, selalu senyum-senyum memuji dirinya sendiri dalam cermin. Pribadinya berubah sejak pupusnya segala harapan. Agak sedikit pendiam, namun berusaha tetap terlihat ceria. Walaupun beberapa diantara temannya merasakan kesedihan Chira. Karna sejak 2 bulan yang lalu matanya meliput kedekatan Chira dengan Sandi. Dan 2hari ini bukan kedekatan mereka lagi yang dilihat, tetapi kemesraan antara Sandi dan Resi.

Bel berdering keras sekali memberi isyarat bahwa waktu pulang telah tiba. Chira membereskan buku-bukunya dan memasukkan kedalam tas. Sesekali matanya menangkap kembali kemesraan. Rasanya Chira ingin sekali meluapkan segala kesedihannya didepan Sandi, tetapi apalah daya, Chira tidak ingin membuat Sandi merasa iba pada dirinya dan berusaha mendekatinya kembali hanya untuk mengusir kesedihan. Chira sengaja memperlambat membereskan buku-bukunya hingga kelas sepi dan tak terlihat lagi Sandi dengan pujaan hatinya. Chira duduk dibangku menyembunyikan wajahnya diantara kedua tangannya yang dilipat diatas meja. Dadanya terasa sesak sekali melihat kemesraan diantara Sandi dan Resi. Baru 2hari saja ia sudah merasakan sesak pada dadanya, apalagi seminggu, sebulan, bahkan setahun, bisa terkena serangan penyakit yang berbahaya lainnya mungkin, begitulah fikirnya setiap kali merasa kesedihan datang menyelinap masuk dalam keceriaannya.

“Neng, sudah sore, sudah waktunya kelas saya bersihkan neng” suara yang tak asing itu mengagetkan Chira yang dengan segera menghapus air matanya. Chira tak ingin seorang pun tau tentang kesedihan yang melandanya. “ooh, iyaa mas maaf yaa” jawab Chira terbata-bata dan langsung meninggalkan kelas. Sampai dirumah bayangan kemesraan itu masih ada dalam pikiran Chira selalu menghantui, membuat dada Chira semakin sesak dan menangis adalah satu hal yang bisa mengurangi sedikit kesakitannya.

Seminggu berlalu .Chira teringat 1 janji dari Sandi ketika ia sakit 2minggu yang lalu, bahwa Sandi akan mengajaknya melihat pertandingan Karate. Sandi akan bertanding . Chira berharap Sandi masih ingat dengan janjinya, tetapi semua pupus ketika sahabatnya bercerita bahwa Sandi mengajaknya pergi melihat pertandingan Karate esok hari . “Padahal Sandi janjiin itu lebih dulu ke gue loh” dengan nada sedih Chira menyeletuk memotong cerita Lisa dan segera berlalu dari hadapannya.”Eeeh Chiir .. Chiir.. tapi Chiiiir.. tunggu Chiiiir” jawab Lisa dengan terbata-bata berusaha menahan Chira untuk pergi, tetapi Chira tidak menghiraukan Lisa yang memanggil-manggilnya, yang ada didalam dirinya hanya kekecewaan.

“Sandi ! lo apa sih. Punya janji sama Chira malah ajak gue pergi. Gue kan jadi gaenak sama Chira, San.”  Sentak Lisa pada Sandi yang sedang berdiri dibalkon melihat kelas yang sedang olahraga. “Iyaa Lis, gue udah janji lebih dulu sama Chira dari 2minggu yang lalu. Gue mau tepatin janji gue,tapi...” Jawab Sandi yang masih terpotong. “Tapi gue gaenak sama Resi, Lis. Dia pasti cemburu gue pergi sama Chira. Sedang gue dulu pernah dekat sama dia Lis.gue bingung” lanjut Sandi menjelaskan. “Terus kenapa kalo lo dulu pernah dekat ? janji tetap janji San, harus lo tepatin”. Tanya Lisa pada Sandi yang tampaknya enggan untuk menjawab pertanyaan Lisa. “Chira adalah orang yang sangat dicemburui Resi, karna dulu gue pernah dekat dengan dia Lis. Tapi gue gamau jadi orang yang ingkar janji, oke gue besok pergi dengan Chira” jawab Sandi dengan kesungguhan ingin menepati janjinya. Jawaban Sandi membuat Lisa lega dan tersenyum membayangkan apa yang akan terjadi sepulang dari Cibubur nanti, apakah Sandi akan terpikat kembali dengan Chira atau tidak.

“Res,aku mau ngomong” sambil menatap Resi, Sandi melanjutkan “Besok aku ke Cibubur sama Chira yaa,maaf aku udah janji” . Resi terkejut dengan pernyataan Sandi yang menurutnya tidak menghargai perasaannya.Dengan kobaran amarah Resi menjawab “yaudah sana kamu pergi sama dia, gausah peduliin aku lagi !!!” , Sandi tak menghiraukannya dan pergi meninggalkan Resi dengan kekesalannya. Sandi pergi menemui Chira yang sedang berada didepan perpustakaan.

“Ra, besok aku jemput kamu jam berapa?” tanya Sandi langsung kepada inti nya. “Jemput apa? Emang kita mau kemana ?” jawab Chira bingung dengan Sandi. “Ke Cibubur Ra” , “Loh,bukannya kamu sama Lisa” jawab Chira sinis pada Sandi. “Engga kok Ra, aku kan udah janji lebih dulu sama kamu” sanggahnya dengan memelas. “Kalo kamu mau sama Lisa gapapa kok,batalin aja janjinya” jawabnya seraya pergi dari hadapan Sandi. Sandi menahan dengan menarik tangannya “Raaaaaaaaa,” panggilnya memelas “Aku serius,besok aku jemput kamu jam 6 yaa” lanjutnya dan pergi meninggalkan Chira tanpa memperdulikan jawabannya.
Esok harinya pukul 6 sudah ada pria yang menunggunya depan pagar rumah. Jantung Chira berdegup cepat sekali saat menyapanya. “Sudah lama san?” . Sandi melepas headset kemudian menjawab “engga” dengan senyumnya yang memikat. Chira dan Sandi berangkat ke Cibubur bersama teman seperguruan karatenya bernama  Deni. Hari yang memang begitu indah buat Chira, bersama orang yang dicintainya dari terbitnya matahari sampai dengan terbenamnya matahari. Chira setia menemaninya, tanpa ada keluh satu pun. Semua ia lewati dengan perasaan bahagia. Hingga matahari bersembunyi Chira dan Sandi pulang. Dalam perjalanan pulang Chira rasanya ingin sekali memeluk Sandi. Tapi apalah kenyataan bahwa Sandi milik orang lain. Chira hanya bisa menahan pening dikepalanya tanpa menyandarkannya ke bahu Sandi. Sesekali Chira mengajak Sandi bercanda,tertawa dan lain lain hingga Sandi mulai terbuka dengan Chira . menceritakan tentang hubungannya dengan Resi. Walaupun hatinya Sakit, Chira tetap memberikan segala masukan yang mendukung hubungan Sandi dengan Resi. Laju kendaraan bermotor Sandi berhenti di depan sebuah rumah sederhana . Itu adalah rumah Chira. “Makasih untuk hari ini ya Sandi” ucapnya dengan senyum termanis yang ia miliki. “sama sama Ra,aku yang harusnya terima kasih” jawab Sandi. Chira hanya tersenyum. “Hati hati pulangnya ya Sandi .Sampai rumah sms” pesan Chira pada Sandi sebelum pergi. Sandi hanya tersenyum sebagai isyarat bahwa ia menjawab iya, kemudian Sandi berlalu.

Sudah 12 hari berlalu tanpa adanya sang pujaan dalam pesan masuk dihandphonenya. Chira memang sangat merasa kehilangan, tetapi ia menemukan seseorang yang sedikit mengurangi beban kesedihannya. Rezikha namanya, nama orang yang membuat Chira kembali tertawa lepas . kedekatannya memancing banyak orang untuk bertanya tanya soal hubungan Chira dengan Rezi. Tak lepas halnya Sandi yang mengetahui kedekatan itu . Yang Chira tahu Sandi dan Resi sudah sangat berbahagia, ia sama sekali tidak mengira Sandi begitu memperhatikan kedekatannya dengan Rezi. Hingga  tak disangka sangka Sandi kembali lagi dalam kehidupan Chira yang hampir terlepas dari bayangan kelam sang pujaan hatinya.

“Raa, kamu gamasuk sekolah kenapa ?” tanya Sandi melalui telepon. “Aku sakit San” jawab Chira hampir tak terdengar suaranya. “Nanti malam aku kerumah kamu ya” , “Mau ngapain San?” , “Mau jenguk kamu Ra”, Chira terkejut mendengarnya, senang bukan main hati Chira saat itu, tapi dalam hatinya meringis karena Sandi tak mungkin jadi apa yang  ia harapkan, menjadi seorang kekasih. “Iya San, datang aja” , “Oke”. Dan percakapan ditutup dengan salam yang diucapkan oleh Sandi.

Malam harinya Sandi datang bersama Asrul temannya yang juga teman Chira membawakan makanan untuk Chira. Chira mempersilahkan mereka masuk dan duduk . Jantung Chira berdegup keras sekali. Rindu dalam hati yang tertahan selama perjalanan sandiwara Chira tersampaikan. Chira hanya berharap Sandi dapat mendengar teriakan hatinya dan merasakan senyum sebagai pengganti sebuah peluk yang takkan mungkin terjadi. Bukan dua hati yang saling merindu. Hanya Chira yang merindu dan masih setia sebagai perindu diam-diam.

“Ra, kapan masuk sekolah?banyak tugas loh” pertanyaan Sandi yang tak berani Chira mengartikan itu adalah sebuah perhatian. “Disuruh dokter istirahat 3 hari san, berarti 2 hari lagi aku masuk sekolah kok” jawab Chira lembut. “Cepet sembuh yaa Chira”, “Terima kasih san” diiringi senyum yang dibaliknya tersimpan kesedihan. Banyak yang mereka perbincangkan dari hal sederhana sampai hal istimewa hingga akhirnya menyerempetkan pertanyaan pada topik HATI . “Ra, bagaimana dengan Rezi?” pertanyaan yang sedikit membuat Chira tersentak dan menurunkan volume tertawanya. “Iya Ra, gue lihat lo berdua pulang bareng waktu itu ! “ timpal Asrul dengan penuh keingintahuan lebih lanjut. “heemmm..aahaha bagaimana apanya ya San?” pertanyaan spontan yang terlempar begitu saja dari bibirnya disertai tawa yang sedikit memaksa. “Iyaa, bukankah kamu dekat dengan dia?” tanya Sandi kembali. “Ah, haha bukan apa-apa san. Oh , airnya sudah habis ya, aku ambil kedalam dulu yah” Jawab Chira dan membuat-buat alasan untuk pergi dari pertanyaan-pertanyaan yang akan datang bertubi-tubi. Karena sudah larut malam Sandi dan Asrul pamit pulang.

Hari demi hari terlewati hingga pada akhirnya Sandi tak dapat menahan kecemburuannya melihat hubungan Chira dan Rezi semakin dekat. Sandi memutuskan untuk berterus terang kepada Chira mengenai perasaannya yang ia sembunyikan. “Ra, nanti malam aku mau bicara” terang Sandi mengagetkan Chira yang sedang asyik merasakan angin di balkon depan kelasnya. “hem, mau ngomong apa ya San?” tanya Chira penuh keheranan. “Nanti saja Ra” jawab Sandi singkat. “tapi, nanti malam aku mau kerumah Lisa san, mau belajar bareng” terang Chira berusaha menghindar. “Nanti aku kesana” jawab Sandi singkat lalu pergi.
Malam harinya.

“Jujur, setelah kita jauh aku merasa ada yang hilang Ra. Aku merasa ada rasa yang tertahan. Ketika aku lihat kedekatan kamu sama Rezi ada kecemburuan dalam diri aku Ra. Aku suka kamu.” Terang Sandi mengutarakan isi hatinya yang membuat Chira terkejut mendengarnya. “Aku emang pernah bilang rasa yang aku tanam gapernah tumbuh untuk kamu, tapi aku merasakannya Ra, merasakan semua itu ketika kamu pergi Ra. Aku sayang kamu.” Terang Sandi kembali membuat Chira semakin ingin menitikkan air matanya yang tertahan sekian lamanya. Akhirnya Chira tak dapat membendung air matanya didepan Sandi sehingga air mata yang selalu disembunyikannya itu jatuh dihadapan orang yang menjadi penyebab kesedihannya. “ San, seandainya kamu tahu, aku suka cara kamu menatap mata aku , tatapan kamu dalam membuat aku merasa dilindungi. Aku suka cara kamu memperhatikan aku membuat aku merasa diinginkan. Aku suka caramu bergurau disela kesedihan aku karnanya waktu itu. Aku suka caramu mengajakku pergi, aku suka semua apa yang kamu lakukan, membuatku merasa berbangga diri aku diinginkan. Tapi ketika kamu ambil pilihan pergi bersama yang kamu inginkan, aku baru sadar setiap perhatian yang kamu berikan itu tak lebih dari seorang TEMAN. Aku sayang kamu San, hingga kini masih tersimpan. Rasa sayang itu tidak tercipta sehari 2 hari, seminggu, bahkan sebulan, rasa sayang itu tercipta dalam waktu  yang lama dengan proses yang tidak singkat. Itu san, itu alasan kenapa aku masih bertahan dengan semua ini. Aku tau kamu masih berstatus dengan Resi. Jangan sakiti dia.” Jawab Chira sejujurnya mengutarakan isi hatinya lalu pergi pulang membatalkan untuk belajar bersama dengan Lisa. Lisa memaklumi apa yang baru saja terjadi pada sahabatnya dan terus menerus mendesak Sandi untuk serius dengan perkataannya yang tadi dan segera berpacaran dengan Chira.


Keesokan harinya Sandi bertemu dengan Chira saat bermain bola dilapangan komplek rumahnya. Kemudian Sandi mengutarakan perasaannya kembali dan menyatakan cintanya pada Chira. Sandi juga mempertegas bahwa hubungannya dengan Resi berakhir bukan karena perasaannya ke Chira, tapi karena Resi yang tak pernah mengerti Sandi sehingga membuat Sandi lekas pergi. Dengan perasaan gembira bercampur sedih Chira menerima Sandi sebagai kekasihnya dan berharap kelak status berpacarannya berubah menjadi ikatan yang halal dan sah . 

Selasa, 18 Juni 2013

Cerita (2) . Bisakah kau menjawab ?

“Aku wanita, kau pria . Kita berbeda !”


Macam apa lagi cara yang kaulakukan untuk merobek hatiku lagi ? . Belum puaskah? . Perkataan busuk apalagi yang akan kaukeluarkan untuk meninggikan dirimu kembali? Merasa hebatkah? . Kenapa? Mengapa? Apa celah-celah menebus hatimu sudah kaututup rapat-rapat? Apa sesuatu yang pernah kita tertawakan dan tangisi sudah kau hapuskan begitu saja? . Dimana Allah sembunyikan hatimu? Ketika kediaman dirimu mulai berbicara, mengapa lebih beracun?  . 

Ini ? inikah sesuatu yang indah yang pernah kita jalani ? ataukah yang aku jalani berdua denganmu hanyalah mimpi ? lalu aku terbangun dan takkan pernah bisa merasakannya lagi? . Bukankah kaupernah berkomitmen sendiri ? lalu kau yang menghancurkannya sendiri? . Bagaimana jika aku mati? Apakah ada tangis yang bisa aku lihat ketika rohku masih diawang awang ? tangis kehilangankah? Atau tangis terharu karna kebahagiaan tanpa beban menunggu ? . Apa pernah kaumerasakan menunggu? Pernahkah? . Bukankah selama ini kau yang selalu ditunggu tunggu oleh wanita ? . 

Apa pernah kaumerasa bersedih memikirkan 2 beban dalam hidup secara bersamaan ? . bukankah dulu kau yang bilang, aku bisa bersandar kapanpun yang kuinginkan ? . dimana kau sekarang? Aku ingin bersandar, melepaskan beban kesedihan dipundakmu, pundak yang sudah menjadi milik orang lain. 

Mengapa begitu tega ? . Dengan tampang polos yang meyakinkan kau rebut hatiku lalu kauhempaskan  begitu saja berkali kali apa aku tak merasakan lelah ? . Lalu jika lelah sebaiknya aku menyerah ? . Rasa sayangku kepadamu tak pernah mau menyerah laki-laki bodoh ! . Laki-laki bodoh yang tak pernah memberhentikan aliran sayang . 

Aku wanita, kau pria . Kita berbeda ! . Kau lebih bersahabat dengan logikamu dan aku lebih bersahabat dengan perasaanku. Coba kau fikirkan, bagaimana rasanya menahan beban kesedihan? . Terbebani  rasa sayang yang takpernah mau hilang . kamu pergi, kenapa tak mengajakku? . bukankah kita pernah satukan harapan untuk selalu bersama-sama hingga batas yang ditentukan sang Khalik?. Dan selalu merindu dalam setiap nyanyian merdu sang waktu. 

Aku masih berjalan mondar-mandir ditempat. Mengharap senyummu dari kejauhan . Mengharap kau ulurkan tanganmu kembali  lalu menepati janji. Janji yang masih aku simpan dan kukunci dalam hati. Janji yang disaksikan dinginnya sore hari, rintikkan air hujan dan hangatan yang kau inginkan. Dan aku masih berharap umurku lebih pendek dari umurmu. Semoga masa mudamu bahagia bersamanya, dan menghabiskan masa tuamu bersamaku . Pemilik hati. Aamiin.

Senin, 17 Juni 2013

Cerita (1). Mengenalmu

“Sesuatu yang datang, kelak akan pergi dan menghilang dengan 2 kemungkinan. Pergi karena Tuhan atau pergi karena keinginan.”

Saat pertama kali aku merasakan kegagalan dalam urusan cinta kamu datang bagai pahlawan pengusir kekelabuan hati. Kamu memberikan warna perlahan melukis pelangi-pelangi setelah hujan berlalu. Aku suka caramu memandangku. Tatapmu menembus dalam bola mata menunjukkan bahwa tak semua laki-laki memainkan perasaan wanita. Aku suka caramu berbicara, kata-katamu meyakinkanku bahwa masih banyak laki-laki yang pantas mendapatkan cinta dari seorang wanita yang pernah gagal dicintai atau mencintai. Aku suka caramu bergurau, seakan merebut lalu memelukku dari rengkuhan kesedihan. Aku suka, aku suka setiap apa yang kaulakukan untukku.

Aku berjalan dan kamu disampingku. Ingat ? . Aku tahu pasti, kamu akan begitu mudah melupakannya ketika kusadari kamu disampingku tertawa lepas lalu mencubit pipiku. Kamu memanjakanku dengan seribu rayuan manis yang hanya ditujukan untukku. Memanggilku dengan panggilan mesra yang kutahu tak kautujukan untuk wanita lain. Memangnya begitu? . Aku tidak begitu mengira kamu sama seperti laki-laki pemain cinta lainnya. Datang , lalu pergi seenaknya. Datang dengan bersalam dan pergi tanpa pamitan.
Mengapa begitu bodoh ?. Perhatian yang kamu tujukan untukku menghipnotisku untuk mengenalmu lebih jauh. Menghitung-hitung jari sehari saja tanpa kabarmu. Gurauan dan rayuanmu membuatku tenggelam tak terselamatkan. Kamu penjahat berkelas yang pintar mencuri hati setiap wanita tak pernah tertangkap dan diadili.

Sudah seharusnya aku mencurigaimu ketika terlambat memberikan kabar. Yang jadi pertanyaan, aku siapamu? . Lalu cinta mengapa tega membiarkan seseorang menunggu dan menatap ponsel terlalu lama demi mendapatkan kabar dari yang bukan siapa siapa?. Kehebatan cinta yang selalu mengikutsertakan ketidaksadaran diri membuat siapapun tak pernah lelah menunggu.


Perkiraanku salah. Kabarnya, yang kauberikan untukku itu ternyata juga kauberikan kepada wanita lain. Perhatianmu yang kuanggap lebih itu ternyata tak memiliki arti apapun bagimu. Rayuan manis dan panggilan spesial itu hanya sekedar gurauan untuk menghangatkan sebuah PERTEMANAN . Lalu kamu pergi dengan alasan menyalahkan kebenaran. Membolak-balikkan keadaan sehingga tersudut aku yang salah. Oh Tuhan, lalu alasan apa yang bisa membuatku mempercayai bahwa ada laki-laki yang benar dalam berucap dan sesuai dengan yang diperbuat ? . Dibuat mencintai dan menggilai lalu seenaknya pergi?. Tibanya kauberpamit untuk menggandeng kekasih yang kaupilih ?. Apa alasan yang bisa membuat otakku berhenti berfikir bahwa kau adalah laki-laki PEMBERI HARAPAN PALSU ? . Sesuatu yang datang, kelak akan pergi dan menghilang dengan 2 kemungkinan. Pergi karena Tuhan atau pergi karena keinginan. Dan kaupergi karena keinginanmu yang terpendam, dengan menjadikanku persinggahan sampai kau mendapatkan apa yang kauinginkan. Semoga tatapanku, bicaraku, perhatianku dapat memeluk hatimu memberi tahumu bahwa akulah yang paling mencintaimu.

Php

PHP ...
Tau apa arti kata itu ?
PHP = Pemberi Harapan Palsu ..

Wow.. pasti setiap wanita yang dengar kata itu langsung greget. Gimana ga greget? Masa laki-laki terus yang menang, tertawa . terus wanita nya ? nangis-nangis karna udah terjebak dalam jaring hatinya yang diselimuti oleh kepalsuan ... 
Saya baru paham arti singkatan itu saat saya mulai duduk di bangku SMA. Saya paham karena saya mencari tahu apa arti dari 3 kata tersebut.
Teman saya di PHP ....
Wew ? PHP ? saya sendiri saat itu tidak tahu betul arti kata tersebut. Dengan semangat 45’saya mencari tahu karena saya sudah diselimuti oleh rasa keingintahuan. Daaaaaaaan .... saya tau dari berbagai sumber J (buku, internet, sahabat, teman sebangku, orang tua, pak RT, pak lurah, ketua DPR, MPR , Presiden, tukang somay, tukang gado-gado, dll) ~erorr ..
Setelah saya paham saya beritahu teman saya itu ... begini loh PHP itu . Eh dia nangis di hadapan saya. Karna saya bingung harus apa, jadi saya diam saja. Dalam hati : bodoh sekali, kenapa harus menangis untuk laki-laki yang punya cita-cita membuatnya menangis.
Saya tanya “kenapa kamu menangis?” . ehh teman saya itu jawab “saya menangis karena saya sudah dibodohi oleh laki-laki” . “lah terus kenapa kalo udah dibodohi ?” .. ehh dia jawab lagi “saya sakit hati” , “ terus dengan menangis bisa ngilangin sakit hatinya ?” ... ehh dia jawab “yaa engga sih” , “terus ngapain nangis ?” , dia jawab “lagi pengen nangis aja”..
Dasar teman saya yang dodol.. haha :D
Jadi begini, sebenarnya saya yakin sekali laki-laki yang dekat dengannya itu tidak sejahat itu. Karna apa ? karna si teman saya itu terlalu tersugesti sama ucapan-ucapan wanita yang pernah dekat dengan laki-laki dan merasa diberi harapan palsu oleh laki-laki itu.
Terus saya suruh aja teman saya itu tanya baik-baik dengan laki-laki itu. Dan hasilnya ? ternyata laki-laki itu tidak seperti yang teman-temannya katakan. Laki-laki itu memang benar merasakan adanya perasaan itu namun masih tertahan belum sepenuhnya terutarakan. Dan sekarang mereka dekat kembali “sebagai teman baik” J

Pesan buat :
Wanita                  : Jangan mau dibikin nangis oleh laki-laki. Kalo bisa laki-lakinya aja yang dibikin nangis :D haha. Dan jangan terlalu percaya dengan ucapan orang lain, karna yang kamu dengar itu belum tentu benar adanya. Jangan kaya teman saya yang saya ceritain itu.hoho :o
Laki-laki                : Jadi laki-laki tuh yang tegas, kalo sayang yaa bilang sayang, kalo engga yaa jangan katakan. Karna kamu tidak tau kata-kata sayang yg terucap dari bibirmu itu adalah segalanya bagi wanita itu.

Wala                      : Terserah dah mau nya gimana. Wkwkwkwkwk :D