Setiap orang pasti pernah merasakan
jatuh cinta. Apakah diantaranya juga pernah merasakan sulitnya merelakan ?
Aku tidak pernah berfikir bagaimana
sakitnya kehilangan saat pertama bertemu dia. Sorot matanya memanjakanku,
membawaku pada sebuah tempat dalam kenyamanan yang berbeda. Aku merasa takjub,
dan batinku tak pernah mau berhenti untuk memeluk. Tapi saat hujan kala itu,
ada yang memaksaku untuk berhenti memeluk . Biar kutebak, itu adalah kenyataan
yang buruk.
Ternyata seperti ini rasanya
kehilangan. Kehilangan yang membuat dadaku sesak, pikiranku tak terarah serta air
disudut mata yang tak kunjung henti. Hatiku seperti tersayat olehnya,
karenanya, dibuatnya. Keindahan kini berubah menjadi penderitaan. Perubahan
yang selalu membawa bayangnya, kisahnya,
canda tawanya. Kata manisnya yang melintas dalam otakku membuat
malamku muram, membuatku mengubah berhenti menjadi bertahan. Aku bertahan dalam
sakitnya diabaikan, aku tetap mencintainya dalam perubahan.
Dia hilang. Bukan hilang dalam
kehidupan nyata. Dia hanya hilang dalam kehidupanku, dia hanya pergi bersinggah
pada kehidupan yang baru dengan orang yang baru. Kepergiannya tanpa pasti akan
kembali. Kepergiannya membawa keraguanku untuk menunggunya datang kembali. Aku
sendiri, disini, dalam tangis kepiluan menunggunya hadir kembali.
Adakah yang lebih sakit dari
kehilangan ? pikirku. Ternyata ada. Aku ingat katanya, jika aku pergi bukan
karena Tuhan, biarkan aku mencari jalanku sendiri untuk kembali padamu. Jangan
sekali memaksaku kembali kepadamu hanya untuk kebahagiaanmu seorang diri.
Biarkan Tuhan menunjukkan keadilannya.
Perkataannya membuatku terenyuh.
Membuatku tak berkutik, aku terkunci. Aku terlalu bodoh untuk memahaminya. Aku
terlalu buta untuk melihat kedepan. Aku terlalu tuli untuk mendengarkan nasihat
orang lain. Inilah bagian tersulit, inilah
bagian yang paling menyakitkan. Aku harus merelakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar