Senin, 22 September 2014

Bunga yang Layu



Menolehlah kearahku
Seperti mendung yang tak berpaling dari hujan
Serupa dengan ombak yang menyatu dengan angin laut
Semirip kaktus yang hanya hidup pada panasnya musim
Dan mawar merah yang memerah pada harinya
Bukan mawar putih yang tak seputih tumpukan salju dibawah terik

Menolehlah kearahku
Seperti kau mengasihiku bunga yang merekah
Menyandingkannya dengan sikap manis dan kata mesra yang kian menipis
Biarlah malam mengejar pagi dan pagi mendapatkan siang dengan mudahnya
Aku tak kalap diterjang badai yang berbaris rapi sedari tadi
Aku mampu menangkalnya meskipun harus sesekali terhempas

Karang memang tetap kokoh dihantam ombak
Tak akan pernah lari
Tak akan bisa pergi
Bagai bintang yang sudah ditakdirkan menemani malam
Juga matahari yang akan tetap terbit diwaktu siang
Begitu pun bulan yang tak akan berpaling dari gelap gulita malam

Aku tak memaksamu lagi menoleh kearahku
Bunga merekah sedari perjalanan layu tanpa kautahu
Terkikis menghambur diatas tanah harap
Jikalau suatu hari engkau memintanya, maka akan kuberikan tangkainya yang masih kugenggam
Maka kutahu kau kan bertanya dimanakah bunganya

Kan ku jawab ‘’bunganya layu tanpa kautahu’’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar