Minggu, 20 Agustus 2017

MENGENANGMU UNTUK YANG TERAKHIR



Bolehkah aku mengenangmu sekali lagi sebelum aku benar-benar melepasmu pergi?

Dimulai dari perkenalan kita yang tidak sengaja. Perkenalan yang tidak melibatkan orang lain namun kemudian kita tahu, ada orang terdekat diantara kita yang saling mengenal. Lebih dekat dari yang kita duga, hingga pertemuan tanpa rencana. Pada akhirnya kita mengakui bahwa takdirlah yang mempertemukan kita berdua. 

Dalam kebersamaan kita berdua membawa hari-hari dalam tawa. Kamu sungguh berbeda dari yang pernah kupunya. Aku melihat ada aku didalam dirimu, aku memeluk bagian ternyaman saat berada disisimu. Aku menjadi diri sendiri saat kamu menggandeng tanganku mengajak melihat bagian dari bumi yang belum pernah kunikmati sebelumnya. 

Pertama kalinya aku merasakan dinginnya mata air pegunungan dengan tenang adalah saat bersamamu. Tempat dimana pertama kali aku mulai merebahkan hatiku padamu. Apakah kamu menyadari itu ?. Perjalanan panjang yang dingin terasa hangat saat didekatmu. Hari itu menjadi rindu saat jauh darimu.

Aku takut naik kereta, sedangkan kamu amat sangat mencintai transportasi tersebut. Aku mulai menyesuaikan diri dan kita berencana ke Bandung dengan kereta eksekutif Argo Parahyangan. Aku ingat sekali bagaimana aku menyiapkan diri, menyiapkan mental, dan menyiapkan perasaan untuk membuatmu tetap nyaman denganku saat aku mulai merasa takut. Benar, aku belajar menyembunyikan rasa takut agar tetap menjadi terbaik dimatamu. Hari itu menjadi hari pertama dapat izin dari mamah untuk pergi berdua dengan laki-laki, dan itu denganmu. Tapi takdir tidak memihak dengan keinginanku, genangan disudut mata mulai membanjir membasahi rencana demi rencana yang kita susun. Hari itu bukan menjadi hari pertama aku naik kereta, tetapi hari itu menjadi hari pertama aku ketinggalan kereta.

Namun, semua terbalas saat aku melihatmu didepan rumah. Menjadi hari pertama kamu mengenalkan diri pada keluarga, meskipun hanya sebatas salam sebelum mereka pergi jalan-jalan. Kamu mungkin sudah tahu bahwa aku memilih pergi denganmu hari itu. Dan aku tidak menyesal saat melihat banyak bunga di suatu taman yang terakhir kali kukunjungi kelas 4 SD, sudah lama sekali. Keinginanku tergantikan dengan keadaan, namun tetap disisimu dalam nyaman.

Terima kasih, aku sudah tidak takut kereta. Sejak kamu berada disampingku dan mengenalkanku betapa nikmatnya menjadi penumpang kereta. Kita berdiri didalam kereta Commuter Line sepanjang rute menuju kebun raya. Kemudian kita berdua berjalan kaki dan berhenti sejenak beli somay dan batagor sebelum kita masuk lalu melanjutkan perjalanan dan berlari untuk mendapatkan tempat duduk ditaman. Benar kan? aku lupa rasa lelah saat tertawa bersamamu, kurasa kamu pun begitu. Setelah berdiri sejauh jarak naik kereta sampai turun hingga saat berjalan dan sampai pada tujuan, kemudian kita lari sambil tertawa, duduk sejenak dan berjalan lagi dengan berbagai cerita lalu mengadakan lomba lari untuk kita berdua. Bukankah kita berdua lupa rasa lelah ? semua terasa menyenangkan saat bersamamu, aku bisa mengingat dengan baik semua itu.

Pertama kalinya aku berjalan di hutan mangrove dan itu adalah denganmu. Menyembunyikan kemera slr yang besar didalam ransel melewati pemeriksaan tanpa suatu hambatan. Bandel! Haha. Saat aku mengenangmu seperti ini, aku tertawa dan mengingat kita berdua menyenangkan, tidak takut salah, kita hanya melakukan hal-hal yang menurut kita menyenangkan. Hari saat aku melihat hadiah dariku dikenakan olehmu, dan itu menjadi kebahagiaan untukku. Aku menjadi yang pertama duduk disebelahmu menyaksikan senja saat umurmu baru saja mencapai 21 tahun. Dan saat kamu membuat permohonan sebelum meniup lilin, aku berdoa agar aku selalu bisa menemanimu membuat permohonan itu lagi sepanjang hidupmu.

Seseorang yang terbang dengan bantuan alat tapi bukan pesawat, hanya dengan sayap dan dipandu ahlinya. Benar, paralayang. Pertama kalinya melihat paralayang sedekat itu dan itu denganmu. Memanjakan mata dengan pemandangannya dan begitu nyaman saat menyandarkan kepala dibahumu. Lalu kita berdua menerbangkan segala penat dan meninggalkan kesedihan di sepanjang jalan kebun teh. Apakah kamu bisa mengingatnya ?. Saat kamu ingin menghangatkan diri kemudian, karena udara terlalu dingin dan kita berlalu dari tempat itu dengan hanya membawa kebahagiaan. Aku tidak pernah bisa melupakan bagaimana paralayang itu terbang dan menghilang untuk mendarat pada tempat yang jauh. Aku menghitung setiap langkah sampai hitunganku terhenti karena melihat senyummu. Aku sangat menikmati setiap detik bersamamu. Aku ingin selalu bersamamu.

 Kita berdua pernah melewati malam yang dingin, sedingin keadaan kita berdua saat ini. Bagaimana senyum dan tawa menusuk hatiku sendiri. Bagaimana sikap manismu membuatku menangis sepanjang hari. Aku lupa cara tertawa untuk mengutarakan bahagia, karena aku telah meninggalkan bahagiaku didalam pecahan kaca. Tapi kita pernah melewati malam yang dingin itu berdua, mencari jalan pintas untuk segera sampai pada tujuan utama dari perjalanan kita. Aku ingat, sangat mengingatnya dengan baik cara menghindari kemacetan dengan melewati pintasan sepi. Itu menakutkan, tapi saat berada didekatmu, aku merasa aman. Kabut dingin menyelimuti jalan tapi aku tetap merasa hangat bila didekatmu. Kita tidak bisa melihat jalan dengan baik, kabut begitu tebal menyelimuti jalan kita berdua malam itu. Dan kejadian itu terjadi kembali tapi aku sendirian untuk menuju hatimu yang penuh kabut dan aku merasa takut karena kamu tidak bersamaku. 

Pagi hari dengan segelas susu dan pisang bakar yang manis. Dengan hamparan kebun teh yang sejuk dan teduh, seteduh saat matamu menatapku. Saat kamu meraih tanganku kamu bilang tidak boleh ada yang mencintaiku selain kamu dan aku lupa untuk memastikan tidak ada yang kamu cintai selain aku. Kita menghabiskan waktu sehari itu untuk pergi ke taman yang mirip dengan negara Venice. Lalu pulang melewati jalan yang berbeda dengan jarak yang terasa panjang, namun indah sekali rasanya karena bisa menyaksikan pemandangan dari atas bukit. Hujan, panas, hujan lagi kita nikmati sepanjang perjalanan. Menyanyi, tertawa, marah, menyanyi lagi, tertawa, kita bergembira berdua, dijalan sepi seakan milik berdua. 

Aku tidak ingin mengenangmu lagi, biarkan ini menjadi yang terakhir. Lanjutkan sendiri dengan ingatanmu, semoga aku pernah benar-benar ada di hatimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar