‘’Bencilah aku sesukamu. Seperti sebuah aktivitas yang kausenangi
setiap waktu’’.
Matahari pagi hari ini mulai
meninggi bersama dengan kesedihan perindumu yang mulai pasrah dengan keadaan.
Dia selalu saja datang untuk memberi kabarmu dengannya yang membuat hatiku
semakin kaku untuk bergerak. Baru saja tadi siang kulihat rupamu yang sama
sekali tak kuingini untuk melihatnya lagi. Perkara hatiku semakin perih untuk
terus mengakui aku ingin sekali membelainya.
Sayang, jarak kita begitu dekat
namun nyatanya kita begitu jauh. Sudah berapa banyak rindu yang kautanam
untukku ? ataukah sudah tidak adalagi sedikitpun yang kautanam?. Aku memang
bukan lagi yang berarti dalam hari-harimu. Tapi, bukankah aku pernah berusaha
untuk menjadi yang terbaik untukmu ? pernahkah kau merasakannya sayang ?,
kuharap kaumampu merasakannya meskipun tidak dalam waktu dimana hatimu
terselimuti benci.
Kurasa kasihmu perlahan mulai
terkikis diatas kebencian yang kautujukan memang hanya untukku. Tapi, sejauh
apapun merpati terbang pasti ia akan kembali pulang. Filosofi yang selalu
kugunakan untuk menenangkan diri bahwa kau tidak akan pernah pergi jauh;
semoga. Ada hal yang mungkin orang lain ketahui tentangku, tapi tidak untuk
kebenaran akan diriku. Bukankah setiap orang mempunyai privasinya masing-masing
?.
Bencilah aku sesukamu. Seperti sebuah
aktivitas yang kausenangi setiap waktu. Aku tidak akan membalasnya untuk mengobati
hatiku. Tapi, akan kupantulkan segalanya kepadamu menjadi sesuatu yang baik
untukmu. Sayang, si kecil yang manis disebelah sana selalu bisa mengobati
rinduku padamu. Meskipun kau bersikeras untuk melarangku bertemu. Percayalah,
suatu hari kau akan mengerti apa yang sedang kulakukan. Suatu hal yang
kaubilang aku gila. Tetapi, aku begitu percaya cepat ataupun lambat kau akan
memahaminya.
Kuharap, sarang yang dicari
merpati adalah disini, bukan disana.
25/12/2014
11:09
Tidak ada komentar:
Posting Komentar