Sabtu, 07 Maret 2015

Bencilah Sesukamu


‘’Bencilah aku sesukamu. Seperti sebuah aktivitas yang kausenangi setiap waktu’’.

Matahari pagi hari ini mulai meninggi bersama dengan kesedihan perindumu yang mulai pasrah dengan keadaan. Dia selalu saja datang untuk memberi kabarmu dengannya yang membuat hatiku semakin kaku untuk bergerak. Baru saja tadi siang kulihat rupamu yang sama sekali tak kuingini untuk melihatnya lagi. Perkara hatiku semakin perih untuk terus mengakui aku ingin sekali membelainya.

Sayang, jarak kita begitu dekat namun nyatanya kita begitu jauh. Sudah berapa banyak rindu yang kautanam untukku ? ataukah sudah tidak adalagi sedikitpun yang kautanam?. Aku memang bukan lagi yang berarti dalam hari-harimu. Tapi, bukankah aku pernah berusaha untuk menjadi yang terbaik untukmu ? pernahkah kau merasakannya sayang ?, kuharap kaumampu merasakannya meskipun tidak dalam waktu dimana hatimu terselimuti benci.

Kurasa kasihmu perlahan mulai terkikis diatas kebencian yang kautujukan memang hanya untukku. Tapi, sejauh apapun merpati terbang pasti ia akan kembali pulang. Filosofi yang selalu kugunakan untuk menenangkan diri bahwa kau tidak akan pernah pergi jauh; semoga. Ada hal yang mungkin orang lain ketahui tentangku, tapi tidak untuk kebenaran akan diriku. Bukankah setiap orang mempunyai privasinya masing-masing ?.

Bencilah aku sesukamu. Seperti sebuah aktivitas yang kausenangi setiap waktu. Aku tidak akan membalasnya untuk mengobati hatiku. Tapi, akan kupantulkan segalanya kepadamu menjadi sesuatu yang baik untukmu. Sayang, si kecil yang manis disebelah sana selalu bisa mengobati rinduku padamu. Meskipun kau bersikeras untuk melarangku bertemu. Percayalah, suatu hari kau akan mengerti apa yang sedang kulakukan. Suatu hal yang kaubilang aku gila. Tetapi, aku begitu percaya cepat ataupun lambat kau akan memahaminya.


Kuharap, sarang yang dicari merpati adalah disini, bukan disana.

25/12/2014 11:09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar