‘’Aku harus kembali pada catatan kecil yang mengingatkan segala resiko
jatuh cinta lagi. Mataku akan sembab setiap pagi, pipiku akan selalu basah, dan
hatiku berdenyut-denyut perih. Lagi-lagi aku harus kembali seperti ini.’’
Dimanakah letak aku harus menilai
kauberbeda dengan yang lalu? . Apa mungkin semua kisah akan berakhir luka ? .
Aku yang pilih dengan segala pertimbangan. Kau laki-laki yang cukup baik, cukup
sederhana untuk memilih aku sebagai kekasih. Kau laki-laki baik, mampu membuat
aku bangkit untuk tidak pernah mengingatnya kembali.
Lagi-lagi kita kembali pada apa
yang kutanyakan. Apakah semua kisah harus berakhir dengan luka ?. Kau harusnya
kenal aku sebagai wanita pengalah. Tetapi sudah tidak, aku berbeda setelah
kehadirannya. Mestinya kaumengerti aku yang telah disampingmu kini. Bukan
justru kaumalah terus memacu detak jantungku untuk terus memaki. Sungguh, aku
tahu kautak suka semua ini, begitupun aku.
Aku harus kembali pada catatan
kecil yang mengingatkan segala resiko jatuh cinta lagi. Mataku akan sembab
setiap pagi, pipiku akan selalu basah, dan hatiku berdenyut-denyut perih.
Lagi-lagi aku harus kembali seperti ini. Aku yang terlalu berlebihan atau
memang kamu yang tak berperasaan ?. Aku harus menyesal bahwa aku jatuh cinta
lagi, aku harus menyesal dengan segala kebodohan ini. Tapi aku tidak menyesal
telah mengenalmu, dan menghabiskan secuil sisa masa mudaku bersamamu.
Biar kutegaskan rasanya
diabaikan. Seperti teriris, pedih tapi harus kunikmati. Aku yang memilihmu, aku
juga yang harus mempertahankanmu. Bukan kamu sumber kepedihan ini, mungkin aku
yang terlalu berlebih menuntutmu itu dan ini. Aku sadari, aku jauh dari segala
kesempurnaan. Dia. Iya, dia adalah penyebab aku selalu merasa kecil
dihadapanmu, selalu membuatku merasa tak pantas untukmu. Percayalah, aku bukan
mereka tapi aku bisa lebih dari mereka. Aku mampu menjadi apa yang tak pernah
kaupunya, aku mampu menjadi sumber tawa yang tak pernah kaulupa keberadaannya.
Dimanakah harus kuberhentikan
garis kasih ini ? . Bukan aku yang akan menentukan, aku wanita bodoh yang hanya
bisa diam dengan segala kelemahan. Sekali lagi kukatakan, aku hanyalah wanita
bodoh yang berani mencintaimu dengan kelemahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar