Minggu, 14 Juli 2013

Cerita (12) . Selamat Berpisah

Kesedihan karenamu tak kunjung berakhir. Aku masih bertanya-tanya dalam kebodohanku, kapan akan berakhir?. Mereka benar, sekarang kita punya jalan masing-masing. Kau mengambil jalan bahagia dan aku sebaliknya. Aku masih terjebak dalam bayang-bayang masa lalu. Masa lalu yang hanya setitik memberi kebahagiaan namun banyak memberiku pelajaran.

Tekadku tak pernah sukses untuk melupakanmu. Bahkan sehari saja melupakanmu. Tak pernah layak, aku seperti duduk dikursi ketidak adilan. Sudah tidak dapat terhitung lagi banyaknya tetesan air mata, bahkan tetesan darah yang kukeluarkan hanya untuk mengalihkan rasa sakit hatinya. Mungkin kau tak pernah peduli, sekalipun itu, karena kau sibuk dengan kebahagiaanmu. Perdamaian pun tak pernah kau minati untuk membuatku sedikit lebih tenang. Padahal janjimu dulu manis sekali kudengar, kau akan terus merangkulku hingga matahari tak lagi terbenam.

Sandaranku sudah hilang. Bukan hilang, tapi ia tegap untuk menjadi sandaran yang lainnya. Aku hanya asik menangis-nangis ria sendirian,lontang-lantung mencari apa saja yang mampu kujadikan sandaran. Mungkin kau akan tertawa, melihatku tak mampu bangkit dari keterpurukan karenamu. Atau sebaliknya, kau akan membatin dan berusaha agar aku terus membencimu.

Memang bukan hanya aku yang memiliki perasaan. Tapi kamu pun demikian. Aku hanya bisa diam ketika perasaanmu beralih pada wanita lain. Sesekali hatiku menggerutu kesakitan karna terdesak oleh kenangan. Kita memang berbeda, kau mampu saja melupakan dengan menjadikan wanita lain peralihan. Bisanya aku hanya menangis berharap keajaiban. Itu hal terbodoh sepanjang hidupku yang aku lakukan.

Aku tidak pernah melihat keadaan dari sisi kesakithatianku. Aku juga melihat dari sisi kesakithatianmu. Kau tahu? Aku pun menyesal mempercayai nafsu amarahku. Tapi satu kesalahan itu layaknya kau pikir asal terjadinya, jangan kau simpulkan itu pengutaraan rasa sayang yang paling dalam. Kau salah, rasa sayangku untukmu terletak dalam sesudah sholatku.

Aku tidak pernah berniat untuk menjatuhkanmu, bahkan menguak segala keburukanmu atau hanya membanggakan dari sisi baikmu. Banyak orang yang menilai, aku hanya sampaikan keluhan sakit nya pada mereka yang bersedia kujadikan sandaran bukan sengaja aku kepalkan dendam untuk membuatmu jatuh dihadapan banyak orang.

Kau tahu ? aku seperti berjalan diluar pribadiku, bukankah kau juga merasakannya? Mengapa masih belum tahu juga apa alasannya? . Kau hanya berpikir dengan logikamu bahwa ini utuh karenaku. Mari sejenak saja kita saling merasakan dengan PERASAAN. Pasti kita berdua akan temukan jawaban.

Aku lihat sekarang kau bahagia dengan wanita yang tak asing dalam pandangan mataku. Wanita yang kunilai licik dalam merebut kebahagiaanku. Aku memang tak punya hak apapun untuk mengatakan demikian, tetapi kenyataan yang ku terima menjawab hal demikian.

Sudahlah, aku tak pedulikan lagi. Siapapun yang berada disampingmu, kuharap ia tak merasakan pedihnya kenyataan seperti yang kuterima setelah menjalani hari denganmu. Kuharap yang ia rasakan kebahagiaan utuh darimu seumur hidup. Kuharap kita terpisahkan jarak dan waktu sejauh mungkin. Kuharap Allah mencabut kesakithatian diantara kita dan membuang kenangan jauh dari hidup kita berdua. Kuharap Allah memberikanku pengobat hati yang jauh lebih baik darimu. Kuharap Allah membukakan pikiran dan pintu hatimu. Kuharap Allah mencabut segala dendam dan membuangnya jauh-jauh. Kuharap Allah mencabut dan takkan mengembalikan ingatan masa lalu yang penah menjadi kebahagiaan dalam hidup kita berdua. Kuyakin Allah mampu mengabulkan setiap doa yang kupanjatkan dalam hari-hariku.

Kuucapkan “Selamat Berpisah” untuk kita . Aku percaya, keputusanmu adalah langkah terbaik untuk membahagiakanku. Aku ikhlaskan kau pergi untuk mencari kebahagiaan baru tanpa kuusik kembali kehadirannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar