“Usaha melupakanmu adalah
kemustahilan bagiku yang bagi Allah adalah langkah menuju kebahagiaan baru
untukku” .
Setiap diri yang sedang menangis
itu selalu menuntut agar dirinya selalu dimengerti. Padahal, setiap makhluk-Nya
memiliki perasaan. Sudah 15 minggu seperti ini, yang seharusnya berlalu malah
dibiarkan mengendap dalam qalbu. Dibiarkan menjadi bendungan untuk menahan
perasaan pada orang lain yang seharusnya berhak mendapatkan.
Sudah berapa ribu namamu kutulis dalam daftar kerinduan dalam
hatiku. Sudah berapa kali bayanganmu menyergap tiap mimpi indahku. Bayanganmu membenturkan
diriku pada benda sekeras batu karang yang teguh tertabrak ombak. Seandainya
saja, aku mampu menjadikan hatiku sendiri sekuat batu karang. Mungkin, takkan
pernah ada lautan kepedihan menahan kerinduan yang mendalam.
Kini, aku saja tak mengetahui
kabarmu. Aku hanya bisa menebak-nebak kabarmu dari keceriaan yang kau tunjukkan
didepan publik. Tanpa aku masuki kembali kehidupanmu yang sudah bahagia
tanpaku. Seharusnya hidup itu adil, kau bahagia, aku juga. Tapi
kenyataannya,kau bahagia, aku tidak. Kau tahu apa artinya ? aku pantas
dikatakan sebagai orang-orang yang tidak bersyukur atas rahmat yang Allah
berikan.
Sesudah sholat aku selalu meminta
ampunan-Nya dan kusebut namamu dalam rintihan hati menahan perih. Meminta
kepada-Nya agar lenyap dalam hidupku dan selalu berada dalam kebahagiaan yang
diberikan-Nya. Aku mengemis keadilan yang seharusnya tercipta dalam usahaku.
Tapi apalah, usahaku berjalan ditempat. Usaha melupakanmu adalah kemustahilan
bagiku yang bagi Allah adalah langkah menuju kebahagiaan baru untukku.
Sudah seribu tekad kubulatkan
dalam setiap ucapanku. Tapi semua gagal karena satu keyakinan dalam hatiku
bahwa kelak Allah menjadikanmu satu-satunya disisiku. Keyakinan bodoh. Tapi
percayalah,aku tidak akan membiarkan kebodohan menguasai masa depanku.
Kebahagiaanmu akan kujadikan motivasi untukku mendapatkan seseorang yang lebih
baik darimu untuk menggandengku meraih kebahagiaan abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar