"Aku, kamu, kita dan kenangan yang berlalu melambai-lambai disetiap sudut ruang otak yang hanya beberapa persen memikirkan hal yang wajar. Aku merindu"
Selamat siang Jakarta. Tempat yang masih menyimpan banyak
kenangan. Masihkah kakinya menapakkan langkah dikuasamu? . Masihkah matanya
menyorotkan ingatan beberapa bulan yang lalu? . Masihkah bibirnya bicarakan
menyinggung masa lalu ? . Aku penuh harap.
Pohon disepanjang jalanmu bergoyang-goyang riang menghibur
kekelabuan hatiku yang tak pernah habis disiksa tentangnya. Terik matahari yang
begitu menyengat menyapaku kembali membawa masa lalu. Saat matahari terik
salah, saat hujan salah, saat siang berganti malam pun juga salah. Semua kesalahan
terletak pada otakku yang terlalu banyak menyimpan memori tentangmu atau pada
masa lalu yang terlalu menenggelamkan hatiku ? .
Seharusnya seharusnya seharusnya dan hanya seharusnya yang
dibicarakan saat semua telah berjalan digaris ketidakinginan. Aku, kamu, kita
dan kenangan yang berlalu melambai-lambai disetiap sudut ruang otak yang hanya
beberapa persen memikirkan hal yang wajar. Aku merindu.
Langkahku kelelahan berjalan tanpamu. Nafasku tersenggal
tanpa rindumu. Hatiku beku tanpa kasihmu. Rindu ini menjerat tiap urat yang menghubungkan otak dengan semua bagian tubuh, yang
membawa perasaan tertentu ke otak dan mengirimkan berita dari otak ke bagian
tubuh yang lain, tak lain itu tentangmu.
Kapan akan berakhir? . Mungkin
setelah Allah berhenti memeluk kesendirianku disetiap hari dan menggantinya dengan
menjagaku disetiap waktu. Memberikan cinta dan kasih diIstana Agung sebagai
balas ketulusan berlebih dalam setiap doaku. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar