“Kebaikanmu yang
selalu memberi membuatku sulit pergi”
Ini sudah 2 bulan tanpa kehadiranmu. Masih sama, namamu
masih melekat dalam hati ini. Apa kabar ? kuharap kau baik baik saja. Apa
kau bahagia bersamanya? Tentu pastinya,
dia memiliki segalanya yang tak kumiliki. Tapi, dia tak miliki perasaan yang sama
denganku, perasaan yang hanya kumiliki untukmu.
Aku masih sendiri. Dalam diam mengingat saat kau menghapus
air mata kala pertengkaran antara kita memuncak. Mengelus pipiku manja lalu
mencubitnya. Sayang, aku merindukan waktu yang berlalu. Memang tak seharusnya
berlarut sedang kau menginginkan perpisahan yang terbaik. Terbaik katamu? Itu
hanya untukmu. Apa setelah kepergianmu setiap pagi aku terbangun dengan mata
panda itu baik ? .
Kuraih ponselku, masih berharap ada pesan singkat darimu
yang sekedar menanyakan kabar. Tapi Tuhan tak pernah mengabulkan keinginanku.
Berapa ratus ribu lagi jari yang kuhitung berulang kali menanti kabarmu kini ?
kaukira ini menyenangkan? Tidak, ini menggelisahkan,dear. Ketika mataku
terpejam, aku lihat kamu ada disana . masih dengan senyummu yang merasuk
jantungku juga meremukkan tulang tulangku, mengganggu otakku dan setiap
aktivitasku terasa sesak oleh tentangmu. Seharusnya dari awal aku
takmengartikan perhatianmu itu lebih. Perhatian yang juga kauberikan kepada
wanita lain. Terlalu tinggi mengira hanya akulah satu satunya dihatimu yang
kamu tak akan meninggalkanku. Tapi buruk, pada kenyataannya kaumeninggalkanku
untuknya. Pertemuan yang singkat pengalaman yang begitu lama kita lalui
kaukhianati begitu saja. Kaukira aku terima ? aku belum bisa terima sayang.
Ibarat sebuah bangunan yang aku bangun sendiri sampai setinggi mungkin lalu kau
benturkan hingga hancur tak menyisa. Dimana Tuhan sembunyikan perasaan ? kau
yang menutupi sayang. Buka mata, buka pikiran, rasakan apa yang kau berikan
ini, sakit bukan? .
Kebaikanmu yang selalu memberi membuatku sulit pergi .
Memberikanku ketenangan, memberikanku kenyamanan, memberikanku perhatian,
memberikanku keistimewaan, memberikanku segalanya yang membuat hati dan
pikiranku tak luput dari tentangmu.
Selalu bertabur
kesedihan dalam hening malam yang mengelitiki kesendirian. Seandainya kamu
mengerti, rasa ini takkan pernah mati. Cinta bagai mutiara dalam lumpur yang
terinjak-injak. Memang perih menerima kenyataan yang berbelok dari garis
keinginan. Rasanya aku ingin sekali berteriak memberi isyarat, bahwa aku ingin
secepat mungkin direngkuh sang Ilahi . Aku sepi sendiri, tanpa kamu yang dulu
selalu memberi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar