Rabu, 19 Juni 2013

Cerpen (2) . Senyum dibalik Kesedihan

Sudah seminggu Chira terjebak dalam ruang kesedihan. Dibutakan cinta yang tidak memihak padanya. Menutup hati yang seharusnya orang lain berhak mendapatkannya. Memang bukan keinginan Chira untuk tetap mempertahankan rasa yang ada, tapi rasa yang memaksa Chira untuk mempertahankan apa yang ada. Tenggelam Chira dalam air mata kesedihan yang sudah 2 hari merasa kehilangan.

Pagi yang cerah, suasana kelas yang ribut ketika tidak ada guru membuat Chira sedikit terlihat menahan sesuatu dibalik pejaman matanya ketika sedang merunduk diatas meja. Jelas sekali terlihat olehnya kemesraan yang tidak seharusnya ia lihat, yang seharusnya menjauh dari dirinya. Tapi usaha kuat untuk tetap tegar Chira lakukan. Chira pergi dari tempat kesedihan dan berjalan melewati kemesraan itu ke arah teman-temannya yang sedang asik tertawa dengan lepas tanpa beban. Lain halnya dengan Chira yang sedikit memaksa tertawa untuk menyembunyikan kesedihan dari teman-temannya. “Gue tau perasaan lo kok Ra” suara yang membuat Chira tersentak kaget karena ada yang memperhatikan dirinya yang sesekali mencuri pandang kearah kemesraan. “Eh, tau apa ? jangan sok tau deh Rin ah -_-“ jawab Chira salah tingkah menyanggahnya. “Mulut lo bisa aja bohong Ra, tapi mata sama hati lo itu gabisa bohong” sambar Neli yang sejalan bersama Rina berusaha membuka sesuatu yang ditutupi oleh Chira. Chira hanya terdiam mendengarnya, ternyata sesuatu yang ia tutupi gaakan berhasil tertutup dari orang yang peka akan sesuatu. “Lo cemburu liat Sandi berduaan sama Resi kan ?” tanya Selvi yang sedari tadi menyimak dengan apa yang dibahas.  Chira hanya diam menunduk tak mampu menjawab lontaran pendapat dari teman-temannya. “gue kekamar mandi dulu yaa” kata Chira menahan sesuatu yang seakan ingin meledak disudut matanya, dan dengan segara Chira berjalan cepat ke kamar mandi.  Dan benar air mata itu menari-nari dipipinya  ketika telah sampai dikamar mandi yang sedang tiada siapapun disana. Chira melihat dirinya dalam cermin, seperti bukan dirinya. Dengan mata sembab seperti mata kodok. Bukan seperti Chira yang biasanya, selalu senyum-senyum memuji dirinya sendiri dalam cermin. Pribadinya berubah sejak pupusnya segala harapan. Agak sedikit pendiam, namun berusaha tetap terlihat ceria. Walaupun beberapa diantara temannya merasakan kesedihan Chira. Karna sejak 2 bulan yang lalu matanya meliput kedekatan Chira dengan Sandi. Dan 2hari ini bukan kedekatan mereka lagi yang dilihat, tetapi kemesraan antara Sandi dan Resi.

Bel berdering keras sekali memberi isyarat bahwa waktu pulang telah tiba. Chira membereskan buku-bukunya dan memasukkan kedalam tas. Sesekali matanya menangkap kembali kemesraan. Rasanya Chira ingin sekali meluapkan segala kesedihannya didepan Sandi, tetapi apalah daya, Chira tidak ingin membuat Sandi merasa iba pada dirinya dan berusaha mendekatinya kembali hanya untuk mengusir kesedihan. Chira sengaja memperlambat membereskan buku-bukunya hingga kelas sepi dan tak terlihat lagi Sandi dengan pujaan hatinya. Chira duduk dibangku menyembunyikan wajahnya diantara kedua tangannya yang dilipat diatas meja. Dadanya terasa sesak sekali melihat kemesraan diantara Sandi dan Resi. Baru 2hari saja ia sudah merasakan sesak pada dadanya, apalagi seminggu, sebulan, bahkan setahun, bisa terkena serangan penyakit yang berbahaya lainnya mungkin, begitulah fikirnya setiap kali merasa kesedihan datang menyelinap masuk dalam keceriaannya.

“Neng, sudah sore, sudah waktunya kelas saya bersihkan neng” suara yang tak asing itu mengagetkan Chira yang dengan segera menghapus air matanya. Chira tak ingin seorang pun tau tentang kesedihan yang melandanya. “ooh, iyaa mas maaf yaa” jawab Chira terbata-bata dan langsung meninggalkan kelas. Sampai dirumah bayangan kemesraan itu masih ada dalam pikiran Chira selalu menghantui, membuat dada Chira semakin sesak dan menangis adalah satu hal yang bisa mengurangi sedikit kesakitannya.

Seminggu berlalu .Chira teringat 1 janji dari Sandi ketika ia sakit 2minggu yang lalu, bahwa Sandi akan mengajaknya melihat pertandingan Karate. Sandi akan bertanding . Chira berharap Sandi masih ingat dengan janjinya, tetapi semua pupus ketika sahabatnya bercerita bahwa Sandi mengajaknya pergi melihat pertandingan Karate esok hari . “Padahal Sandi janjiin itu lebih dulu ke gue loh” dengan nada sedih Chira menyeletuk memotong cerita Lisa dan segera berlalu dari hadapannya.”Eeeh Chiir .. Chiir.. tapi Chiiiir.. tunggu Chiiiir” jawab Lisa dengan terbata-bata berusaha menahan Chira untuk pergi, tetapi Chira tidak menghiraukan Lisa yang memanggil-manggilnya, yang ada didalam dirinya hanya kekecewaan.

“Sandi ! lo apa sih. Punya janji sama Chira malah ajak gue pergi. Gue kan jadi gaenak sama Chira, San.”  Sentak Lisa pada Sandi yang sedang berdiri dibalkon melihat kelas yang sedang olahraga. “Iyaa Lis, gue udah janji lebih dulu sama Chira dari 2minggu yang lalu. Gue mau tepatin janji gue,tapi...” Jawab Sandi yang masih terpotong. “Tapi gue gaenak sama Resi, Lis. Dia pasti cemburu gue pergi sama Chira. Sedang gue dulu pernah dekat sama dia Lis.gue bingung” lanjut Sandi menjelaskan. “Terus kenapa kalo lo dulu pernah dekat ? janji tetap janji San, harus lo tepatin”. Tanya Lisa pada Sandi yang tampaknya enggan untuk menjawab pertanyaan Lisa. “Chira adalah orang yang sangat dicemburui Resi, karna dulu gue pernah dekat dengan dia Lis. Tapi gue gamau jadi orang yang ingkar janji, oke gue besok pergi dengan Chira” jawab Sandi dengan kesungguhan ingin menepati janjinya. Jawaban Sandi membuat Lisa lega dan tersenyum membayangkan apa yang akan terjadi sepulang dari Cibubur nanti, apakah Sandi akan terpikat kembali dengan Chira atau tidak.

“Res,aku mau ngomong” sambil menatap Resi, Sandi melanjutkan “Besok aku ke Cibubur sama Chira yaa,maaf aku udah janji” . Resi terkejut dengan pernyataan Sandi yang menurutnya tidak menghargai perasaannya.Dengan kobaran amarah Resi menjawab “yaudah sana kamu pergi sama dia, gausah peduliin aku lagi !!!” , Sandi tak menghiraukannya dan pergi meninggalkan Resi dengan kekesalannya. Sandi pergi menemui Chira yang sedang berada didepan perpustakaan.

“Ra, besok aku jemput kamu jam berapa?” tanya Sandi langsung kepada inti nya. “Jemput apa? Emang kita mau kemana ?” jawab Chira bingung dengan Sandi. “Ke Cibubur Ra” , “Loh,bukannya kamu sama Lisa” jawab Chira sinis pada Sandi. “Engga kok Ra, aku kan udah janji lebih dulu sama kamu” sanggahnya dengan memelas. “Kalo kamu mau sama Lisa gapapa kok,batalin aja janjinya” jawabnya seraya pergi dari hadapan Sandi. Sandi menahan dengan menarik tangannya “Raaaaaaaaa,” panggilnya memelas “Aku serius,besok aku jemput kamu jam 6 yaa” lanjutnya dan pergi meninggalkan Chira tanpa memperdulikan jawabannya.
Esok harinya pukul 6 sudah ada pria yang menunggunya depan pagar rumah. Jantung Chira berdegup cepat sekali saat menyapanya. “Sudah lama san?” . Sandi melepas headset kemudian menjawab “engga” dengan senyumnya yang memikat. Chira dan Sandi berangkat ke Cibubur bersama teman seperguruan karatenya bernama  Deni. Hari yang memang begitu indah buat Chira, bersama orang yang dicintainya dari terbitnya matahari sampai dengan terbenamnya matahari. Chira setia menemaninya, tanpa ada keluh satu pun. Semua ia lewati dengan perasaan bahagia. Hingga matahari bersembunyi Chira dan Sandi pulang. Dalam perjalanan pulang Chira rasanya ingin sekali memeluk Sandi. Tapi apalah kenyataan bahwa Sandi milik orang lain. Chira hanya bisa menahan pening dikepalanya tanpa menyandarkannya ke bahu Sandi. Sesekali Chira mengajak Sandi bercanda,tertawa dan lain lain hingga Sandi mulai terbuka dengan Chira . menceritakan tentang hubungannya dengan Resi. Walaupun hatinya Sakit, Chira tetap memberikan segala masukan yang mendukung hubungan Sandi dengan Resi. Laju kendaraan bermotor Sandi berhenti di depan sebuah rumah sederhana . Itu adalah rumah Chira. “Makasih untuk hari ini ya Sandi” ucapnya dengan senyum termanis yang ia miliki. “sama sama Ra,aku yang harusnya terima kasih” jawab Sandi. Chira hanya tersenyum. “Hati hati pulangnya ya Sandi .Sampai rumah sms” pesan Chira pada Sandi sebelum pergi. Sandi hanya tersenyum sebagai isyarat bahwa ia menjawab iya, kemudian Sandi berlalu.

Sudah 12 hari berlalu tanpa adanya sang pujaan dalam pesan masuk dihandphonenya. Chira memang sangat merasa kehilangan, tetapi ia menemukan seseorang yang sedikit mengurangi beban kesedihannya. Rezikha namanya, nama orang yang membuat Chira kembali tertawa lepas . kedekatannya memancing banyak orang untuk bertanya tanya soal hubungan Chira dengan Rezi. Tak lepas halnya Sandi yang mengetahui kedekatan itu . Yang Chira tahu Sandi dan Resi sudah sangat berbahagia, ia sama sekali tidak mengira Sandi begitu memperhatikan kedekatannya dengan Rezi. Hingga  tak disangka sangka Sandi kembali lagi dalam kehidupan Chira yang hampir terlepas dari bayangan kelam sang pujaan hatinya.

“Raa, kamu gamasuk sekolah kenapa ?” tanya Sandi melalui telepon. “Aku sakit San” jawab Chira hampir tak terdengar suaranya. “Nanti malam aku kerumah kamu ya” , “Mau ngapain San?” , “Mau jenguk kamu Ra”, Chira terkejut mendengarnya, senang bukan main hati Chira saat itu, tapi dalam hatinya meringis karena Sandi tak mungkin jadi apa yang  ia harapkan, menjadi seorang kekasih. “Iya San, datang aja” , “Oke”. Dan percakapan ditutup dengan salam yang diucapkan oleh Sandi.

Malam harinya Sandi datang bersama Asrul temannya yang juga teman Chira membawakan makanan untuk Chira. Chira mempersilahkan mereka masuk dan duduk . Jantung Chira berdegup keras sekali. Rindu dalam hati yang tertahan selama perjalanan sandiwara Chira tersampaikan. Chira hanya berharap Sandi dapat mendengar teriakan hatinya dan merasakan senyum sebagai pengganti sebuah peluk yang takkan mungkin terjadi. Bukan dua hati yang saling merindu. Hanya Chira yang merindu dan masih setia sebagai perindu diam-diam.

“Ra, kapan masuk sekolah?banyak tugas loh” pertanyaan Sandi yang tak berani Chira mengartikan itu adalah sebuah perhatian. “Disuruh dokter istirahat 3 hari san, berarti 2 hari lagi aku masuk sekolah kok” jawab Chira lembut. “Cepet sembuh yaa Chira”, “Terima kasih san” diiringi senyum yang dibaliknya tersimpan kesedihan. Banyak yang mereka perbincangkan dari hal sederhana sampai hal istimewa hingga akhirnya menyerempetkan pertanyaan pada topik HATI . “Ra, bagaimana dengan Rezi?” pertanyaan yang sedikit membuat Chira tersentak dan menurunkan volume tertawanya. “Iya Ra, gue lihat lo berdua pulang bareng waktu itu ! “ timpal Asrul dengan penuh keingintahuan lebih lanjut. “heemmm..aahaha bagaimana apanya ya San?” pertanyaan spontan yang terlempar begitu saja dari bibirnya disertai tawa yang sedikit memaksa. “Iyaa, bukankah kamu dekat dengan dia?” tanya Sandi kembali. “Ah, haha bukan apa-apa san. Oh , airnya sudah habis ya, aku ambil kedalam dulu yah” Jawab Chira dan membuat-buat alasan untuk pergi dari pertanyaan-pertanyaan yang akan datang bertubi-tubi. Karena sudah larut malam Sandi dan Asrul pamit pulang.

Hari demi hari terlewati hingga pada akhirnya Sandi tak dapat menahan kecemburuannya melihat hubungan Chira dan Rezi semakin dekat. Sandi memutuskan untuk berterus terang kepada Chira mengenai perasaannya yang ia sembunyikan. “Ra, nanti malam aku mau bicara” terang Sandi mengagetkan Chira yang sedang asyik merasakan angin di balkon depan kelasnya. “hem, mau ngomong apa ya San?” tanya Chira penuh keheranan. “Nanti saja Ra” jawab Sandi singkat. “tapi, nanti malam aku mau kerumah Lisa san, mau belajar bareng” terang Chira berusaha menghindar. “Nanti aku kesana” jawab Sandi singkat lalu pergi.
Malam harinya.

“Jujur, setelah kita jauh aku merasa ada yang hilang Ra. Aku merasa ada rasa yang tertahan. Ketika aku lihat kedekatan kamu sama Rezi ada kecemburuan dalam diri aku Ra. Aku suka kamu.” Terang Sandi mengutarakan isi hatinya yang membuat Chira terkejut mendengarnya. “Aku emang pernah bilang rasa yang aku tanam gapernah tumbuh untuk kamu, tapi aku merasakannya Ra, merasakan semua itu ketika kamu pergi Ra. Aku sayang kamu.” Terang Sandi kembali membuat Chira semakin ingin menitikkan air matanya yang tertahan sekian lamanya. Akhirnya Chira tak dapat membendung air matanya didepan Sandi sehingga air mata yang selalu disembunyikannya itu jatuh dihadapan orang yang menjadi penyebab kesedihannya. “ San, seandainya kamu tahu, aku suka cara kamu menatap mata aku , tatapan kamu dalam membuat aku merasa dilindungi. Aku suka cara kamu memperhatikan aku membuat aku merasa diinginkan. Aku suka caramu bergurau disela kesedihan aku karnanya waktu itu. Aku suka caramu mengajakku pergi, aku suka semua apa yang kamu lakukan, membuatku merasa berbangga diri aku diinginkan. Tapi ketika kamu ambil pilihan pergi bersama yang kamu inginkan, aku baru sadar setiap perhatian yang kamu berikan itu tak lebih dari seorang TEMAN. Aku sayang kamu San, hingga kini masih tersimpan. Rasa sayang itu tidak tercipta sehari 2 hari, seminggu, bahkan sebulan, rasa sayang itu tercipta dalam waktu  yang lama dengan proses yang tidak singkat. Itu san, itu alasan kenapa aku masih bertahan dengan semua ini. Aku tau kamu masih berstatus dengan Resi. Jangan sakiti dia.” Jawab Chira sejujurnya mengutarakan isi hatinya lalu pergi pulang membatalkan untuk belajar bersama dengan Lisa. Lisa memaklumi apa yang baru saja terjadi pada sahabatnya dan terus menerus mendesak Sandi untuk serius dengan perkataannya yang tadi dan segera berpacaran dengan Chira.


Keesokan harinya Sandi bertemu dengan Chira saat bermain bola dilapangan komplek rumahnya. Kemudian Sandi mengutarakan perasaannya kembali dan menyatakan cintanya pada Chira. Sandi juga mempertegas bahwa hubungannya dengan Resi berakhir bukan karena perasaannya ke Chira, tapi karena Resi yang tak pernah mengerti Sandi sehingga membuat Sandi lekas pergi. Dengan perasaan gembira bercampur sedih Chira menerima Sandi sebagai kekasihnya dan berharap kelak status berpacarannya berubah menjadi ikatan yang halal dan sah . 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar