“Aku wanita, kau pria
. Kita berbeda !”
Macam apa lagi cara yang kaulakukan untuk merobek hatiku
lagi ? . Belum puaskah? . Perkataan busuk apalagi yang akan kaukeluarkan untuk
meninggikan dirimu kembali? Merasa hebatkah? . Kenapa? Mengapa? Apa celah-celah
menebus hatimu sudah kaututup rapat-rapat? Apa sesuatu yang pernah kita
tertawakan dan tangisi sudah kau hapuskan begitu saja? . Dimana Allah
sembunyikan hatimu? Ketika kediaman dirimu mulai berbicara, mengapa lebih
beracun? .
Ini ? inikah sesuatu yang
indah yang pernah kita jalani ? ataukah yang aku jalani berdua denganmu
hanyalah mimpi ? lalu aku terbangun dan takkan pernah bisa merasakannya lagi? .
Bukankah kaupernah berkomitmen sendiri ? lalu kau yang menghancurkannya
sendiri? . Bagaimana jika aku mati? Apakah ada tangis yang bisa aku lihat
ketika rohku masih diawang awang ? tangis kehilangankah? Atau tangis terharu
karna kebahagiaan tanpa beban menunggu ? . Apa pernah kaumerasakan menunggu? Pernahkah?
. Bukankah selama ini kau yang selalu ditunggu tunggu oleh wanita ? .
Apa
pernah kaumerasa bersedih memikirkan 2 beban dalam hidup secara bersamaan ? .
bukankah dulu kau yang bilang, aku bisa bersandar kapanpun yang kuinginkan ? . dimana
kau sekarang? Aku ingin bersandar, melepaskan beban kesedihan dipundakmu,
pundak yang sudah menjadi milik orang lain.
Mengapa begitu tega ? . Dengan
tampang polos yang meyakinkan kau rebut hatiku lalu kauhempaskan begitu saja berkali kali apa aku tak
merasakan lelah ? . Lalu jika lelah sebaiknya aku menyerah ? . Rasa sayangku
kepadamu tak pernah mau menyerah laki-laki bodoh ! . Laki-laki bodoh yang tak
pernah memberhentikan aliran sayang .
Aku wanita, kau pria . Kita berbeda ! . Kau
lebih bersahabat dengan logikamu dan aku lebih bersahabat dengan perasaanku. Coba
kau fikirkan, bagaimana rasanya menahan beban kesedihan? . Terbebani rasa sayang yang takpernah mau hilang . kamu
pergi, kenapa tak mengajakku? . bukankah kita pernah satukan harapan untuk
selalu bersama-sama hingga batas yang ditentukan sang Khalik?. Dan selalu
merindu dalam setiap nyanyian merdu sang waktu.
Aku masih berjalan
mondar-mandir ditempat. Mengharap senyummu dari kejauhan . Mengharap kau
ulurkan tanganmu kembali lalu menepati
janji. Janji yang masih aku simpan dan kukunci dalam hati. Janji yang
disaksikan dinginnya sore hari, rintikkan air hujan dan hangatan yang kau
inginkan. Dan aku masih berharap umurku lebih pendek dari umurmu. Semoga masa
mudamu bahagia bersamanya, dan menghabiskan masa tuamu bersamaku . Pemilik
hati. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar