Selasa, 18 Juni 2013

Cerita (2) . Bisakah kau menjawab ?

“Aku wanita, kau pria . Kita berbeda !”


Macam apa lagi cara yang kaulakukan untuk merobek hatiku lagi ? . Belum puaskah? . Perkataan busuk apalagi yang akan kaukeluarkan untuk meninggikan dirimu kembali? Merasa hebatkah? . Kenapa? Mengapa? Apa celah-celah menebus hatimu sudah kaututup rapat-rapat? Apa sesuatu yang pernah kita tertawakan dan tangisi sudah kau hapuskan begitu saja? . Dimana Allah sembunyikan hatimu? Ketika kediaman dirimu mulai berbicara, mengapa lebih beracun?  . 

Ini ? inikah sesuatu yang indah yang pernah kita jalani ? ataukah yang aku jalani berdua denganmu hanyalah mimpi ? lalu aku terbangun dan takkan pernah bisa merasakannya lagi? . Bukankah kaupernah berkomitmen sendiri ? lalu kau yang menghancurkannya sendiri? . Bagaimana jika aku mati? Apakah ada tangis yang bisa aku lihat ketika rohku masih diawang awang ? tangis kehilangankah? Atau tangis terharu karna kebahagiaan tanpa beban menunggu ? . Apa pernah kaumerasakan menunggu? Pernahkah? . Bukankah selama ini kau yang selalu ditunggu tunggu oleh wanita ? . 

Apa pernah kaumerasa bersedih memikirkan 2 beban dalam hidup secara bersamaan ? . bukankah dulu kau yang bilang, aku bisa bersandar kapanpun yang kuinginkan ? . dimana kau sekarang? Aku ingin bersandar, melepaskan beban kesedihan dipundakmu, pundak yang sudah menjadi milik orang lain. 

Mengapa begitu tega ? . Dengan tampang polos yang meyakinkan kau rebut hatiku lalu kauhempaskan  begitu saja berkali kali apa aku tak merasakan lelah ? . Lalu jika lelah sebaiknya aku menyerah ? . Rasa sayangku kepadamu tak pernah mau menyerah laki-laki bodoh ! . Laki-laki bodoh yang tak pernah memberhentikan aliran sayang . 

Aku wanita, kau pria . Kita berbeda ! . Kau lebih bersahabat dengan logikamu dan aku lebih bersahabat dengan perasaanku. Coba kau fikirkan, bagaimana rasanya menahan beban kesedihan? . Terbebani  rasa sayang yang takpernah mau hilang . kamu pergi, kenapa tak mengajakku? . bukankah kita pernah satukan harapan untuk selalu bersama-sama hingga batas yang ditentukan sang Khalik?. Dan selalu merindu dalam setiap nyanyian merdu sang waktu. 

Aku masih berjalan mondar-mandir ditempat. Mengharap senyummu dari kejauhan . Mengharap kau ulurkan tanganmu kembali  lalu menepati janji. Janji yang masih aku simpan dan kukunci dalam hati. Janji yang disaksikan dinginnya sore hari, rintikkan air hujan dan hangatan yang kau inginkan. Dan aku masih berharap umurku lebih pendek dari umurmu. Semoga masa mudamu bahagia bersamanya, dan menghabiskan masa tuamu bersamaku . Pemilik hati. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar